Sukses

Survei SMRC soal Dukungan Kelompok 212 di Pilpres 2024, Begini Hasilnya

SMRC menyebut dukungan kelompok aksi 212 memiliki efek signifikan pada pilihan presiden.

Liputan6.com, Jakarta Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) melakukan survei berkaitan dengan Kelompok 212 dan Pilpres 2024. Dalam temuannya, terdapat 44 persen publik yang tahu atau pernah mendengar gerakan atau aksi bela Islam 212, sementara yang tidak tahu sebanyak 56 persen.

"Gerakan ini cukup populer, dalam pengertian banyak orang yang tahu," jelas pemilik SMRC Saiful Mujani dalam paparannya, Kamis (21/9/2023).

Saiful menyebut, dari 44 persen yang tahu, sebanyak 38 persen setuju atau mendukung gerakan atau aksi 212 tersebut. Yang tidak setuju atau tidak mendukung 52 persen dan tidak jawab 10 persen. Sementara dari yang tahu, sebanyak 4 persen yang menyatakan pernah datang atau ikut serta dalam aksi 212 tersebut, 92 persen tidak ikut, dan 3 persen tidak menjawab.

Saiful menyatakan bahwa publik yang mendukung gerakan ini cukup banyak, sekitar 16 sampai 17 persen populasi atau sekitar 30 hingga 35-an juta orang. Karena itu, menurut Saiful, kalau ada klaim bahwa gerakan ini besar dan mewakili jumlah masyarakat yang besar, hal itu beralasan.

Atas dasar itu, SMRC melakukan survei pesiden pilihan gerakan 212. Dia menyebut dari yang mengetahui gerakan 212, sebanyak 26 persen memilih Anies, 35 persen Ganjar, 32 persen Prabowo, dan tidak jawab 7 persen. Sementara yang tidak tahu gerakan tersebut, 16 persen memilih Anies, 36 persen Ganjar, 35 persen Prabowo, dan tidak jawab 13 persen.

Saiful menjelaskan bahwa dalam hal tahu atau tidak tahu gerakan 212, variabel ini tidak punya efek pada pilihan presiden.

“Faktor tahu terhadap gerakan 212 tidak berpengaruh pada pilihan presiden,” kata Saiful.

Sementara dari yang setuju atau mendukung gerakan 212, 42 persen mendukung Anies, 35 persen mendukung Prabowo, hanya 18 persen memilih Ganjar, dan masih ada 4 persen tidak menjawab. Sebaliknya, dari yang tidak mendukung gerakan tersebut, 51 persen mendukung Ganjar, 30 persen Prabowo, hanya 14 persen Anies, dan masih ada 5 persen yang tidak jawab.

Pola yang serupa terjadi pada yang pernah ikut gerakan 212, sebanyak 43 persen mendukung Anies, 35 persen Prabowo, hanya 16 persen memilih Ganjar, dan masih ada 6 persen yang tidak jawab. Sedangkan dari yang tahu tapi tidak pernah ikut gerakan tersebut, 37 persen memilih Ganjar, 32 persen Prabowo, 25 persen Anies, dan masih ada 6 persen yang belum menjawab.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Anies Dapat Dukungan 42 Persen

Saiful menjelaskan Anies belum pernah mendapat dukungan sebesar 42 persen publik secara nasional dalam pelbagai survei. Namun di kalangan pendukung aksi 212, dia bisa mendapatkan angka dukungan sebesar itu.

"Data ini menunjukkan bahwa dukungan massa 212 yang setuju dengan gerakan tersebut lebih kuat pada Anies dibanding Prabowo. Sementara dukungan pada Ganjar dari komunitas ini relatif sangat lemah dibanding pada Anies dan Prabowo," kata Saiful.

"Gerakan 212 tersebut memiliki efek signifikan pada pilihan presiden. Jadi umumnya pendukung gerakan 212 itu, kalau tidak ke Anies, ya ke Prabowo," dia menandaskan.

Populasi survei adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Sampel basis 3.710 responden dipilih secara random (stratified multistage random sampling) dari populasi tersebut dengan jumlah yang proporsional.

Oversample dilakukan di provinsi-provinsi kecil minimal menjadi 100 responden, sehingga total sampel secara nasional menjadi 5.000 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 4260 atau 85%. Sebanyak 4260 responden ini yang dianalisis.

Margin of error survei dengan jumlah sampel tersebut secara nasional diperkirakan +/- 1.65% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi stratified random sampling. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.

Waktu wawancara lapangan 31 Juli – 11 Agustus 2023. Pembobotan data dilakukan sehingga sampel yang dianalisis terdistribusi secara proporsional menurut provinsi dan variabel-variabel demografi lainnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini