Sukses

Peringati Idul Adha, Ketua KPK Firli Bahuri: Nabi Ibrahim Mengajarkan Nilai Antikorupsi

Firli mengatakan kisah keluarga Nabi Ibrahim AS ini mengajarkan arti dari sebuah tekad, keteguhan, keyakinan, keikhlasan serta kerelaan luar biasa, yang sejatinya dimiliki oleh setiap umat manusia.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Komjen Pol (Purn) Firli Bahuri menyebut banyak hal yang bisa dipelajari dari momen Idul Adha. Menurut Firli, esensi dan makna Idul Adha dapat digali dari sejarah keluarga Nabi Ibrahim yang sangat antikorupsi semasa hidupnya.

"Keteguhan dan keikhlasan serta kerelaan luar biasa untuk tidak korupsi yang dicontohkan keluarga antikorupsi Nabi Ibrahim AS, sejatinya adalah keutamaan Idul Adha yang seyogianya kita lestarikan dalam kehidupan sehari-hari," ujar Firli dalam keterangannya, Jumat (30/6/2023).

Firli mengatakan kisah keluarga Nabi Ibrahim AS ini mengajarkan arti dari sebuah tekad, keteguhan, keyakinan, keikhlasan serta kerelaan luar biasa, yang sejatinya dimiliki oleh setiap umat manusia.

"Kisah ini seharusnya menjadi inspirasi agar kita tidak berperilaku layaknya seekor tikus rakus yang senantiasa merasa kurang dan tidak pernah cukup dengan apa yang dimiliki," kata Firli.

Firli mengatakan, ketauladanan yang diberikan keluarga Nabi Ibrahim merupakan momentum kebangkitan umat melawan rasa tamak dan perilaku koruptif.

Dalam kacamata penanganan korupsi, kata Firli, kisah keluarga Nabi Ibrahim diterjemahkan menjadi strategi trisula pemberantasan korupsi KPK. Yakni pendekatan pendidikan masyarakat untuk membentuk mindset dan kultur antikorupsi, pendekatan pencegahan yang menghilangkan kesempatan dan peluang untuk korupsi, serta pendekatan penindakan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Korupsi Merupakan Kejahatan Kemanusiaan

Menurut Firli, korupsi bukan sekadar kejahatan yang merugikan keuangan dan perekonomian negara, tapi juga termasuk kejahatan kemanusiaan dunia karena telah masuk sampai fase berjejaring.

"Dampak destruktifnya pada setiap tatanan kehidupan umat manusia, dapat meluluh lantakkan peradaban manusia," kata Firli.

Firli mengatakan, dari penelitian dan data empiris menyebutkan korupsi dapat menciptakan fantasi, mendorong kreativitas calon-calon koruptor untuk beradaptasi, berinovasi, dan memodifikasi modus-modus baru kejahatan korupsi, agar tidak terungkap, apalagi tertangkap saat mereka beraksi.

"Ibadah kurban seyogianya menjadi momentum bagi kita untuk menjagal sifat-sifat kebinatangan yang sejatinya ada dalam diri kita," kata Firli.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.