Sukses

Rahasia 4 Daerah Sabet Penghargaan Adipura

Kota Yogyakarta menanti selama empat tahun, sedangkan Kabupaten Pekalongan memerlukan waktu 19 tahun untuk kembali menyabet Piala Adipura.

Liputan6.com, Yogyakarta - Penantian Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk memperoleh penghargaan di bidang lingkungan hidup, Adipura, terbayarkan setelah menunggu empat tahun. Pada tahun ini, Yogyakarta berhasil mendapatkan penghargaan tersebut.

"Penghargaan ini saya persembahkan untuk seluruh masyarakat dan seluruh jajaran di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta yang telah bekerja keras agar bisa meraih Adipura," ucap Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti, Kamis (3//8/2017), dilansir Antara.

Kota Yogyakarta telah tujuh tahun berturut-turut meraih Adipura. Namun sejak empat tahun terakhir tidak lagi bisa membawa pulang penghargaan tersebut.

"Tahun ini, kami kembali meraih Adipura. Oleh karena itu, kami berharap agar seluruh masyarakat terus menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan di sekitar mereka," kata Haryadi.

Menurut Haryadi, lingkungan yang terjaga kebersihan dan keasriannya akan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk selalu ikut menjaga kebersihannya.

"Karena lingkungan bersih, warga pun akan merasa tidak nyaman jika harus membuang sampah sembarangan. Mereka kemudian membuang sampah di tempat yang sudah disiapkan," katanya.

Kegembiraan Kota Yogyakarta meraih Adipura setelah absen empat tahun pun diluapkan dengan melakukan kirab Adipura berkeliling kota. Kirab dimulai dari Kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta melalui sejumlah jalan protokol seperti Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, Jalan Margo Mulyo, Jalan Senopati, dan berakhir di halaman kompleks Balai Kota Yogyakarta.

"Kirab ini bukan bermaksud untuk sombong, tetapi ingin menunjukkan ke seluruh masyarakat mengenai kerja keras mereka. Ini bentuk penghargaan kepada seluruh masyarakat," ujarnya.

Ia berharap, prestasi yang diraih Yogyakarta pada tahun ini bisa terus dipertahankan dan Yogyakarta meraih Adipura Kencana sebagai penghargaan yang paling bergengsi.

Penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri

Selain Adipura, Kota Yogyakarta juga meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri yang diterima oleh SD Giwangan Yogyakarta. "Harapannya, akan ada banyak sekolah lain yang juga memperoleh penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata," katanya.

Adapun Kepala DLH Kota Yogyakarta Suyana mengatakan, sekalipun Adipura sudah di tangan, namun masih banyak tantangan yang harus dihadapi Kota Yogyakarta. Terutama untuk meningkatkan kebersihan dan kelestarian lingkungan seperti pengelolaan sampah.

"Tantangan terbesar adalah pengelolaan sampah, khususnya di pasar. Idealnya, setiap pasar memiliki tempat pengolahan sampah sendiri sehingga bisa mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir," ujar dia.

Namun, lanjut Suyana, untuk mewujudkan tempat pengolahan sampah di pasar terkendala lahan pasar yang terbatas. "Diperkirakan, sampah yang dihasilkan pasar akan meningkat karena saat ini banyak instansi yang sudah menerapkan lima hari kerja dan lima hari sekolah sehingga akan banyak warga yang memanfaatkan akhir pekan dengan berlibur salah satunya ke pasar tradisional," tutur dia.

Dengan adanya penghargaan Adipura, ia pun berharap, masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya dengan tidak membuang sampah yang sembarangan. "Untuk sumber daya manusia, akan kami maksimalkan untuk menjaga kebersihan termasuk pemanfaatan teknologi seperti mobil penyapu jalan," katanya.

Saksikan video menarik di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jurus Makassar Hadapi Sampah

Selain Yogyakarta, peraih Adipura adalah Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Namun, tiga tahun berturut-turut menyabet Piala Adipura dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar, bukan perkara mudah bagi Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Ingin tahu rahasianya? Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto menyampaikan bahwa aspek yang dinilai tidak hanya mengenai tata kelola lingkungan. Tapi, aspek ekonomi, sosial, dan pemberdayaan masyarakat yang menekankan tata kelola pemerintahan daerah yang baik serta dapat mengintegrasikan aspek pembangunan secara berkelanjutan.

"Yang tak kalah penting dari Adipura adalah kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat," kata Moh Ramdhan Pomanto kepada Liputan6.com, Kamis (3/8/2017).

