Sukses

HEADLINE: PDIP Mulai Bersikap soal Jokowi dan Keluarga, Kurang Galak?

Sedih dan kecewa kalimat yang pertama kali dilontarkan oleh DPP PDI Perjuangan (PDIP) melalui Sekretaris Jenderalnya Hasto Kristiyanto, terhadap manuver dan dansa politik yang dilakukan Joko Widodo atau Jokowi bersama anaknya Gibran Rakabuming Raka di Pemilu 2024 ini.

Liputan6.com, Jakarta Sedih dan kecewa kalimat yang pertama kali dilontarkan oleh DPP PDI Perjuangan (PDIP) melalui Sekretaris Jenderalnya Hasto Kristiyanto, terhadap manuver dan dansa politik yang dilakukan Joko Widodo atau Jokowi bersama anaknya Gibran Rakabuming Raka di Pemilu 2024 ini.

Para banteng ini tak menyeruduk kedua kadernya seperti saat menghadapi Gubernur Maluku Murad Ismail yang membiarkan istrinya, Widya Pratiwi mengganti perahu politik ke Partai Amanat Nasional (PAN), atau seperti menanggapi Budiman Sudjatmiko yang dihadiahi surat pemecatan.

Walaupun terlihat lebih lembut, bukan banteng kalau tidak galak. Misalnya saja, Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah di Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Sabtu 28 Oktober mulai menyindir Gibran, melalui seragam PDIP warna hitam yang dikenakannya. Dia bertutur, warna hitam itu menggambarkan suasana demokrasi Indonesia hari ini.

Tak sampai di sana, Isu tiga periode kembali dikeluarkan dengan diksi permintaan 'pak lurah', dan menyindir keberadaan Gibran sebagai bakal calon wakil presiden bagi Prabowo Subianto karena mengangkangi konstitusi dan dianggap melakukan pembangkangan politik.

Rasa sedih para kader pun juga diungkapkan oleh Ganjar. Namun, itu disebutnya tak membuat surut PDIP. "Kesedihan itu pasti ada tapi kita enggak akan cengeng. Banteng enggak cengeng, banteng ketaton (terluka) itu langsung bergerak," ujar Ganjar di Jakarta Selatan, Minggu 29 Oktober 2023.

Bahkan, Politikus PDIP Masinton Pasaribu tahu betul bahwa Megawati menyayangi Jokowi. Namun, dia tidak tahu situasi sebaliknya, apakah Jokowi juga menyayangi Megawati.

"Enggak ada, gitu loh, Bu Mega itu selalu sayang sama Pak Jokowi, tapi enggak tahu Pak Jokowi masih sayang enggak sama Bu Mega," ujar dia.

Dia pun menyampaikan pesan kepada Jokowi. Dia berujar, Megawati masih menyayangi Jokowi dan berharap hal sebaliknya.

"Halo Pak Jokowi, saya Masinton Pasaribu. Bu Mega selalu cinta dan sayang sama Pak Jokowi. Pak Jokowi sayang enggak ya sama Bu Mega, masih sayang enggak? Saya berharap sih masih sayang, merdeka," kata dia.

Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat mengaku respons kecewa dan sedih itu ada di barisan kader bakal sampai anak ranting. Namun, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri diklaim hanya tertawa dan biasa saja.

"Kalau Bu Mega ketawa-ketawa, enggak ada masalah, sudah biasa. Tapi kalau anak ranting, ranting yang berjuang kalau kecewa ya wajar dong. Tetapi bentuk kekecewaan yang saya senang itu dikonversi menjadi kegairahan, menjadi semangat untuk memenangkan Pak Ganjar dan Pak Mahfud. Jadi yang positif, jadi senang sekali kita," ungkap dia di Jakarta, Senin (30/10/2023).

"Kecewa ya, enggak ngamuk atau mutung. Tapi mereka lebih semangat. Ya pasti manusiawi mereka kecewa, mereka yang berjuang. Tapi ada yang enggak percaya, masa sih? masa sih? tapi sekarang sudah terjawab," lanjutnya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu tetap memastikan bahwa partainya yang berlambang banteng bermoncong putih itu akan mengawal kepemimpinan Jokowi sampai akhir masa jabatan.

