Sukses

Mengenang Kisah Jenderal Achmad Yani, Pahlawan Revolusi yang Gugur pada G30S/PKI

Pahlawan Revolusi, Jenderal Achmad Yani gugur pada peristiwa G30S/PKI

Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa G30S/PKI atau Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia akan diperingati pada 30 September, hari tujuh pahlawan revolusi tewas. Jenazah ditemukan di sebuah lubang berdiameter 75 senimeter di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Pahlawan Revolusi ditemukan dengan posisi kepala berada di bawah dan saling bertumpuk pada 4 Oktober 1965. Ketujuhnya adalah Jenderal TNI (Anumerta) Achmad Yani, Letjen (Anumerta) Suprapto, Mayjen (Anumerta) MT Haryono, dan Letjen (Anumerta) Siswondo Parman.

Selanjutnya, Mayjen (Anumerta) DI Pandjaitan, Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomihardjo, serta Letnan Satu Corps Zeni (Anumerta) Pierre Andreas Tendean. Tendean menjadi satu letnan yang menjadi korban PKI karena salah sangka dia adalah Jenderal AH Nasution.

Berikut kisah Jenderal TNI (Anumerta) Achmad Yani yang gugur saat peristiwa G30S/PKI dihimpun Liputan6.com.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Peristiwa G30S/PKI

Pada tahun 1959, Brigjen Ahmad Yani terbang ke London, Inggris dalam menjalankan tugas penting. Saat itu, Indonesia tengah berkonfrontasi dengan Belanda dalam perebutan Papua Barat.

Kala itu, Achmad Yani menjabat sebagai Deputi II Kepala Staf Angkatan Darat, ditunjuk menjadi Ketua Staf Operasi.

Salah satu pahlawan revolusi ini, memiliki tanggung jawab memperkuat persenjataan, mengantisipasi kemungkinan operasi militer. Yani melakukan safari ke negara-negara Eropa, menjajaki pembelian senjata. Perjalanan itu dikenal dengan Misi Yani.

Saat berada di Inggris, Yani menjalani kontak dengan Alvis Car dan Engineering Company. Dari perusahaan otomotif itu, Indonesia membeli dua jenis kendaraan lapis baja. Selain itu, ia dibantu Atase Militer KBRI Kolonel Sutojo Siswomihardjo.

Nani Nurrachman Sutojo menceritakan pesanan kendaraan taktis dari Inggris baru tiba di Indonesia menjelang 1965. Tak lama kemudian, terjadilah pemberontakan PKI.

3 dari 4 halaman

Jenderal Achmad Yani menjadi salah satu pahlawan revolusi

Enam jenderal diculik. Panser Saracen tampil di momen penting penumpasan pemberontakan PKI. Resimen Para Komando Angakatan Darat menyerbu basis pasukan pemberontakan di Halim Perdana Kusuma pada 2 Oktober 1965.

Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo memimpin operasi yang dimulai sejak dini hari. RPKAD bersama Batalyon 330 Kujang/Siliwangi memenangkan pertempuran. Halim berhasil direbut pagi hari pukul 06.00.

Setelah itu, jenazah enam jenderal yang diculik PKI ditemukan di Lubang Buaya. Pada 6 Oktober 1965 tiga puluh truk RPKAD berjalan di depan rombongan. Mereka mengarah ke Taman Makam Pahlawan, tempat tujuh pahlawan revolusi akan dimakamkan.

Tujuh peti jenazah berbalut bendera merah putih. Jenazah Jenderal Anumerta Ahmad Yani dan Mayjen Anumerta Sutojo Siswomihardjo berada di antara tujuh jenazah Pahlawan Revolusi yang dimakamkan hari itu.

 

Penulis : Alicia Salsabila

4 dari 4 halaman

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.