Sukses

BMKG: Cegah Banyak Korban Gempa, Kebijakan Tata Ruang Daerah Harus Diperketat

BMKG menyebut pemetaan tata ruang itu sebenarnya sudah ada.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyayangkan didirikannya bangunan di daerah rawan bencana gempa di Sulawesi Tengah.

Dampak gempa dan tsunami yang menelan 2.010 korban jiwa itu seharusnya dapat diminimalisir jika Pemerintah Daerah (Pemda) setempat mengindahkan imbauan BMKG mengenai saran tata ruang wilayah.

"Berdasarkan dari informasi sebelumnya dari Kepala BMKG, kita sudah menyatakan bahwa ada kegiatan yang didanai oleh Bapernas yaitu tahun 2010 untuk tata ruang di Sulawesi Tengah, Palu," ujar Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly di Jakarta, Kamis (11/10/2018).

Sadly menyebut, pemetaan tata ruang itu sebenarnya sudah ada. Masalah muncul setelah Pemda setempat memberikan izin terkait pendirian bangunan di daerah rawan bencana.

"Jadi memang di situ, kebijakan-kebijakan di daerah itu yang harus diperketat," kata dia.

Menurut Sadly, bila pemerintah daerah sudah diberitahu terkait pemetaan wilayah bencana, hendaknya tidak memberikan izin mendirikan bangunan.

"Sehingga kita lihat di Palu kemarin banyak yang korban. Kadang-kadang kita tidak siaga, tidak menjalankan aturan-aturan sebagaimana yang sudah ditetapkan," ia mengakhiri.

 

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jangan Percaya Ramalan Gempa

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika meminta masyarakat agar tidak percaya dengan ramalan-ramalan soal gempa. Terlebih, banyak beredar berita tidak benar alias hoaks terkait gempa yang akhir-akhir ini mengguncang sejumlah wilayah di Tanah Air. Salah satunya soal ramalan gempa.

"Kita kembali mengingatkan masyarakat agar tidak percaya ramalan gempa," kata Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly, dalam konferensi pers mengenai gempa Situbondo, di kantor BMKG, Jakarta, Kamis (11/10/2018).

Menurut dia, Indonesia unik. Kompleksnya seismik kerak bumi menyebabkan Tanah Air memang rawan gempa. Namun, masyarakat tidak perlu cemas.

"Tapi potensi terjadi kapannya belum tahu. Masyarakat tidak perlu cemas. Kita menyiapkan langkah mitigasi tetap. Bagaimana kita memiliki kepahaman dan menyiapkan infrastruktur yang aman gempa. Karena yang bahaya saat gempa adalah bangunan yang jatuh," tutur Muhamad Sadly.

"Jadi masyarakat tidak perlu panik fokus kapan terjadi gempa di Jakarta, karena kapan terjadinya kita tidak tahu," lanjut dia.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, Indonesia memang masuk dalam kawasan seismik aktif dan kompleks. Ada 6 zona subduksi di Tanah Air.

"Masing-masing zona subduksi masih dirinci lagi menjadi segmen-segmen megathrust yang berjumlah 16. Sesar aktif teridentifikasi 295 sumber gempa sesar aktif," lanjut Rahmat dalam konferensi pers soal gempa Situbondo di BMKG.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.