Sebab, menurut wali kota yang akrab disapa Danny, Makassar berhasil mengaplikasikan rebranding strategy program Adipura yang tidak hanya nilai administratif secara fungsional dan urban area. Namun, juga pada cakupan good enviromental governance keseluruhan fungsi lingkungan yang lebih luas.

Menurut dia, penilaian Adipura memang terkesan kompleks. Kriteria dan indikator pada program Adipura hampir sama dengan sebelumnya, yakni pengelolaan sampah dan ruang terbuka hijau oleh pemerintah daerah serta partisipasi aktif masyarakat.

"Hanya ada sedikit penambahan beberapa indikator, di antaranya penilaian terkait dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim," ujar Dani.

Buat menyiapkan semua itu tidak mesti menunggu waktu tim penilai Adipura datang. "Tapi kami menilainya setiap hari dan sudah membudaya di tengah masyarakat," tutur Wali Kota Makassar ini.

Sebelumnya, pada 2015, Kota Makassar meraih Adipura Buana kategori Kota Metropolitan. Kemudian di tahun 2016, Makassar kembali meraih Adipura Kirana 2016. Dan di tahun 2017, kembali Wali Kota Makassar menerima Piala Adipura Kirana dari tangan Menteri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar di auditorium Manggala Wanabakti, Jakarta, Rabu, 2 Agustus 2017.

3 dari 4 halaman

Surabaya Raih 3 Penghargaan Bergengsi Sekaligus

Sementara itu, konsistensi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Jawa Timur, dalam membangun kota berbasis visi lingkungan, berbuah penghargaan Adipura Kencana di tahun 2017, terbaik untuk kategori Kota Metropolis.

Piala Adipura Kencana yang diterima Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, diserahkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya serta Menko Perekonomian Darmin Nasution di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Rabu, 2 Agustus 2017.

Selain Surabaya, Piala Adipura Kencana juga diberikan kepada Kota Tangerang, Kota Balikpapan, Kota Malang, dan Kabupaten Kudus. Kota ini dinilai berhasil menjaga kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Musdiq Ali Suhudi yang mendampingi Wali Kota Tri Rismaharini mengatakan, keberhasilan meraih Piala Adipura Kencana sejak 2010 karena Surabaya dinilai menjadi kota yang berhasil dalam pengelolaan lingkungan. Kota Surabaya bahkan sekaligus mengombinasikan dengan keberhasilan inovasi di bidang ekonomi, partisipasi masyarakat, serta pelayanan publik.

"Salah satu kunci sukses meraih Adipura Kencana adalah kepemimpinan dari ibu wali kota yang secara konsisten membangun kota dengan berbasis visi lingkungan, bagaimana pengelolaan lingkungan saling memperkuat dan bersinergi dengan pertumbuhan ekonomi," tutur Musdiq Ali dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu, 2 Agustus 2017.

Layanan Berbasis Internet

Selain itu, yang juga menjadi poin besar adalah adanya kinerja dan pelayanan yang berbasis internet, adanya command center serta pengelolaan sampah yang modern. "Serta bagaimana Surabaya mengatasi sampah langsung dari sumbernya seperti adanya komposter, depo pengelolaan sampah, bak sampah, dan lain-lain," kata Musdiq.

Poin penting lainnya adalah adanya sinergi yang kuat antara Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya dan seluruh masyarakat Kota Pahlawan untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan pengelolaan kebersihan.

"Pada dasarnya, semua OPD berperan aktif dalam menjadikan Surabaya sebagian kota yang tumbuh pesat dengan mempertimbangkan keseimbangan lingkungan. Juga dengan melibatkan seluruh masyarakat, dunia usaha, lembaga pendidikan, media massa, LSM dan seluruh stakeholder (pemangku kepentingan)," ucapnya.

Berdasarkan keterangan resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari buku yang diterbitkan Kementerian LHK yang berisi pemaparan Wali Kota Tri Rismaharini, disebutkan beberapa upaya yang dilakukan Pemkot Surabaya dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Di antaranya, kebijakan hunian vertikal dalam dokumen rencana tata ruang yang merupakan upaya yang diperuntukkan bagi penduduk yang memiliki KTP Kota Surabaya untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal di tengah keterbatasan ketersediaan lahan. Selain itu, kegiatan patroli air bertujuan untuk pengawasan dan pengendalian pencemaran air dan pembinaan terhadap pelaku pencemaran air.

Kemudian melakukan monitoring IPAL komunal, penerbitan, dan pengawasan izin pembuangan limbah cair, program rehabilitasi sosial daerah kumuh, dan pembangunan jalan frontage. Selanjutnya, pengaplikasian ATCS, upaya pereduksian sampah dengan teknologi 3 R, pembangunan ruang terbuka hijau yang sampai tahun 2016 mencapai 7.258 hektare (21.73 persen) dari luas wilayah, serta kegiatan penghijauan tahun 2016 mencapai luas 32,57 hektare dengan jumlah 58,582 batang pohon.

Penghargaan Lain

Selain Piala Adipura Kencana, Wali Kota Tri Rismaharini juga mendapatkan penghargaan Nirwasita Tantra untuk penyusunan indeks kualitas pengelolaan lingkungan hidup terbaik daerah.

Surabaya peringkat pertama untuk kategori kota. Dan ini merupakan dua kali berturut-turut. Selain Wali Kota Risma, ada tujuh kepala daerah yang juga mendapatkan penghargaan serupa.

Dalam sambutannya, Menteri Siti Nurbaya menyampaikan, penghargaan Nirwasita Tantra merupakan penghargaan untuk kepala daerah atas kepemimpinannya dalam upaya meningkatkan kualitas hidup daerah serta respons dan inovasi yang telah dan sedang dilakukan.

Penghargaan yang diterima Surabaya semakin lengkap dengan penghargaan Adiwiyata Mandiri yang diraih oleh SMP 11 Surabaya serta penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) untuk Kampung Jambangan.

4 dari 4 halaman

Penantian Panjang Kabupaten Pekalongan

Piala Adipura juga diraih Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Pekalongan menyabet penghargaan Adipura kategori Kota Kecil tahun 2017. Momen ini terasa indah, karena anugerah sebagai kota bersih ini adalah penghargaan pertama kali sejak terakhir diterima Kabupaten Pekalongan pada 19 tahun lalu tepatnya tahun 1998.

Pemberian Penghargaan dilaksanakan pada Rabu, 2 Agustus 2017, di Gedung Manggala Wanabakti Kompleks Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta. Penghargaan Adipura ini diserahkan Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution yang didampingi Menteri LHK Siti Nurbaya.

Bupati Pekalongan Asip Kholbihi pun mengucapkan rasa syukurnya kepada Allah SWT atas penghargaan yang diterima. Ia berterima kasih kepada semua pihak yang telah berupaya dan bekerja keras, sehingga meraih prestasi Adipura ini.

"Hal ini melengkapi penghargaan yang telah diraih beberapa waktu sebelumnya dan Insyaallah semoga akan disusul penghargaan lain," ucap Asip Kholbihi, Kamis (3/8/2017).

Ia menambahkan, penghargaan Adipura ini dipersembahkan kepada seluruh warga Kabupaten Pekalongan yang telah turut mendukung dan menjaga lingkungan hingga akhirnya berhasil meraih penghargaan yang membanggakan ini.

"Tak lupa kami memberi apresiasi penuh kepada segenap OPD yang telah berkerja keras hingga meraih penghargaan ini, khususnya Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Pekalongan," ia menambahkan.

Jadi Motivasi Bersama

Ia berharap, penghargaan Adipura hendaknya dapat menjadi motivasi bersama dalam menata lingkungan agar lebih bersih, lebih lestari, dan akan memperbaiki manajemen pengelolaan sampah di Kabupaten Pekalongan. Dengan demikian, Kabupaten Pekalongan memang representatif untuk menerima penghargaan Adipura berikutnya.

Adapun program Adipura itu bertujuan untuk mewujudkan kota yang bersih, teduh, sehat, dan berkelanjutan dengan menerapkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Melalui program Adipura, Pemerintah Daerah diharapkan mampu mendorong penyelesaian berbagai isu lingkungan hidup, yaitu pengelolaan sampah dan ruang terbuka hijau, pemanfaatan ekonomi dari pengelolaan sampah, dan ruang terbuka hijau.

Selain itu, pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengendalian dampak perubahan iklim, pengendalian pencemaran dan kerusakan akibat pertambangan, pengendalian kebakaran hutan dan lahan, serta penerapan tata kelola pemerintahan yang baik.

Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, Kabupaten Pekalongan telah menerapkan berbagai kebijakan dengan program jangka panjang green office, Gerakan Bersih Jumat Pagi, Zero Waste di Destinasi Ekowisata Petungkriyono, dan kebijakan lain yang mendukung menjaga harmonisasi lingkungan hidup.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.