Sukses

Intip Blok G Tanah Abang yang Jadi Sarang Narkoba: Gelap, Pesing, Bong Berserakan

Kami mencoba berjalan ke los yang gelap. Di bagian los nomor 149, terdapat sebuah botol plastik air mineral yang tutupnya dilobangi dan dimasukkan dua sedotan plastik. Botol tersebut mirip dengan bong sabu.

Liputan6.com, Jakarta Blok G Tanah Abang dikabarkan disalahgunakan menjadi tempat penggunaan sabu. Kabar itu pertama kali diembuskan oleh seorang pedagang inisial DT. Ketika ditelusuri pada Jumat, (7/7/2023). 

Suasana di lantai satu pasar masih nampak normal, banyak pedagang baju menjual baju-bajunya meski tampak sepi pembeli. Namun, ketika berjalan ke lantai dua, tampak tangga yang tak terurus. Lantai dan sudut tangga terdapat noda-noda hitam. Situasi juga tampak sepi dan kosong.

Los-los pedagang tersebut dipenuhi sampah botol plastik, manekin, dan kain. Suasana pun sangat muram beberapa bagian remang-remang karena sedikit terkena cahaya matahari sementara lainnya sangat gelap. Bau pesing pun sangat menyengat menusuk hidung. 

Kami mencoba berjalan ke los yang gelap. Di bagian los nomor 149, terdapat sebuah botol plastik air mineral yang tutupnya dilobangi dan dimasukkan dua sedotan plastik. Botol tersebut mirip dengan bong sabu.

Sementara ketika naik ke lantai tiga los-los pun tampak sangat gelap, namun terlihat sedikit lebih bersih. Namun, di area yang gelap banyak tutup botol yang dilubangi. Tak hanya itu, terdapat beberapa botol lem aibon di sana.

Ketika menelusuri Blok G Tanah Abang, kami bertemu Ali Jawas (60), yang sudah berdagang sejak 1987. Ia bercerita, pasar ini sudah terbengkalai selama 6-7 tahun. Para pedagang memutuskan meninggalkan Blok G karena sepi pembeli.

“Tadinya (lantai) dua, tiga ini diisi sama pedagang pakaian. Tapi karena nggak ada pembeli, ditinggal, dijadikan tempat gembel, tempat tidur,” kata Ali ketika ditemui.

Ali mengaku sudah melaporkan hal ini kepada Perumda Pasar Jaya sebagai pengelola gedung. Namun, ia baru mendapatkan respons pada April 2023.

“Baru sekarang dia ada respons. Responsnya dia mau bangun makanya kita kemarin dipanggil ke blok A. Semua dipanggil. Blok A itu manajer, memimpin semua pasar yang ada di Tanah Abang blok A, Blok B, Blok M, Pasar Sabeni, Kebon Kacang, Gandaria itu semua dipegang sama dia,” ujar Ali.

“Tujuh tahun ini sudah lama kita didiamin (sama Pasar Jaya). Pasar Jayanya enggak ada respons sama sekali dari pas dibongkar zaman Ahok gak ada inian sama sekali, berantakan sekarang. Gubernur selanjutnya Pak Anies Baswedan memang enggak ada inian. Kita enggak salahin gubernurnya, karena mungkin enggak ada arahan dari sebelumnya,” tambahnya.

Selain Ali, kami juga bertemu dengan pedagang lain. Ia mengatakan bahwa lantai dua dan tiga digunakan sebagai tempat nyabu.

“Iya memang di lantai. Lihat-lihat saja ke sana,” katanya.

Ia berharap hal ini viral agar Blok G kembali dibenahi. Ia bahkan mengaku sudah melaporkan hal ini ke Komisi B DPRD DKI Jakarta.

“Kita yang ke sana (DPRD). Ketemu ketuanya,” tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Copet hingga Pengguna Narkoba

Sebelumnya, DT mengatakan pedagang sudah berulangkali mengajukan usul agar ada pembenahan di Blok G. Menurut dia, saat ini kondisi gedung terbilang sudah tua.

"Kondisi di blok G, saya rasa lantai 1 dan 2 sudah acak-acakan," ujar dia kepada wartawan seperti dikutip, Jumat (7/7/2023).

DT mengatakan, banyak copet yang berkeliaran di lantai atas Blok G. Tiap tengah malam, selalu ada aktivitas di sana.

"Ada tiga lantai. Lantai 4 mesjid. Yang dipakai lantai 1. Iya dua lantai kosong. Iya (di sana banyak copet, orang nggak benar)," ujar dia .

Bahkan, DT menyebut, adapula yang menjual obat-obatan psikotropika secara terang-terangan. Itu bisa dilihat di pinggir jalan mau ke arah Blok G.

"Pada dagang obat, sampai di pinggir jalan, haduh sudah kayak dagang kambing, jual dari pagi (tramadol), terang terangan dia nawarinnya, perempuan sama laki-laki," ujar dia.

Sebelumnya, Pasar Tanah Abang Blok G dikenal sebagai tempat relokasi PKL yang dianggap sebagai biang kerok kemacetan. Dari masa kepemimpinan Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) sampai Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, berbagai cara dilakukan untuk menertibkan permasalahan PKL tersebut.

Saat menjadi DKI 1, Jokowi berencana untuk merelokasi PKL ke Blok G. Ia juga membebaskan biaya sewa selama enam bulan bagi para PKL. Hingga akhirnya Blok G ditempati para PKL.

Sayangnya, kawasan tersebut sepi pengunjung. Ahok yang menjabat sebagai gubernur saat itu berencana mengubah kawasan ini menjadi superblok. 

Namun, saat Anies Baswedan menjabat, para PKL kembali berdagang di trotoar. Hal itu membuat pendapatan pedagang Blok G menurun karena situasi semakin sepi pembeli.

 

Reporter: Lydia Fransisca/Merdeka

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini