Sukses

Sederet Potret Buram Dunia Pendidikan di Bekasi

Potret buram dunia pendidikan masih kerap ditemui di sejumlah daerah, tak terkecuali di Bekasi, Jawa Barat.

Liputan6.com, Bekasi - Potret buram dunia pendidikan masih kerap ditemui di sejumlah daerah, tak terkecuali di Bekasi, Jawa Barat. Berbagai kasus yang terjadi di sekolah negeri maupun swasta, selalu menyita perhatian publik.

Kondisi ini tentunya miris, mengingat sekolah yang notabene sebagai tempat menimba ilmu, justru dianggap sebagai tempat yang mengancam kenyamanan dan keselamatan siswa.

Seperti yang dialami siswi sebuah SMPN di Kota Bekasi, yang diduga menjadi korban pelecehan seksual seorang oknum guru. Hal ini ramai disorot usai diposting di akun Instagram @mefesspondokgede.

Selain memperlihatkan wajah pelaku yang berinisial KD, postingan tersebut juga berisi percakapan mesum pelaku dengan korbannya. Hal ini pun kabarnya sudah ditindaklanjuti pihak kepolisian.

"Sekarang dalam proses lidik," kata Kapolres Metro Bekasi Kota, Kombes Pol Hengki dalam keterangan tertulis, Senin (1/8/2022).

Menurutnya, aksi sang oknum guru diduga berlangsung sejak 2013. Pelaku mengirim chat kepada korban yang berisi ajakan berhubungan intim di sebuah apartemen di wilayah Kalimalang, Bekasi Barat.

Korban lantas menceritakan kejadian yang menimpanya kepada orangtua. Pernyataan korban sontak membuat orangtuanya terkejut lantaran sang pelaku merupakan tenaga pendidik.

"Saya terkejut dan shock dengan cerita yang dialami anak saya yang baru lulus dari SMPN di Bekasi," kata A, ayah korban, Senin (1/8/2022).

Ibu korban juga tak kuasa menahan amarah ketika mendengar pengakuan sang anak yang diperlakukan tidak senonoh oleh pelaku.

"Anak saya juga cerita kalau teman-temannya juga ada yang jadi korban, diajak pergi ke hotel atau foto toples dada, dan banyak macamlah," ujar A.

Ia juga mengaku telah berkoordinasi dengan Kasubdit Renakta Polda Metro Jaya, untuk mengusut tuntas kasus ini dan menangkap pelaku jika memang terbukti melakukan tindakan pelecehan seksual.

Kasus ini sendiri masih terus didalami polisi dan akan dirilis dalam waktu dekat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Siswa Belajar Lesehan

Selain dugaan pencabulan, sejumlah permasalahan di sekolah negeri di Bekasi yang juga sempat disorot, yakni ketiadaan kursi dan bangku di SDN V Mekarsari, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Kondisi ini menyebabkan siswa terpaksa belajar secara lesehan.

Pembangunan gedung sekolah diketahui baru rampung pada akhir tahun 2021 lalu, dan belum dilengkapi dengan fasilitas penunjang, seperti meja dan kursi. Karena itu proses belajar mengajar terpaksa dilakukan di lantai.

Selama kegiatan belajar berlangsung, siswa harus sering menunduk saat menulis. Bahkan tak jarang siswa memilih tengkurap jika merasa sudah pegal.

Kondisi ini dinilai cukup mengganggu konsentrasi siswa selama poses belajar. Akibatnya, siswa menjadi tidak maksimal dalam menyerap pelajaran.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Gedung Sekolah Rusak

Selanjutnya ada SMPN 13 Kota Baru, Bekasi Barat yang mengalami kerusakan pada sejumlah ruang kelas. Sebagian atap plafon di kelas rusak karena lapuk dan runtuh dengan sendirinya. Kondisi ruang kelas yang tak terawat, akan sangat berbahaya bila tetap difungsikan untuk kegiatan belajar mengajar.

Hal ini pun disadari pihak sekolah yang kemudian memutuskan untuk tidak memakai ruang kelas yang rusak sebelum mendapat perbaikan.

"Untuk saat ini khusus ruangan kelas sudah tidak layak huni, mengingat atapnya sudah banyak mengalami kebocoran ketika hujan, plafonnya juga sudah banyak lepas," kata Kepala SMPN 13 Kota Baru, Tetik Atikah, Senin (25/7/2022).

"Oleh sebab itu, ruang kelas ini kami kosongkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan jika dipakai saat kegiatan belajar mengajar," ujarnya.

 

4 dari 4 halaman

Minim Tenaga Pendidik

Tak hanya itu, SMPN 13 Kota Baru juga kekurangan jumlah tenaga pendidik sehingga membuat para guru kewalahan. Para guru kabarnya harus mengajar melebihi standar waktu yang ditentukan.

Padatnya jadwal guru dalam mengajar yang tak berimbang dengan jumlah tenaga pendidik, membuat satu guru terpaksa mengajar dua mata pelajaran sekaligus.

"Idealnya beban jam mengajar 24 jam dalam sepekan. Namun di sini 1 orang guru mengcover 2 mata pelajaran, sehingga tidak ideal dengan beban 37 jam pengajaran," ujar Kepala SMPN 13 Kota Baru, Tetik Atikah.

Kondisi yang demikian diakui Tetik tak jarang membuat kegiatan belajar siswa baru terabaikan. Hal ini pun sudah diberitahukan pihak sekolah sebelumnya kepada para siswa.

"Jumlah rombel ada 30, guru yang kita butuhkan 50 orang, sedangkan yang ada 35 guru. Karena itu di awal saya sering bilang kepada siswa baru, jangan heran nanti kalo sering tidak ada guru," ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.