Sukses

Cuaca Hari Ini Selasa 29 Agustus 2023: Jakarta Seharian Cerah Berawan

Pagi hari ini, Selasa (29/8/2023), seluruh langit Jakarta diprediksi cerah berawan tanpa ada hujan sama sekali. Begitulah prakiraan cuaca hari ini, Selasa (29/8/2023).

Liputan6.com, Jakarta - Pagi hari ini, Selasa (29/8/2023), seluruh langit Jakarta diprediksi cerah berawan tanpa ada hujan sama sekali. Begitulah prakiraan cuaca hari ini, Selasa (29/8/2023).

Begitu pula pada siang hingga malam hari nanti, cuaca Jakarta keseluruhannya diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bakal cerah berawan.

Tak jauh berbeda, wilayah penyangganya yaitu Bekasi dan Depok Jawa Barat, pagi hingga siang hari ini diprakirakan cerah berawan, lalu malam nanti berawan.

Sedikit berbeda di Kota Bogor, Jawa Barat, langit pagi ini diprediksi BMKG bakal cerah berawan, siang hujan dengan intensitas sedang, dan mala hari nanti hujan ringan.

Kemudian di Kota Tangerang, Banten, pagi hari ini diprakirakan cerah, siang cerah berawan, dan malam nanti berawan.

Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang   Malam 
 Jakarta Barat  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Pusat   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Selatan   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Timur   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Utara   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Kepulauan Seribu   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Bekasi   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Depok   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Kota Bogor   Cerah Berawan  Hujan Sedang  Hujan Ringan
 Tangerang  Cerah  Cerah Berawan  Berawan

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kanal Banjir Timur Surut Akibat Perubahan Iklim, Ini Penjelasan BMKG

Sebelumnya, musim kemarau yang melanda wilayah DKI Jakarta membuat debit air di Kanal Banjir Timur (KBT) surut.

Keadaan ini dialami di sepanjang Jalan Inspeksi KBT Malaka Sari hingga Jalan Rawa Bebek, Pilogebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

Berdasarkan hasil analisis terhadap pengamatan curah hujan yang dilakukan selama bulan Agustus dari BMKG, kondisi KBT berhubungan dengan perubahan iklim yang saat ini terjadi. 

Hal ini diungkapkan oleh Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Supari yang mengatakan bahwa wilayah Jabotabek termasuk Provinsi DKI,  Banten dan sebagian besar Jawa Barat mengalami curah hujan yang sangat rendah.

"Sangat rendah yaitu kurang dari 10 mm dalam 10 hari. Jadi curah hujan yang seperti itu membuat kondisi aliran sungai sangat kecil, bahkan kering karena tidak ada supply air ke dalam tanah kan," ujar Supari kepada Liputan6.com, Rabu 23 Agustus 2023.

Supari menyebut kondisi daerah yang mengalami curah hujan yang sangat rendah pada sepanjang bulan Agustus ini meliputi Sumatera Selatan, Lampung, seluruh Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, Kalimantan Selatan, sebagian besar Sulawesi dan Papua bagian selatan.

"Jadi ya dari segi nasional merata dan itu yang berkontribusi pada mengeringnya sungai-sungai atau kalau tidak mengering mungkin alirannya sangat kecil," jelasnya.

3 dari 4 halaman

Penyusutan Air di KBT Terjadi Berlangsung Sejak Juli 2023

Surutnya debit air di Kanal Banjir Timur membuat dasar kali KBT, termasuk lumpur dan gumpalan sampah-sampah plastik dapat dilihat. Bahkan, di beberapa titik wilayah Rawa Bebek, permukaan tanah di tepi KBT terlihat pecah-pecah.

Menurut Petugas Pos Duga Air Weir I Malaka Sari, Duren Sawit, Sutisna penyusutan permukaan air KBT terjadi karena musim kemarau yang berlangsung sejak Juli 2023. Dia mengatakan surutnya air di KBT disebabkan oleh debit air sungai yang mengalir ke KBT tidak berasal dari mata air.

"Kalau kering ini memang karena musim kemarau. Jadi enggak ada mata airnya," kata Sutisna di pintu air Malaka Sari, Senin 21 Agustus 2023, seperti dilansir dari Antara.

Sutisna menyebut penyusutan akan terlihat dari tinggi rendahnya permukaan air di dalam bendungan.

"Jika dalam keadaan normal, saat pintu air dibuka, permukaan air bendungan akan setinggi 30-50 sentimeter (cm). Namun, saat musim kemarau ini, permukaan air bendungan pun hanya sebatas 15-20 cm saja," tuturnya.

Untuk mengantisipasi kekeringan di sejumlah kali, Pos Duga Air Weir I Malaka Sari terpaksa mengatur penggelontoran air (flushing) guna menjaga permukaan tanah tidak turun.

"Kalau permukaan tanah turun, maka masyarakat akan kesulitan mendapatkan air," papar Sutisna.

4 dari 4 halaman

Musim Kemarau Berkepanjangan Akibat Dampak El Nino

Sementara itu, Supari juga menjelaskan bahwa musim kemarau diperkirakan akan berlangsung lebih panjang dari biasanya. Hal ini dikarenakan fenomena El Nino menyebabkan banyak wilayah yang mengalami musim kemarau berkepanjangan. 

"Hal ini tentu saja akan berdampak pada tersedianya air untuk aliran sungai. Bukan hanya itu, kebutuhan air masyarakat mengalami kekurangan bahkan kekeringan tergantung daerah masing-masing," jelas Supari.

Namun, ia menilai saat ini masyarakat mengalami kekeringan dengan ditandai banyaknya pemberitaan di media mengenai bantuan air oleh pemerintah daerah. 

BMKG Minta Masyarakat Hemat Air

BMKG meminta masyarakat untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi iklim. Hal ini diungkap Supari kepada wartawan Liputan6.com. Dia mengatakan kekeringan ini tidak akan bisa dicegah. Apalagi daerah-daerah yang supply airnya mengandalkan sumur-sumur buatan, maka yang bisa dilakukan adalah gerakan menghemat air.

"Wilayah Jabotabek ini diperkirakan South September-Oktober itu kondisi-kondisi masih kering. Jadi November itu baru masuk musim hujan sehingga kita masih akan mengalami kondisi seperti ini setidak-tidaknya September-Oktober,” katanya.

Untuk menjaga supaya kebutuhan air itu tetap terpenuhi Supari meminta masyarakat untuk hemat air. Kemudian, daerah-daerah yang masih menggunakan fasilitas seperti PDAM, perlu melakukan penyesuaian karena sangat mungkin sumber air yang digunakan pemerintah dalam memproduksi air PDAM itu juga mengalami defisit.

"Mungkin saja akan mengalami pengurangan aliran air ke pelanggan, sangat tergantung kepada kondisinya. Atau pada kondisi sumber air yang tidak cukup mungkin akan terjadi pengaturan ulang di mana air tidak mengalir sepanjang waktu, sehingga ini perlu diantisipasi oleh masyarakat," tuturnya. 

“Kalau sekarang belum terjadi, ya berarti sekarang harus bersiap untuk kemungkinan kondisi itu dengan cara mengatur pola penggunaan air di level masyarakat," tambahnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.