Sukses

Kemenkes Pastikan Korban Gempa Cianjur Tidak Kekurangan Obat-obatan

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Sumarjaya memastikan stok obat-obatan aman untuk warga terdampak gempa Cianjur.

Liputan6.com, Jakarta - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Sumarjaya memastikan stok obat-obatan aman untuk warga terdampak gempa Cianjur, Jawa Barat. Jaya memastikan, obat dapat disalurkan dengan maksimal.

"Sebenarnya obat kita saat ini sudah cukup. Jadi berapa kebutuhan, kita drop (kasih). Jadi tidak ada obat yang menumpuk," kata Jaya dalam konferensi pers, Minggu (27/11/2022).

Selain itu, Jaya mengatakan, Kemenkes secara tanggap memberikan obat-obatan ketika dibutuhkan.

"Ketika ada kekurangan obat, kita langsung minta ke program Kementerkan Kesehatan dan siap mengantar. Hari ini juga akan ada penambahan obat," tambah Jaya.

Lebih lanjut, Jaya mengatakan bahwa distribusi obat dilakukan dengan sistem check in dan check out melalui relawan.

"Check in artinya ketika relawan datang, kita daftar. Terus (kami tentukan) ke mana mereka akan pergi. Jadi bukan relawan yang tentukan, kami yang tentukan daerah-daerah mana yang sangat sulit (dijangkau). Jadi semua terdistribusikan," tambah Jaya.

 

**Liputan6.com bersama BAZNAS bekerja sama membangun solidaritas dengan mengajak masyarakat Indonesia bersedekah untuk korban gempa Cianjur melalui transfer ke rekening:

1. BSI 900.0055.740 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)2. BCA 686.073.7777 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Korban Perlu Mendapatkan Layanan Trauma Healing

Sebelumnya, Jaya mengungkapkan bahwa korban dampak gempa perlu mendapatkan layanan trauma healing atau dukungan kesehatan jiwa psikososial.

"Nah kita akan menurunkan tim ini di tempat-tempat pengungsian mulai minggu besok, mulai Senin. Satu tim itu terdiri dari lima orang. Berdasarkan standar Save The Children, satu kelas itu 20-30 (orang). Satu tim itu terdiri dari satu psikiater, dua psikolog, dua perawat jiwa," jelas Jaya.

 

Reporter: Lydia Fransisca

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.