"Bagaimana pun kita harus mengawal, kita harus menyukseskan kepemimpinan Pak jokowi sampai dengan akhir jabatan dan program-program pemerintah kita tuntaskan karena Pak Ganjar dan Pak Mahfud akan lebih mempercepat lagi supaya Indonesia itu bisa pulih," kata Djarot.

Di kesempatan berbeda, Gibran Rakabuming Raka mengaku sudah mendapatkan lampu hijau dari Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani, untuk maju jadi Cawapres Prabowo di Pilpres 2024.

"Teman-teman media kan saya sudah berkali-kali bilang. Kira-kira dua minggu lalu saya sudah ketemu Mbak Puan dan Pak Arsjad," kata Gibran di Solo, Jawa Tengah, Senin (30/10/2023).

Pada pertemuan tersebut, ia mengaku sudah mendapatkan izin dari keduanya untuk mengikuti kontestasi pemilu tahun depan.

"Beliau berdua sudah memberi saya izin untuk ikut berkompetisi. Enggak perlu saya ulang-ulang lagi," kata Wali Kota Surakarta itu.

Mengenai keanggotaannya di PDI Perjuangan yang dipermasalahkan sejumlah pihak, termasuk Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo, ia mengatakan dalam waktu dekat akan bertemu dengan yang bersangkutan.

"Beliau sudah WA saya, nanti ya saya carikan jadwal. Biar tidak saling tumpang tindih jadwalnya," katanya.

Termasuk mengenai permintaan dari sejumlah kader PDI Perjuangan yang meminta Gibran mengembalikan kartu tanda anggota (KTA), ia juga akan membahasnya dengan Hadi Rudyatmo.

"Nanti saya bicarakan dengan Pak Ketua DPC dulu," katanya.

 

PDIP Menunjukan Sikapnya

Dari sudut pandang Dosen Departemen Politik Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi Kusman memandang, pernyataan PDIP kepada Jokowi sebetulnya menegaskan tentang posisi partai tersebut dalam Pilpres 2024 berada pada posisi yang berbeda secara politik dengan Jokowi setelah Prabowo berpasangan dengan Gibran.

"Sikap penegasan yang diungkapkan dengan kekecewaan tersebut adalah hal yang wajar mengingat bahwa baik Jokowi maupun Gibran yang selama ini adalah kader PDIP dan berkomitmen dengan posisi politik dari PDIP mengambil pilihan yang berbeda dengan PDIP di mana hal ini melanggar etika politik," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (30/10/2023).

Airlangga melihat, PDIP yang menyinggung keputusan MK sebenarnya adalah sikap dari partai tersebut yang menilai bahwa keputusan MK tersebut bersifat kontroversial dan mengandung conflict of interest.

"Di mana hal ini merupakan koreksi terhadap indikasi penggunaan hukum sebagai perangkat kekuasaan," jelas dia.

Airlangga juga menuturkan, PDIP juga memperlihat bahwa mereka masih kuat dan tidak dalam situasi terdesak meski Gibran dan Jokowi kini bersebrangan.

"PDIP tidak merasa terdesak tapi ini adalah tanda kepada kader partai untuk memenangkan elektoral melalui kekuatan kader akar rumput Dan dalam Pilpres dengan mengonsolidasikan dukungan kepada Ganjar-Mahfud," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Strategi Tenangnya PDIP

Pengamat Politik Ujang Komarudin melihat, apa yang dilakukan PDIP ini adalah perlawanan yang soft atau lembut. Meski demikian, dia mengapresiasi tidak ada konfrontasi terbuka karena ini tetap menjaga Pemilu yang aman dan damai.

"Saya meyakini baik PDIP maupun Jokowi sudah sama-sama dewasa, sudah memiliki jiwa kenegarawanan, kepentingan bangsa itu diutamakan," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (30/10/2023).

"Jadi apapun yang terjadi itulah dinamika politik yang harus dihadapi oleh PDIP. Dan PDIP harus bergerak untuk memenangkan menggunakan kekuatan sendiri," sambungnya.

Ujang pun belum melihat bahwa kini PDIP menjadi partai underdog. Karena mereka masih menjadi partai pemenang.

"PDIP masih menjadi partai pemenang, masih menjadi partai penguasa, artinya nanti seperti apa tergantung mereka sendiri. Apakah tanpa Jokowi bisa menang atau tidak, kita lihat sendiri. Oleh sebab itu pembuktiannya di Pilpres 2024 ini," kata dia.

