Sukses

Kirab dan Penyematan Pusaka Bakal Warnai Penobatan Paku Alam X

Dalam penyematan pusaka, Paku Alam X akan memilih sendiri jenis keris yang akan menjadi pegangannya.

Liputan6.com, Yogyakarta - Puro Pakualaman akan mempunyai hajat besar pada 7 Januari 2015. Putra Mahkota Puro Pakualaman akan dinobatkan menjadi Paku Alam X.

Penghageng Kawedanan Ageng Kasentanan Kadipaten Pakualaman KPH Tjondrokusumo mengatakan, acara penobatan atau Jumenengan Paku Alam X akan diisi dengan penyematan pusaka dan kirab. Agenda itu digelar usai acara di Bangsal Sewotomo Puro Pakualaman.

Dalam penyematan pusaka, Paku Alam X akan memilih sendiri jenis keris yang akan menjadi pegangannya.

"Acara pukul 13.00 WIB dari sini. Sebelumnya pukul 09.30 WIB penobatan terus acara sedikit. Terus pukul 13.00 WIB berangkat. Penobatan dari sentono kepada beliau kita akui itu. Setelah itu ada penyematan pusaka. Ini belum ditentukan ada beberapa pusaka," ujar Tjondrokusumo di Puro Pakualaman, Yogyakarta, Jumat (4/12/2015).

Dia mengaku, pihak keluarga yang memilih tanggal 7 Januari 2015 sebagai waktu acara. Tanggal ini dipilih karena memiliki waktu dan kesempatan yang bagus. Selain itu, tanggal ini lebih dari masa berkabung sepeninggal Paku Alam IX.

"Kita dari keluarga. Tanggal yang baik dan hari yang baik dan lepas dari masa berkabung. Kita usahakan secepatnya jangan sampai sini kosong," ujar Tjondrokusumo.

Tjondrokusumo mengatakan, pihak keluarga juga belum mengetahui siapa saja yang akan diundang termasuk dari tamu negara. Hal ini masih dalam rapat keluarga termasuk dengan putra mahkota.

"Tergantung Mas Suryo gimana. Ada tamunya tinggal nanti siapa. Pak JK atau RI 1 diundang atau tidak yang jelas ini acara adat," ujar dia.

Sementara itu pihak kerabat Anglingkusumo menyatakan, pihaknya tidak menyutujui penobatan tersebut. Ia juga memastikan tidak akan hadir dalam penobatan itu. Tradisi tersebut dinilai sebagai penobatan yang harus dilakukan di Bangsal Sewotomo. Sedangkan kirab dan penyematan pusaka di Puro Pakualaman tidak ada.

"Tradisi puro enggak ada. Mau tiru-tiru kraton itu. Dari dulu enggak ada tradisi kirab kiraban tuh, enggak ada. Pusaka itu karangan mereka sendiri," ujar Anglingkusumo.

Anglingkusumo mengatakan, jika pada waktu jumenengan PA VIII dilakukan sangat sederhana tidak seperti halnya jumenengan di Kraton Yogya. Menurut dia, jumenengan di Puro Pakualaman berbeda dengan di Kraton.

"Kalau dulu sederhana simple tidak ada acara mengeluarkan pusaka dari dalam. Beliau mengatakan, di Pakualaman baiknya tidak menyamai Kraton dan melebihi Kraton, tidak boleh," pungkas Anglingkusumo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.