Sukses

Shanzhai, Budaya Meniru dari Tiongkok

Meniru atau copycat adalah hal lazim di Tiongkok. Ini juga terjadi di industri otomotif.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu fenomena yang lazim di industri otomotif Tiongkok adalah produk tiruan (copycat). Banyak pabrikan di sana yang meniru habis--kecuali emblem merek, rupa suatu model dari merek-merek terkenal.

Beberapa model yang pernah dijiplak adalah VW Beetle, Range Rover Evoque, Aston Martin, hingga mobil listrik Tesla. Tentu model-model ini dijual dengan harga yang jauh lebih murah dan dengan kualitas di bawah produk asli.

Menurut beberapa literatur, ternyata menjiplak telah menjadi budaya di Tiongkok. Ini berlaku bukan hanya di industri otomotif, tapi juga merambah ke industri elektronika, bahkan hingga desain bangunan.

Budaya ini dikenal dengan sebutan shanzhai. Nicholas Schmidle dalam New York Times mengatakan bahwa shanzhai mengacu pada barang imitasi yang melanggar merek dagang, terutama barang-barang elektronik.

Secara tradisional, Robert Charles Lee dalam Quora mengatakan bahwa shanzhai awalnya mengacu pada kumpulan bandit yang berada di luar kendali pemerintah. Kata ini juga merujuk pada bentuk improvisasi atau buatan sendiri.

Sementara Austin Williams dalam global-briefing.org mengaitkan tradisi ini dengan konteks sosial politik, di mana Tiongkok pernah menjadi negara tertutup tapi terlalu banyak menyalin-tempel Barat dalam banyak hal.

"Sebagai hasil dari praktik sejarah membosankan yang diambil dari yang lain ini, sebuah sikap telah dikembangkan, yaitu memperlakukan intelektualitas pribadi sebagai properti publik," tulis Williams.

Hal ini sebetulnya juga menimbulkan pro dan kontra, bahkan di kalangan masyarakat Tiongkok sendiri. Beberapa melihat shanzhai sebagai bukti kurangnya kreativitas dan inovasi para pengusaha.

Tapi lainnya mengatakan bahwa shanzhai sebetulnya tidak melakukan pelanggaran terhadap Hak Kekayaan Intelektual (Haki), bahkan membantu masyarakat menciptakan produk yang inovatif, dengan harga yang juga lebih murah.

Faktanya memang belum ada satupun pabrikan otomotif Tiongkok yang terbukti melakukan pelanggaran Haki di pengadilan internasional. Tentu, ini juga tak bisa dilepaskan dari proteksi pemerintah Partai Komunis.

Terlepas dari segala perdebatan itu, tampaknya fenomena ini masih akan terus berlanjut. Baik di industri otomotif, atau industri-industri lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini