Sukses

Survei LSI: 31,4 Persen Masyarakat Percaya Pemilu 2024 Diwarnai Kecurangan

Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terkait tingkat kepuasan masyarakat terkait pelaksanaan Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Dalam aspek Pemilu disebut diwarnai kecurangan, hasilnya cukup tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terkait tingkat kepuasan masyarakat terkait pelaksanaan Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Dalam aspek Pemilu disebut diwarnai kecurangan, hasilnya cukup tinggi.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan menyampaikan, pihaknya menanyakan tentang berita-berita yang cukup marak tentang maraknya kecurangan dalam Pemilu.

"Cara kami bertanya adalah ada yang berpendapat Pemilu 2024 diwarnai banyak kecurangan, apakah para responden setuju dengan pendapat tersebut. Dan ternyata jawabannya begini, 31,4 persen menyatakan setuju dengan itu, artinya menganggap pemilunya diwarnai kecurangan," ujar Djayadi dalam rilis Persepsi Publik Tentang Pelaksanaan Pemilu 2024, Minggu (25/2/2024).

Dia menyebut, memang ada sebanyak 60,5 persen masyarakat tidak setuju dengan pendapat tersebut, yakni tetap menganggap pelaksanaan Pemilu tidak diwarnai kecurangan.

"Tapi angka 31,4 persen ini sangat besar, kan gitu. Kalau kita tanya satu-satu apakah jurdil, apakah puas dengan pelaksanaan Pemilu, secara umum puas, tapi kalau ditanya apakah banyak kecurangan, ada 31,4 persen,”" ucap Djayadi.

Dalam rilis survei, tercatat masyarakat yang menilai pemilu diwarnai kecurangan dari pemilih calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di angka 38,1 persen, paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di angka 36,5 persen, dan paslon nomor urut 03 Ganjar Pranowo-Mahfud Md di angka 25,4 persen.

"Sementara yang tidak percaya Pemilu diwarnai kecurangan dari pemilih Anies-Cak Imin di angka 16,9 persen, Prabowo-Gibran di angka 71 persen, dan Ganjar-Mahfud di angka 12 persen," papar dia.

"Karena memang tidak spesifik ditanyakan siapa yang melakukan kecurangan," sambung dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mayoritas dari Paslon 01 dan 03

Menurut Djayadi, kesimpulannya, pihak yang menilai Pemilu 2024 diwarnai kecurangan mayoritas berasal dari pemilih paslon 01 dan paslon 03.

Sementara, kata dia, untuk kategori partai, yang menilai Pemilu diwarnai kecurangan lebih banyak pada pemilih PDIP dengan 21,9 persen dan PKS dengan 19,4 persen.

"Memang partai-partai yang mendukung 01 dan 03 cenderung lebih banyak proporsinya menilai pemilu diwarnai kecurangan," Djayadi menandaskan.

Survei LSI tersebut dilaksanakan pada 19 Februari 2024 sampai dengan 21 Februari 2024 dengan target populasi survei warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon atau ponsel, sekitar 83 persen dari total populasi nasional.

Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD), yakni melalui proses pemanggilan nomor telepon secara acak terhadap 1211 responden yang dipilih secara acak, validasi, dan screening.

Adapun Margin of error survei sekitar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden pun dilakukan lewat telepon oleh pewawancara terlatih.

 

3 dari 4 halaman

Survei LSI: Tingkat Kepuasan Masyarakat soal Penyelenggaraan Pemilu 2024 Turun

Sebelumnya, Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terkait tingkat kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Hasilnya, terjadi penurunan yang signifikan.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan menyampaikan, mayoritas masyarakat masih menilai penyelenggaraan Pemilu 2024 sangat memuaskan.

Namun, angkanya turun bila membandingkan saat exit poll pada 14 Februari 2024 dengan 5 sampai 10 hari setelahnya.

"Saat exit poll 94,5 persen, setelah 5 sampai 10 hari turun 83,6 persen," tutur Djayadi dalam rilis Persepsi Publik Tentang Pelaksanaan Pemilu 2024, Minggu (25/2/2024).

"Hanya 5 sampai 10 hari setelahnya terjadi penurunan yang signifikan hingga 10 persen lebih. Tapi menurut saya salah satu penjelasnya mengapa tingkat kepuasan ini menurun adalah karena setelah Pemilu masyarakat terekspos berita-berita tentang penyelenggaran Pemilu kan. Termasuk soal perdebatan Sirekap atau pemungutan suara ulang karena berbagai alasan dan sebagainya sehingga menurun," sambungnya.

 

4 dari 4 halaman

Harus Jadi Perhatian

Jika dilakukan survei lebih lanjut, Djayadi yakin tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilu 2024 akan semakin turun jika sentimen negatifnya terus berlanjut.

Terlebih, kata dia, dalam tingkat kepercayaan soal jujur dan adil atau Jurdil, hal itu malah lebih parah penurunannya.

"Pada saat exit poll 14 Februari LSI menanyakan kepada para pemilih Pemilu yang diselenggarakan hari ini berlangsung jujur dan adil. 94,3 persen masyarakat menyatakan berlangsung jujur dan adil. Tapi sekarang kita tanyakan hal yang sama, tingkat penilaian Jurdilnya itu menurun tajam dari 94,3 menjadi 76,4 persen," terang Djayadi.

Djayadi menegaskan, hal tersebut harus menjadi perhatian, baik bagi pemerintah, KPU, dan penyelenggara pemilu lainnya.

"Bahwa ada penurunan penilaian positif masyarakat terhadap pemilu dari hari ke hari, sejak hari H sampai dengan sekarang," Djayadi menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.