Senada, Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro menyebut ada alasan PDIP menyerang secara soft. Di mana, sesuai temuan lembaganya dalam survei 16-20 Oktober 2023 menunjukan temuan-temuan bahwa pemilih PDI Perjuangann berdasarkan beberapa alasan, dua terbesarnya karena terbiasa memilih PDIP dan satu lagi faktor Jokowi.

Sehingga, menurut dia, ini tampaknya disadari oleh PDI Perjuangan.

"Pemilh PDI Perjuangan dalam jumlah cukup besar merupakan mereka-mereka yang memiliki simpati dan kesukaan terhadap figur Joko Widodo. Oleh karena itu, meskipun dalam pemilihan mendatang dapat dikatakan PDI Perjuangan dan Joko Widodo bersebrangan jalan, tetapi PDI Perjuangan memberikan respons yang dapat dikatakan terbilang soft, dibandingkan respons PDI Perjuangan terhadap kader-kader yang dianggap membelot atau tidak disiplin terhadap partai," kata Bawono kepada Liputan6.com, Senin (30/10/2023).

Sehingga, lanjut dia, ini betul dijaga PDIP agar para pendukung Jokowi tidak hilang. 

"PDI Perjuangan berhitung betul apabila melakukan respons keras atau konfrontasi terbuka terhadap keluarga Joko Widodo pasca deklarasi Gibran menjadi pendamping Prabowo Subianto, mereka berpotensi akan kehilangan dukungan dari pemilih-pemilih PDI Perjuangan yang memiliki simpati atau kesukaan terhadap Joko Widodo," kata Bawono.

3 dari 3 halaman

Teman Koalisi Gibran Tak Mau Ikut Campur

Wakil Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional Viva Yoga Mauladi mengatakan, pihaknya tak mau mencampuri urusan Gibran Rakabuming Raka sdengan PDIP. 

"Tetapi harapannya kalau Mas Gibran tidak dipecat kan ada dua kader PDIP maju (Pilpres) kan bagus itu," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (30/10/2023).

Soal serangan ini akan berdampak, Viva mengklaim menunggu hasil survei lainnya. Karena dia yakin, Gibran mengalami kenaikan suaranya.

"Apakah positif atau negatif ya nanti dilihat dari hasil surveinya. Karena kita memilih Mas Gibran juga berdasarkan hasil survei yang mengalami tren kenaikan karena beberapa pertimbangan, Mas Gibran mewakili kaum milenial Gen Z, mewakili kaum muda," kata dia.

"Mas Gibran itu mendapatkan Jokowi efek 100 persen, dan pemilih Pilpres 2024 itu adalah kaum milenial dan Gen Z. Jadi Mas Gibran itu representasi dari mereka. Itulah yang menjadi pertimbangan objektif memilih Mas Gibran," sambungnya.

Viva mengungkapkan, pihaknya akan berusaha terus untuk dapat meningkatkan elektabilitas dan perolehan suara nantinya yang diukur TPS.

"Insyaallah harapannya akan semakin besar untuk dapat memenangkan Pilpres 2024," kata dia.

Senada, meski Gibran statusnya belum jelas, Politikus Partai Golkar Nusron Wahid mengatakan, partainya tidak memaksa Gibran untuk menjadi kader Partai Golkar.

"Soal keanggotaan Gibran di Golkar, sampai saat ini Mas Gibran belum menjadi kader Golkar, dan kami dalam posisi tidak memaksakan agar masuk Golkar," kata Nusron di Jakarta Senin, (30/10/2023).

Lebih lanjut, dia menyampaikan, Partai Golkar menyerahkan sepenuhnya kepada Gibran untuk memutuskan apakah akan menjadi kader partai berlambang pohon beringin atau tidak.

"Semua mengalir dan menyerahkan sepenuhnya sama Mas Gibran," tegas dia.

Nusron mengatakan, pihaknya saat ini tengah fokus untuk memenangkan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024.

"Kami fokus bagaimana Prabowo-Gibran menang. Bukan fokus kami untuk ngejar-ngejar keanggotaan Mas Gibran ke Golkar," imbuh Nusron.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini