Sukses

Proses Panjang Pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid

Banyak kalangan yang tidak menduga jika akhirnya Wiranto menggandeng Gus Solah sebagai cawapresnya. Suara nahdlyin yang begitu besar jumlahnya menjadi faktor utama pemilihan.

Liputan6.com, Jakarta: Tak ada rotan, akar pun jadi. Pepatah lama itu begitu tepat untuk merunut perjuangan Wiranto, calon presiden dari Partai Golongan Karya mendapatkan pasangan calon wakil presiden. Setelah gagal meminang Ketua Umum Pengurus Besar Nahdaltul Ulama Hasyim Muzadi--kini nonaktif--, Wiranto akhirnya menjatuhkan pilihan kepada Salahuddin Wahid untuk mendampinginya. Pilihan itu bukan tanpa pertimbangan. Jutaan suara nahdlyin diharapkan mengalir ke pasangan tersebut.

Tak bisa dimungkiri, kaum nahdliyin yang begitu besar jumlahnya dianggap teramat seksi untuk melicinkan ambisi Wiranto menduduki kursi RI 1. Banyak pihak yang tidak menduga jika akhirnya Wiranto menggandeng Salahuddin yang juga ketua PBNU sebagai cawapresnya. Betapa tidak, sebelumnya Wiranto terlihat begitu berambisi melamar Hasyim.

Sebagai pemenang Pemilihan Umum Legislatif, Golkar memang memiliki pendukung sekitar 24 juta lebih. Tapi, dukungan itu dianggap belum cukup aman untuk memenangkan pertarungan dalam Pemilu Presiden dan Wapres, 5 Juli mendatang. Karena itulah, mereka memilih untuk berkoalisi dengan kekuatan lain. Pilihan kemudian jatuh kepada NU, meski hanya melalui individu. Akhirnya, pilihan mengerucut ke Gus Solah--sapaan Salahuddin.

Pasangan Wiranto-Gus Solah kemudian dideklarasikan. Pasangan ini seolah hendak menunjukkan representasi poros politik Indonesia. Wiranto-Gus Solah difigurkan sebagai perpaduan antara kaum nasionalis dan agamis. Mereka mengusung platform agenda penyelamatan bangsa yang disebutnya upaya menjadikan bangsa Indonesia sebagai negara yang disegani dan bermartabat. Visi dan misi pasangan ini terdiri dari lima aspek, yakni penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia, mewujudkan pemerintahan yang baik, pembangunan ekonomi nasional yang lebih terarah, penyempurnaan sistem pendidikan nasional, dan rekonsiliasi nasional.

Meskipun Salahuddin adalah salah seorang ketua PBNU, tidak serta merta memperoleh dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa, partai anak kandung NU. Awalnya, dia hanya memperoleh restu dari Abdurrahman Wahid, ketua Dewan Syuro PKB sekaligus kakak kandungnya. Saat itu, PKB masih berkeras memperjuangkan Gus Dur--sebutan Abdurrahman Wahid--maju dalam perebutan kursi RI 1. Namun setelah Gus Dur dinyatakan kandas oleh Komisi Pemilihan Umum, PKB akhirnya mendukung penuh Salahuddin. Tapi, dukungan bukan tanpa syarat. PKB menginginkan power sharing atau pembagian kekuasaan. Selain itu, PKB akan mencabut dukungan tadi apabila di kemudian hari Gus Dur dinyatakan bisa maju sebagai capres.

Banyak kalangan menilai pinangan Wiranto terhadap Gus Solah memiliki beberapa faktor plus. Salah satunya berkaitan dengan dugaan pelanggaran HAM berat yang terus menempel pada diri mantan Panglima ABRI/Menteri Perhananan dan Keamanan itu. Salahuddin bukan saja wakil ketua Komisi Nasional HAM, tetapi juga ketua Tim Ad Hoc Penyelidikan kasus Kerusuhan 13-15 Mei 1998. Ketika pasangan ini dideklarasikan, Gus Solah sempat mengajak bangsa Indonesia menanggalkan rasa dendam, mengambil pelajaran dari masa lalu, dan memusatkan perhatian ke masa depan. Sikap dan pernyataan itu memperkuat posisi Wiranto dalam permasalahan HAM. Kontribusi positif berpasangan dengan Salahuddin bagi pasangan Wiranto, Gus Solah adalah adik kandung Gus Dur.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini