Sukses

Hindari 5 Makanan Ini Jika Tidak Ingin Ingatan dan Fokus Berkurang

Bakteri usus dapat memicu proses metabolisme dan peradangan otak yang kemudian dapat memengaruhi memori.

Liputan6.com, Jakarta Memori atau ingatan yang tersimpan di dalam otak akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Bukan itu saja, orang yang sudah berumur juga akan merasakan fokusnya kian menurun. Itulah tanda-tanda seseorang mulai mengalami demensia.

Demensia tersebut bisa terjadi dari beberapa faktor. Salah satunya mengenai bakteri usus di dalam tubuh.

Sebagai seorang psikiater nutrisi sekaligus mahasiswa di Harvard Medical School dan penulis “This Is Your Brain on Food”, Uma Naidoo sudah mempelajari hal tersebut. Naidoo sudah paham betul bagaimana bakteri usus dapat memicu proses metabolisme dan peradangan otak yang kemudian dapat memengaruhi memori.

Namun, tidak perlu khawatir. Setiap orang kemungkinan bisa mencegah demensia. Sebab ada sebuah studi yang menunjukkan bahwa seseorang mungkin bisa mengurangi kemungkinan demensia.

Salah satu caranya dengan menghindari makanan yang dapat membahayakan bakteri usus kita dan melemahkan memori dan fokus.

Lantas apa saja makanan yang harus dihindari supaya bisa membantu mengurangi demensia?

Berikut ini 5 makanan yang perlu dihindari untuk mengurangi peradangan dan meningkatkan kesehatan otak atau demensia seperti melansir laman CNBC Make It, Selasa (7/12/2021).

1. Gula

Otak memang membutuhkan energi dari glukosa. Misalnya berbentuk gula, itu bisa menjadi sumber dari aktivitas seluler. Namun, mengonsumsi terlalu tinggi glukosa pun tidak baik. Apalagi bagi otak manusia.

Menurut sebuah penelitian, terlalu banyak glukosa ternyata bisa menimbulkan gangguan memori. Selain itu, tingginya glukosa dalam tubuh juga bisa menyebabkan berkurangnya plastisitas hipokampus, bagian otak yang mengendalikan memori.

Meskipun setiap tubuh memiliki kebutuhan yang berbeda, American Heart Association menyarankan kepada wanita untuk mengkonsumsi glukosa tidak lebih dari 25 gram per hari. Sementara gagi pria, sebaiknya di bawah 36 gram hari.

2. Makanan yang digoreng

Ada beragam makanan yang digoreng. Misalnya kentang goreng, tempura, samosa, ikan, keripik, ayam goreng, dan masih banyak lagi. Makanan itu tentu sangat menggoda.

Namun, Anda juga perlu mengetahui apa saja risiko terlalu banyak mengonsumsi makanan yang digoreng.

Ternyata makanan yang digoreng juga bisa berpengaruh terhadap kesehatan otak. Jadi, ada baiknya jika Anda mampu mengurangi mengonsumsi makanan yang digoreng.

Di sisi lain menurut sebuah penelitian yang melibatkan 18.080 orang menemukan, mengonsumsi terlalu banyak makanan yang digoreng bisa menurunkan tingkat pembelajaran dan memori.

Hal itu bisa terjadi karena mungkin terjadinya peradangan. Kemudian dapat merusak pembuluh darah yang memasok darah ke otak.

Sementara menurut studi lain dengan 715 orang yang mengukur tingkat depresi dan ketahanan mental, juga memberikan hasil yang sama dari penelitian sebelumnya. Para peneliti menemukan bahwa seseorang yang mengonsumsi lebih banyak makanan yang digoreng lebih mungkin mengalami depresi di dalam hidupnya. 

3. Karbohidrat yang mengandung glikemik tinggi

Makanan yang tinggi karbohidrat, seperti roti, pasta, atau apa pun yang terbuat dari tepung, meskipun tidak terasa manis, tubuh tetap akan memprosesnya dengan cara yang sama seperti gula dalam tubuh. Secara tidak langsung, hal itu berarti juga dapat meningkatkan risiko untuk depresi.

Di samping itu, pada 2018, para peneliti berusaha untuk mengevaluasi apakah karbohidrat tertentu berhubungan dengan depresi atau tidak. Kemudian mereka memberikan pertanyaan kepada 15.546 peserta.

Sebelumnya peneliti menjelaskan bahwa karbohidrat yang berkualitas baik itu bisa didapatkan dari biji-bijian, makanan tinggi serat, dan yang mengandung sedikit indeks glikemik (GI).

GI ini dapat mengukur seberapa cepat makanan berubah menjadi glukosa ketika dipecah selama pencernaan.

Semakin cepat makanan berubah menjadi glukosa dalam tubuh, semakin tinggi peringkat indeks glikemiknya.

Para peneliti kemudian menemukan hasilnya bahwa orang yang memiliki skor tertinggi pada indeks kualitas karbohidrat, itu berarti mereka mengonsumsi karbohidrat berkualitas yang lebih baik.

Sementara itu, mereka pun kemungkinan terkena depresi 30 persen lebih kecil dibandingkan dengan seseorang yang mengonsumsi karbohidrat yang tinggi GI.

Bagi yang belum tahu, karbohidrat GI itu seperti kentang, roti putih, dan nasi putih. Sementara madu, jus jeruk, dan roti gandum termasuk ke dalam makanan dengan GI sedang.

Sedangkan untuk makanan rendah GI di antaranya sayuran hijau, sebagian besar buah-buahan, wortel mentah, kacang merah, buncis dan lentil.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

4. Alkohol

Semasa hidupnya Naidoo sering bertemu dengan orang-orang yang menjalani kehidupan dengan penuh tekanan. Mereka itu berpola pikir “bekerja keras, bermain keras”. Akan tetapi, hal itu kemudian mengarah pada kebiasaan “minum” yang berlebihan.

Menurut mereka, kegiatan itu mungkin salah satu cara untuk menghilangkan stres. Padahal, setelah seseorang melakukan hal itu bisa jadi keesokan harinya merasa gelisah atau otak seakan tidak berfungsi ketika bangung di pagi hari.

Berkaitan dengan hal itu kemudian salah satu seorang profesor Archana Singh-Manoux bersama rekan-rekannya memantau 9.087 orang selama 23 tahun. Singh-Manoux berniat untuk membuktikan pengaruh alkohol dengan demensia.

Lalu pada 2018, British Medical Journal melaporkan, orang yang benar-benar berpantang alkohol atau yang mengonsumsi lebih dari 14 minuman per minggu memiliki risiko demensia lebih tinggi. Itu dibandingkan dengan orang yang minum alkohol dalam jumlah sedang.

Secara umum , pria yang bisa mengonsumsi lebih dari 14 minuman per minggu atau lebih dari empat minuman dalam satu hari itu dianggap sebagai peminum berat. Sementara bagi wanita yang dianggap peminum berat adalah dia yang minum lebih dari tujuh minuman per minggu atau tiga minuman per hari.

5. Nitrat

Nitrat biasanya digunakan sebagai pengawet. Di samping itu, nitrat juga bisa menyebabkan seseorang mengalami depresi.

Salah satu studi menunjukkan bahwa nitrat dapat mengubah bakteri usus sehingga kemudian mengakibatkan gangguan bipolar.

Jadi, jangan coba terlalu banyak mengonsumsi nitrat. Jika menginginkan, Anda bisa mengolahnya dengan makanan yang mengandung tepung soba.

Tepung soba ini mengandung antioksidan penting yang dapat melawan beberapa efek kesehatan negatif dari daging.

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.