Sukses

Warga Bali Ini Tak Bisa Masak Tanpa Kotoran Babi

Suyanti mengaku, lima babi yang dimilikinya sudah cukup memenuhi kuota penampungan kotoran.

Liputan6.com, Badung - Saban hari Made Suyanti pergi ke kebun untuk mencari kayu bakar. Kayu bakar itu digunakan perempuan 38 tahun tersebut untuk memasak berbagai keperluan di rumahnya, ‎Banjar Bukian, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali.

Namun itu cerita dulu, ketika program biogas yang digagas oleh PT Tirta Investama belum menjamah desanya. Kini, Suyanti tak perlu repot-repot lagi mencari kayu bakar ke kebun.

Dengan mengandalkan lima babi miliknya, Suyanti sudah bisa mendapatkan aliran gas yang dipasok melalui selang pipa.

Ia menceritakan, dibutuhkan sekitar ‎30 kilogram kotoran babi untuk menghasilkan energi biogas yang bisa digunakan seharian penuh. Kotoran babi itu awalnya akan dimasukkan ke dalam reaktor gas atau gester yang terletak di belakang rumah Suyanti.

(Dewi Divianta/Liputan6.com)

Gester berbentuk kubah beton itu berukuran sekitar satu meter kubik. Di sanalah kotoran babi itu diolah menjadi energi gas.

Setelah diolah, kotoran hewan tersebut dialirkan melalui pipa ke dapur rumah tempat tinggal Suyanti. Pipa itu terhubung dengan saluran gas yang mengaliri ke kompor gas milik Suyanti. Alhasil, ia bisa memasak kapanpun tanpa memikirkan persediaan kayu bakar seperti dahulu kala.

"Apinya biasa normal. Tidak ada baunya kalau sudah diolah menjadi gas seperti ini. Cara penggunaannya juga seperti kompor gas pada umumnya, tinggal tekan panel untuk menyalakan kompor saja," kata Suyanti kepada Liputan6.com di Badung, Bali, Sabtu  (12/8/2016).

Menurut Suyanti, penggunaan kotoran babi untuk gas tersebut banyak membantu menghemat pengeluarannya. Karena tidak harus memikirkan membeli gas yang menurut dia setiap waktu harganya naik.

"Lebih irit, saya tidak perlu fikirkan uang untuk beli gas. Kalau gasnya sudah mau habis, saya tinggal tambah lagi kotoran babinya ke penampungan kotoran babinya," ucap dia.

Suyanti mengaku, lima babi yang dimilikinya sudah cukup memenuhi kuota penampungan kotoran untuk dirinya memasak hingga berhari-hari, bahkan terhitung mingguan.

"Sekarang saya punya lima ekor babi. Yang penting kotorannya selalu ada, jadi gasnya selalu ada untuk memasak," tutur dia.

Sementara itu, setelah diambil gasnya, kotoran babi tersebut akan dialiri ke tempat lain untuk diolah menjadi pupuk.‎ Pupuk organik tersebut biasa ia gunakan untuk menyuburkan tanaman miliknya di kebun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini