Sukses

Budaya Kerahasiaan Militer Masih Kuat

Banyaknya kasus kekerasan oknum TNI terhadap wartawan, dinilai akibat adanya budaya militer yang masih kuat dalam memegang kerahasiaan di lembaganya.

Liputan6.com, Jakarta: Banyaknya kasus kekerasan oknum TNI terhadap wartawan, dinilai akibat adanya budaya militer yang masih kuat dalam memegang kerahasiaan di lembaganya.  Demikian itu disampaikan Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Dewan Pers Agus Sudibyo, saat menerima pengaduan tiga jurnalis korban penganiyaan oknum TNI AU Pekanbaru di Dewan Pers, Jakarta, Selasa (23/10) sore.

"Saya menduga ini terkait unsur kerahasiaan. Jadi mereka berpikir di era keterbukaan ini boleh instansi lain terbuka, tapi di aparat TNI tidak, alasan demi kemanan dan kerahasiaan negara. Ini pertentanganya di situ," ujar Agus.

Di satu sisi, Agus menilai aparat TNI memiliki privasi yang tak dimiliki lembaga lain untuk kepentingan kemanan nasional. Dan di sisi lain pelaku media (jurnalis) memiliki kepentingan memberikan informasi kepada publik. "Di sini memang ada benturan," imbuh Agus.

Padahal, lanjut Agus, sesuai aturan Komisi Informasi Publik yang masuk dalam ranah kerahasiaan adalah jenis informasinya, bukan kelembagaan. "Nah, di TNI pandanganya masih badan tertentu yang dianggap rahasia, bukan jenis informasi tertentu. Misalnya kalau pesawat jatuh, wartawan ingin meliput pesawat jatuh, nah militer mungkin membawa alat rahasia tertentu. Ini juga enggak pas."

Perihal lain yang menjadi masalah, menurut Agus, ketika aparat TNI melakukan penganiyaan dan berakhir di pengadilan Militer. Sehingga tidak membawa efek jera bagi para oknum. Padahal, jelas Agus, Komnas HAM telah merekomendasikan tapi hingga kini belum juga dilakukan.

"Saya kawatir ini menjadi zona aman mereka yang menyalahi indisipliner. Urusan pengadilan militer sebagai kesalahan prosedural. Sulit sekali sebagai pelanggaran yang lebih jauh, pelanggaran HAM dan sebagainya," tandasnya.

Kendati, Agus menambahkan, dari sekian banyak kasus penganiyaan oleh oknum TNI kepada wartawan, umumnya para pimpinan TNI memiliki perspektrif pers cukup baik diantara lembaga lainya. "Kalau lembaga lain, mereka melihat wartawan masih seperti hantu yang ketakutan menghadapi, tapi TNI lebih baik," imbuhnya. (ALI/AIS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini