Sukses

5 Fakta Bahlil Ladahlia Dilaporkan ke KPK Terkait Dugaan Korupsi Izin Usaha Tambang

Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) melaporkan menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia ke KPK pada Selasa 19 Maret 2024 kemarin.

Liputan6.com, Jakarta - Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) melaporkan menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Selasa 19 Maret 2024 kemarin. 

Bahlil dilaporkan atas dugaan korupsi dalam penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP). JATAM menduga adanya permainan dalam membuka-menutup tambang pada periode 2021-2023.

"Keputusan pencabutan izin tambang oleh Menteri Bahlil yang diduga penuh koruptif, menguntungkan diri, kelompok dan orang lain, serta merugikan perekonomian negara," kata Kepala Divisi Hukum JATAM, Muhammad Jamil di gedung Merah Putih KPK, Selasa 19 Maret 2024.

JATAM menduga puncak korupsi ini adalah ketika Jokowi juga mengeluarkan Perpres Nomor 70 Tahun 2023 tentang Pengalokasian Lahan bagi Penataan Investasi.

Melalui regulasi ini, Bahlil diberikan wewenang untuk mencabut izin tambang, perkebunan, dan konsesi kawasan hutan, serta bisa memberikan izin pemanfaatan lahan untuk ormas, koperasi, dan lain-lain.

Adapun pihak terlapor, Bahlil Lahadalia menanggapi dengan santai dan mengatakan dirinya tidak tahu dilaporkan ke KPK. 

"Oh saya enggak tahu, saya enggak tahu, saya belom tahu," kata Bahlil saat menyambangi Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)," Selasa 19 Maret 2024.

 

Berikut beberapa fakta terkait Bahlil Ladahlia yang dilaporkan JATAM terkait dugaan korupsi penerbitan IUP yang telah dihimpun oleh Liputan6:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Diduga Terima Suap dan Gratifikasi

Dalam aduannya ke KPK, Kepala Divisi Hukum Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), Muhammad Jamil menyebutkan Bahlil disangkakan melakukan perilaku koruptif berupa dugaan penerimaan suap, penerimaan gratifikasi atau pemerasan.

"Yang dilaporkan deliknya itu, pertama sebenarnya kami lebih ke suap ya, karena ada deal-deal-an kan, konsepsinya suap atau pemerasan itu ada hasil, setelah terjadi proses. Nah itu suap atau pemerasan dan gratifikasi kalau diundang-undang KPK itu gratifikasi juga bagian dari suap," ucap Jamil. 

Dalam beberapa bukti yang dilampirkan berupa dokumen, salah satunya ikhwal aliran dana sumbangan dana kampanye dari sejumlah jaringan perusahaan yang terhubung dengan Bahlil.

Selain itu terdapat daftar perkara di pengadilan terkait sengketa izin usaha tambah yang sempat dicabut oleh Bahlil.

"Kami catat 128 perusahan dalam rentang waktu 2022-2024. Tapi perusahaan yang dicabut (Bahlil) menang dalam pengadilan hampir di atas 50 persen," bebernya.

 

3 dari 5 halaman

2. Izin Tambang Dicabut Usai Ditunjuk Kasatgas

Lebih lanjut, Jamil menyebut pencabutan ribuan izin tambang oleh Bahlil pasca dirinya mendapat mandat dan kuasa dari Presiden Joko Widodo pada tahun 2021 lalu.

Bersamaan dengan itu Jokowi juga menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11 Tahun 2021 tentang Satuan Tugas Percepatan Investasi.

Bahlil ditunjuk sebagai Ketua Satuan Tugas (Kasatgas), untuk memastikan realisasi investasi dan menyelesaikan masalah perizinan, serta menelusuri izin pertambangan dan perkebunan yang tak produktif.

Berlanjut di tahun 2022. Jokowi meneken Kepres Nomor 1 Tahun 2022 tentang Satgas Penataan Lahan dan Penataan Investasi.

Melalui putusan itu pun Bahlil mendapat kuasa mencabut izin tambang, hak guna usaha, dan konsesi Kawasan hutan, serta dimungkinkan untuk memberikan kemudahan kepada organisasi kemasyarakatan, koperasi, dan lain-lain untuk mendapatkan lahan/konsesi.

Hingga puncaknya pada Oktober 2023 dimana Jokowi juga mengeluarkan Perpres Nomor 70 Tahun 2023 tentang Pengalokasian Lahan bagi Penataan Investasi.

Melalui regulasi ini, Menteri Bahlil diberikan wewenang untuk mencabut izin tambang, perkebunan, dan konsesi kawasan hutan, serta bisa memberikan izin pemanfaatan lahan untuk ormas, koperasi, dan lain-lain.

 

 

4 dari 5 halaman

3. Kasus Bakal Ditelaah KPK

Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menanggapi perihal laporan terhadap Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia atas dugaan korupsi dalam penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP).

KPK mengaku bakal menelaah laporan yang dibuat oleh Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) tersebut. 

"Pimpinan sudah minta Dumas (Pengaduan Masyarakat) untuk melakukan telaah atas informasi yang disampaikan masyarakat," ujar pimpin KPK, Alexander Marwata kepada wartawan, Selasa (19/3/2024).

Sebagaimana diketahui, Kepala Divisi Hukum JATAM, Muhammad Jamil menyebut kasus dugaan korupsi Bahlil diduga telah melakukan tindakan rasuah oleh Bahlil telah terjadi sejak 2021-2023.

"Keputusan pencabutan izin tambang oleh Menteri Bahlil yang diduga penuh koruptif, menguntungkan diri, kelompok dan orang lain, serta merugikan perekonomian negara," ungkap Kepala Divisi Hukum JATAM, Muhammad Jamil di gedung Merah Putih KPK, Selasa (19/3/2024).

 

5 dari 5 halaman

4. Delik Aduan

Dalam aduannya ke KPK, disebutkan Bahlil disangkakan melakukan perilaku koruptif berupa dugaan penerimaan suap, penerimaan gratifikasi atau pemerasan.

"Yang dilaporkan deliknya itu, pertama sebenarnya kami lebih ke suap ya, karena ada deal-dealan kan, konsepsinya suap atau pemerasan itu ada hasil, setelah terjadi proses. Nah itu suap atau pemerasan dan gratifikasi kalau diundang-undang KPK itu gratifikasi juga bagian dari suap," ucap dia.

Dalam beberapa bukti yang dilampirkan berupa dokumen, salah satunya ikhwal aliran dana sumbangan dana kampanye dari sejumlah jaringan perusahaan yang terhubung dengan Bahlil.

Selain itu terdapat daftar perakaran di pengadilan terkait sengketa izin usaha tambang yang sempat dicabut oleh Bahlil.

"Kami catat 128 perusahan dalam rentang waktu 2022-2024. Tapi perusahaan yang dicabut (Bahlil) menang dalam pengadilan hampir di atas 50 persen," bebernya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.