Sukses

Charta Politika: Prabowo Harus Miliki Momentum Baru Agar Tak Stagnan

Yunarto menjelaskan, adanya stagnasi kedua paslon karena tingkat strong voter lebih tinggi di kedua belah pihak.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Survei Charta Politika menilai ada kenaikan elektabilitas pasangan dari nomer 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pasca Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan mereka sebagai capres dan cawapres.

Namun pada Oktober, November, dan Desember terjadi stagnasi. Prabowo tetap berada pada angka 34,1 persen sedangkan Jokowi 53,2 persen.

"Sudah ditetapkan KPU secara resmi, barisan asal bukan incumbent secara otomatis akan mengerucut kepada satu nama dan kebetulan head to head. Itu yang menjelaskan simulasi Prabowo-Jokowi. Kemudian Prabowo naik, Jokowi turun," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya di Kantornya, Menteng, Rabu (16/1/2019).

Yunarto menjelaskan, adanya stagnasi kedua paslon karena tingkat strong voter lebih tinggi di kedua belah pihak. Dia menilai ruang gerak memang tidak terlalu besar.

"strong voters 80 persen ya. Itu pemilih-pemilih yang nanti kesalahan dilakukan calon tidak sampai mengubah pilihan, kecuali sampai skala ekstrem. Ini sudah terjadi pada pertarungan asal bukan Jokowi asal bukan Prabowo. Di situlah stagnasi sangat mungkin terjadi. Karena ini rematch dari dua kelompok yang itu-itu aja. Yang memang berantem terus-terusan," jelas Yunarto.

Karena itu, kata dia, agar Prabowo tidak mengalami stagnasi, dia harus memiliki momentum baru. Sebab jika Prabowo mempertahankan ritme hal tersebut akan menguntungkan Jokowi.

"Kata kunci Prabowo harus miliki momentum baru, karena ketika terjadi stagnan, yang paling lama diuntungkan pemimpin. Jadi buat yang enggak mimpin, sementara pasangan penantang harus letupan-letupan," ucap Yunarto.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hasil Survei

Jelang debat capres cawapres 2019, survei Charta Politika mencatat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin mencapai 53,2 persen. Sementara, elektabilitas di angka 34,1 persen.

"53,2 persen Jokowi-Ma'ruf. 34,1 persen Prabowo-Sandi. 12,7 persen undisaided. Secara statistik stagnan suara pada kedua calon tersebut. Jika dilihat dari tren Oktober sampai Desember 2018," kata Yunarto di kantornya, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (16/1/2019).

Menurut dia, pada Oktober lalu, tingkat keterpilihan Jokowi-Ma'ruf Amin 53,2 persen. Sedangkan Prabowo-Sandiaga 35,5 persen. Walaupun kenaikan terdapat selisih 17,7 persen menjadi 19,2 persen, namun cenderung stagnan.

Survei ini juga mengungkap sebanyak 34,3 persen responden yang memilih Jokowi-Ma'ruf Amin menilai pasangan nomor 01 tersebut memiliki kinerja dan pengalaman yang bagus. 32 persen pemilihnya juga dianggap pasangan ini berjiwa sosial dan merakyat. Sementara, 11,7 persen merupakan pemilih loyal Jokowi.

"Lalu alasan memilih Prabowo-Sandi lantaran tegas yaitu 25,5 persen dan berjiwa sosial dan merakyat 21,9 persen," kata Yunarto.

Survei dengan mewawancarai 2.000 responden tersebut dilaksanakan pada 22 Desember 2018-2 Januari 2019. Survei dilakukan dengan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error 2,91 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

 

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka.com.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.