Sukses

[VIDEO] PPATK Monitor Kekayaan Ratu Atut

Di tengah gelimang harta kebiasaan belanja dinasti Ratu Atut, masih banyak rakyat Banten yang hidup dibawah garis kemiskinan.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memonitor transaksi mencurigakan di rekening Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Di tengah gelimang harta kebiasaan belanja dinasti Ratu Atut, masih banyak rakyat Banten yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sementara Ratu Atut minta agar diperlakukan sesuai dengan azas praduga tak bersalah.

PPATK mengaku tengah memonitor harta kekayaan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dan telah menemukan beberapa transaksi mencurigakan yang patut diduga terindikasi korupsi.

PPATK masih enggan membeberkan dengan rinci apa saja transaksi mencurigakan dari Atut, karena status sang Gubernur Banten masih sebagai saksi belum tersangka.  

Dari laporan harta kekayaan penyelenggara negara, tercatat harta Atut lebih Rp 41 miliar dengan memiliki banyak rumah, tanah dan harta lain. Atut juga dikenal sebagai wanita yang suka berbelanja dan menghabiskan uang dengan barang-barang mewah di Swiss, Singapura, Tokyo, Seoul, dan pusat perbelanjaan elite lain.

Banyaknya harta Atut diduga didapat dari gurita bisnisnya di Banten yang menurut data Indonesia Corruption Watch (ICW) untuk tahun anggaran 2011-2013 mencapai lebih dari Rp 1 triliun.

Seperti ditayangkan Liputan 6 SCTV, Selasa (6/11/2013), salah satu dugaan korupsi Atut adalah Rumah Sakit Umum Daerah Banten. Menurut laporan BPK, kerugian negara akibat penyelewengan dalam pengadaan alat-alat kesehatan di rumah sakit rujukan Banten mencapai Rp 32 miliar.

Menanggapi tudingan miring yang dialamatkan kepada keluarganya, Ratu Atut meminta pers membuat pemberitaan yang adil dan mengedepankan asas praduga tak bersalah.

Di tengah gelimang harta Sang Gubernur, banyak rakyat Banten yang masih hidup di bawah garis kemiskinan seperti Yakub. Bocah  ini sudah berusia 12 tahun namun hingga kini tak bisa berjalan karena gizi buruk. Selain itu Yakub juga memilik benjolan di kepalanya sebesar buah mangga.

Sang ibu bercerita, sakit sang anaknya sudah diketahui sejak usia 2 tahun. Namun, karena tak memiliki biaya, keluarganya hanya mampu berobat ke puskesmas. (Mvi/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.