Sukses

Saat Warga Tarakan Merindukan Kemeriahan Ramadan

Hampir seluruh umat Islam di seluruh dunia merindukan Ramadan seperti tahun-tahun sebelumnya yang sangat berbeda dengan tahun ini.

Liputan6.com, Tarakan - Bulan Ramadhan, jika bisa diibaratkan adalah sebuah festival, adalah festival akbar yang rutin dilaksanakan setiap tahun.  Tak sekedar penguatan spiritual bagi umat muslim, tapi juga perayaan terbesar dengan segala gegap gempitanya.

Namun sayang, pandemi Covid-19 membuat perayaan ramadhan tahun 2020 sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Segala kemeriahan itu sirna, disapu oleh makhluk teramat kecil yang biasa kita sebut virus.

Hampir di seluruh wilayah Indonesia, tak terdengar keramaian di masjid-masjid. Hanya ada spanduk yang menuliskan himbauan tidak menggelar sholat Jamaah.

Sedih? Tentu saja. Tapi barangkali Allah punya rencana berbeda untuk Ramadan kali ini.

Tengoklah di ujung utara Indonesia, tepatnya di Kota Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara). Suasana sangat kontras dari perayaan Ramadan tahun sebelumnya.

Hari pertama Ramadan saja, terdengar suara gemuruh petir berhiaskan hujan deras yang melanda Bumi Paguntaka, julukan Kota Tarakan. Alam seolah memberi tanda, sebaiknya beribadah di rumah saja.

Lihat saja masjid-masjid sepi dari jamaah. Atau coba tengok Masjid Agung Al-Maarif yang berdiri megah Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Selumit.

Aktivitas ibadah kini ditiadakan sementara waktu. Di dalam masjid, hari pertama Ramadan terlihat ada tiga jamaah baru saja selesai  melaksanakan shalat.

Tampak Supardi,  memakai baju koko lengkap dengan peci hitamnya, baru saja menuntaskan salat wajibnya sendirian. Warga Kota Tarakan itu mengaku sedih tak ada salat berjamaah.

Sesekali matanya memandang sudut-sudut masjid, membayangkan saat-saat banyak orang sedang mengaji bersama. Tapi dia pasrah dan percaya pada rencana yang Allah berikan.

“Tapi namanya Ramadan adalah bulan yang suci, sebagai muslim kita menyambut bahagia, bulan yang selalu dirindukan setiap tahun ini" katanya

Kendati demikian, menurut pria yang akrab dipanggil Pardi itu, kondisi saat ini bukan alasan bagi dirinya untuk lalai dalam menjalankan ibadah di bulan suci ramadan. Justru, dengan adanya pandemi ini ia berharap tidak hanya dirinya, tapi semua umat muslim agar lebih memperbanyak waktu untuk beribadah dan mendekatkan diri dengan Allah.

Simak juga video pilihan berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sebenar-benarnya Menahan Nafsu

Letaknya yang strategis dan tidak jauh dari jantung kota, Masjid Al-Maarif sering dijadikan pilihan utama untuk kegiatan ibadah maupun kegiatan keislaman lainnya. Tak heran, jika jamaah dari berbagai kalangan pun hadir, dari lansia sampai balita.

Bahkan, ketika masjid sudah tidak cukup menampung para jamaah yang hadir melakukan shalat tarawih, shaf shalat biasanya didirikan di teras sampai halaman masjid.

"Kalau awal ramadhan pasti selalu penuh dengan jamaah, kami kadang siapkan alas dan tenda, jadi mereka tetap bisa shalat tarawih meskipun tidak didalam karena sudah penuh lantai 1, 2 dan 3,” ujar  Badaruddin, Pengurus masjid Al-Maarif.

Setelah shalat tarawih pun, biasanya para jamaah masih ada yang tetap tinggal di masjid. Selain menggelar itikaf, mereka juga menambah amalan dengan mengadakan tadarus yang berlangsung hingga jam 12 malam.

Di bulan Ramadhan, selain menahan hawa nafsu, menahan makan dan minum, adalah bulan yang selalu identik dengan pawai obor, bunyi letupan petasan sampai buka bersama atau bukber, tradisi yang selalu dinantikan masyarakat saat ramadhan tiba. Dengan adanya pandemi ini, mau tidak mau mengubah tradisi masyarakat pada ramadhan ini.

Badaruddin, merasakan sekali suasana yang berbeda dari bulan ramadhan tahun sebelumnya. Bagaimana tidak, jika biasa dirinya disibukkan menyiapkan buka bersama untuk 100 sampai 300 orang yang memadati masjid.

Maka pemandangan itu kini tidak akan dia temui. Dia mengakui, butuh kesabaran luar menghadapi situasi yang baru pertama kali dirasakan.

Menahan hawa nafus, tidak sebatas menahan lapar dan haus. Menahan diri dari godaan untuk beribadah bersama adalah ujian hawa nafsu sesungguhnya di Ramadan kali ini.

“Kalau sudah ramadhan itu, sama teman-teman yang lain kami pasti sudah kumpul disini untuk mempersiapkan kegiataan, seperti tadarusan dan salah satunya juga buka bersama,” ungkapnya.

Pada bulan Ramadhan sebelumnya, kegiatan sahur bersama juga selalu disediakan. Semua kegiatan itu, selain menyemarakkan bulan suci bagi umat Islam, juga agar umat Islam merasakan indahnya Ramadan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.