Sukses

Menristekdikti Dorong LPTK Hasilkan Inovasi Pendidikan

Konaspi merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Negeri Indonesia (ALPTKNI).

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir membuka secara resmi Konvensi Nasional Pendidikan (Konaspi) ke-IX di Universitas Negeri Padang (UNP) yang mengangkat tema Pendidikan pada Era Revolusi Industri 4.0. Konaspi merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Negeri Indonesia (ALPTKNI). 

Nasir mengatakan, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pencetak tenaga pendidik berkualitas dan penghasil inovasi sistem pembelajaran memiliki peran yang sangat strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Ia berharap Konaspi IX ini dapat menghasilkan banyak rekomendasi solutif dan aplikatif bagi pengembangan tenaga kependidikan dan inovasi sistem pembelajaran di Indonesia.

"Kita memerlukan sumbangsih pemikiran yang solutif, aplikatif, dan relevan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Karena dengan pendidikanlah masyarakat kita menjadi cerdas, unggul, berdaya saing, dan berkarakter," tutur Nasir di Universitas Negeri Padang (UNP), Rabu (13/03/2019).

Nasir menambahkan, perguruan tinggi harus mengubah pola pikir dalam menghadapi revolusi industri 4.0, dengan cara lebih terbuka terhadap ilmu pengetahuan baru. Dengan begitu, dapat dihasilkan terobosan dan inovasi sistem pendidikan dan pembelajaran.

"Kampus harus lebih terbuka dengan cara memiliki pola pikir yang terbuka, hati yang terbuka dan terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Di tengah berbagai tantangan global yang semakin kompleks, kita sadari betul semakin tingginya harapan pemerintah dan masyarakat Indonesia kepada perguruan tinggi dalam memberikan pendidikan kepada generasi penerus bangsa agar kompetitif, kreatif, dan inovatif di era disrupsi saat ini," ungkap Nasir. 

Nasir menuturkan, revolusi industri 4.0 juga telah mengubah sistem pembelajaran yang ada. Perkembangan teknologi pun harus diikuti dengan inovasi dalam sistem pembelajaran. 

Perguruan tinggi Indonesia, terutama LPTK, harus bergerak cepat agar tidak tertinggal dari negara lain. "Kalau tidak melakukan itu kita akan tertinggal dari negara lain dan yang paling dibutuhkan adalah kreatifitas," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Rektor UNP Ganefri mengatakan, Konaspi IX yang digelar kali ini diikuti sebanyak 2.089 peserta dan merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah.

"Dalam Konaspi IX ini kami juga menggelar dua konferensi internasional yang hingga saat ini jumlah makalah yang disampaikan kepada panitia mencapai 2.089 makalah. Pemakalah tidak hanya berasal dari perguruan tinggi Indonesia namun juga dari perguruan tinggi di luar negeri," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pekerjaan Rumah LPTK

Selain itu, Nasir menjelaskan, LPTK juga memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama. Yaitu mulai dari kompetensi dan kualitas tenaga pendidik, sertifikasi tenaga pendidik, hingga inovasi pembelajaran di era Revolusi Industri 4.0. 

Setiap tahunnya, seluruh LPTK di Indonesia baik negeri maupun swasta menghasilkan kurang lebih 300 ribu lulusan. Namun, dari jumlah tersebut baru sekitar 120 ribu yang terserap di sekolah dan lembaga pendidikan. 

Agar dapat bersaing baik, lulusan LPTK harus dibekali kompetensi yang mumpuni, serta harus kreatif dan inovatif. Kemenristekdikti pun senantiasa mendorong dosen, mulai dari asisten ahli hingga profesor untuk menghasilkan publikasi ilmiah internasional.  

Saat ini, dari 5.500 Profesor di Indonesia, baru sekitar 2.250 Profesor yang aktif melakukan publikasi ilmiah internasional. 

Ketua ALPTKNI, Syawal Gultom mengatakan, LPTK harus siap berinovasi dan bertransformasi menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. Menurutnya,  pendidikan akan terus berkembang mengingat teknologi telah membaur pada kehidupan sehari-hari. 

Sehingga, ide dan gagasan konstruktif sangat diperlukan.

"Di era 4.0 ini bukan masalah konten tetapi pergeseran paradigma dan cara berpikir, dahulu pendidikan kita berpusat pada guru, sekarang paradigma terbaru bagaimana cara mengaktifasi sumber belajar. Harapan saya dalam forum yang bergengsi ini berharap bahwa kita akan mendapat rekomendasi baru dari ranah Minang ini untuk kita sumbangkan pada perjalanan pendidikan 2 sampai 3 tahun ke depan," ucap Syawal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.