Sukses

Anak Panah Tancap Kening, Pelajar SMK Terancam Gagal Ikut UN

Anak panah itu menancap di kening saat pelajar SMK itu mau turun dari bus.

Liputan6.com, Cirebon - Nasib sial menimpa Dery (18), pelajar SMK swasta di Kabupaten Cirebon yang harus dalam perawatan khusus pihak rumah sakit Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Dia dirawat lantaran keningnya terkena anak panah rakitan usai pulang sekolah.

Pelajar kelas 3 asal Desa Tegalkarang, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon tersebut terkena anak panah rakitan yang ujungnya dipasang paku tajam. Dery pun mengaku tak berdaya saat anak panah rakitan menancap dikeningnya.

"Saya baru pulang sekolah naik Kopayu (sejenis bus kecil) terus pas mau turun ada dua orang dari sekolah lain tiba-tiba nyerang saya dari belakang dan tiba-tiba saja anak panah langsung menancap di kening saya," sebut Dery, Sabtu (1/4/2017).

Kejadian tersebut bermula saat korban hendak pulang ke rumah usai bersekolah dengan menggunakan kendaraan umum Kopayu. Namun sesampainya di jalan raya Tegalkarang, saat korban turun, dua orang bermasker langsung menyerang dirinya.

Korban langsung dipanah pelaku yang diduga pelajar asal sekolah lain dan langsung kabur. Sementara itu, polisi masih melakukan penyelidikan identitas pelaku dan asal sekolah mereka.

"Habis saya kena panah kedua pelaku langsung kabur naik motor," ujarnya.

Kapolsek Gempol Kabupaten Cirebon, Kompol Yana Mulyana mengatakan, masih melakukan penyelidkan dan mengamankan barang bukti berupa satu buah anak panah yang menancap di kepala bagian kening korban.

"Kita sudah melakukan penyeledikan dan memanggil para saksi. Karena saat ini korban masih dalam kondisi perawatan pasca-operasi pencabutan anak panah, sehingga kami kepolisian masih belum bisa memeriksa secara maksimal," ujar dia memungkasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terancam Gagal Ikut UNBK

Meski sudah dilakukan operasi, Dery (18) siswa SMK Bakti Persada Jamblang Kabupaten Cirebon korban anak panah rakitan di Kabupaten Cirebon masih dalam perawatan intensif.

Pantauan di lokasi, korban perlahan sudah ada perkembangan positif, mata Dery sudah membuka dan bibirnya sudah tersenyum. Namun, dokter masih melarang Dery untuk berbicara dahulu. "Habis operasi mas belum diperbolehkan bicara dulu karena lukanya cukup serius," sebut Wakil Direktur RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon, dokter Bambang.

Dalam perawatannya, Bambang mengatakan, Dery terkena anak panah rakitan di bagian kening sebelah kiri. Parahnya, anak panah yang menancap di kening Dery ujungnya paku yang berkarat.

Dia mengatakan, dari hasil operasi, anak panah yang menancap di kening sebelah kiri Dery menembus tulang tengkorak sampai ke otak.

Dilihat dari anak panah yang menancap di kening Dery dalam kondisi berkarat beresiko memungkinkan terkena radang otak atau meningitis.

"Ada resiko yang paling memungkinkan akan terkena radang otak atau meningitis, karena benda asing tersebut langsung nembus ke selaput otak," ujar dia.

Lebih lanjut dia mengatakan, sejak masuk IGD sampai operasi, Dery masih dalam kondisi sadar. Dokter rumah sakit akan melakukan observasi terkait proses proses menigitis inveks pada Dery.

"Tidak ada organ yang rusak. Mudah-mudahan fungsi otak Dery tidak sampai terganggu akibat tancapan benda asing berkarat di dahi anak tersebut. Menurut dokter yang mengoperasi, paku menancap di dahi tapi sebelah kanan," sebut dia.

Sementara itu, ayah korban, Surian menuturkan, kejadian yang menimpa sang anak terjadi pada Jumat, 31 Maret 2017 lalu. Saat itu, Dery tengah mengikuti istighosah menjelang Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang akan digelar hari Senin awal pekan depan.

"Anak saya tidak pendendam anak baik bahkan tidak punya musuh. Siang itu saya ditelepon pihak rumah sakit mengabarkan kondisi anak saya dan langsung berangkat. Pas dilihat parah sekali," ujar dia.

Dia mengaku, sosok Dery merupakan anak yang pendiam dan baik di lingkungan rumahnya. Dia mengaku kesal dan meminta polisi untuk menangkap pelaku yang melukai sang anak.

"Anak saya terancam kemungkinan besar tidak ikut UNBK," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.