Liputan6.com, Jakarta - Tren TikTok “We listen, we don’t judge" telah mengumpulkan jutaan penayangan karena mengumbar rahasia-rahasia lucu sejumlah pengguna. Sebelum mengungkap hal-hal yang tidak diketahui teman atau pasangan mereka, orang di konten tersebut berkata, "Kami mendengarkan dan tidak menghakimi."
Melansir Dexerto, Jumat, 29 November 2024, sebagian besar video membuat para penonton dan peserta tertawa terbahak-bahak. Banyak juga penonton yang menganggap rahasia orang lain "dapat dipahami." Di antara yang populer, ada TikToker Janie Ippolito yang mencatat lebih dari 34 juta penayangan saat membuat video populer tersebut bersama suaminya.
Baca Juga
"Kadang-kadang, aku bilang aku akan melakukan perawatan wajah, padahal sebenarnya aku akan melakukan suntik Botox," kata Ippolito. "Kadang-kadang, aku masuk ke kamar tidur kita di malam hari dan berpura-pura melipat cucian saat kamu di bawah, jadi aku tidak perlu membantumu membersihkan," jawab suaminya.
Advertisement
TikToker Maria Doss dan pacarnya meraih lebih dari 26 juta penonton setelah mereka mengunggah pendapat mereka tentang tren tersebut. "Kadang-kadang, saat aku mencuci pakaianmu, aku akan memeriksa apakah ada bekas selip," kata Maria sambil terkekeh.
"Kadang-kadang, saat aku mandi sendirian, aku menggunakan produk-produk khusus wanita," ungkap pacarnya. "Itu lebih baik." Mereka berdua juga mengungkap betapa mereka menyukai aroma ketiak satu sama lain.
Pengguna TikTok Sebastian dan pacarnya juga viral karena video mereka yang berjudul "kami mendengarkan dan tidak menghakimi." "Ketika kamu memintaku mencuci muka di malam hari, dan aku bilang aku sudah mencuci muka, itu artinya aku tidak mencuci muka," kata Sebastian padq pacarnya. "Aku berbohong kepadamu tentang setiap harga dari semua yang aku beli," jawab pacarnya. "Aku tahu," aku Sebastian.
Tren Marriage Is Scary
Sebelumnya, tren "Marriage Is Scary" sempat mengambil alih FYP TikTok pertengahan tahun ini. Tren yang terjemahan secara harfiahnya berarti "Pernikahan Itu Menakutkan" tersebut mengungkap alasan sejumlah pengguna perempuan enggan mengikat diri dalam janji sehidup semati dengan pasangan.
Unggahan biasanya dimulai dengan "Marriage Is Scary," disambung, "What If (bagaimana jika)," sebelum membeberkan alasan pribadi seseorang takut menikah. Ada yang khawatir pasangannya tidak bisa jadi pembela abadi di depan keluarga, sementara tidak sedikit pula yang takut punya suami dengan preferensi berbeda.
Preferensi di sini kebanyakan terkait hal keseharian, seperti menganggap skincare dan makeup tidak penting, sampai tanggung jawab mengurus anak yang tidak seimbang. "Denger dari sebelum-sebelumnya, cowok red flags keliatan setelah nikah karena sebelum nikah dia pinter nutup-nutupin," sebut seorang pengguna TikTok.
Sebagai tandingan, sebenarnya tidak sedikit pula warganet yang berbagi kesenangan setelah menikah. "Menikah itu emang menakutkan, tapi kalo dijalanin sama orang yang tepat, pasti tetep bisa dilewatin. Penting buat skrining di awal dan ga buru-buru nikah karena umur atau tuntutan dari luar," menurut seorang TikToker.
Advertisement
Tren Lain di TikTok
Tren TikTok sejatinya mencakup banyak kategori, dan yang sering kali berubah dengan cepat adalah ragam trik kecantikan. Bulan ini, misalnya, eksplorasi tren skincare telah sampai pada lemak sapi jadi perawatan kulit terkini. Para pecintanya percaya bahwa bahan tersebut bermanfaat untuk segala hal, mulai dari membersihkan kulit hingga menyembuhkan eksim.
Melansir Sydney Morning Herald, Senin, 11 November 2024, lemak sapi pada dasarnya adalah lemak hewani, dan sering digunakan untuk memasak secara komersial, pembuatan lilin, dan dimanfaatkan para penggemar sabun. "Lemak ini keras, seperti lilin, tidak berbau, dan tidak berasa, yang diambil dari jaringan lemak sapi, biasanya dari lemak di sekitar ginjal," kata dokter umum dan dokter kosmetik yang berdomisili di Sydney, Dr. Prasanthi Purusothaman.
Ia mengatakan, lemak sapi digunakan orang Mesir kuno, Romawi, dan Yunani, serta di daerah lain yang banyak menggunakan peternakan untuk mengobati luka dan menyembuhkan kulit. Pada masa itu, lemak sapi sering dicampur dengan rempah-rempah atau minyak dan digunakan sebagai balsem maupun losion.
Seorang dokter kulit di Chroma Dermatology dan Royal Melbourne Hospital, Dr. Celestine Wong, mengatakan bahwa lemak sapi kaya akan trigliserida, jenis lemak yang umum, serta vitamin A, D, E, dan K. Kandungannya memberikan sifat pelembap pada bahan tersebut.
Lemak sapi terutama berfungsi sebagai agen pelembap oklusif, kata Purusothaman. Artinya, lemak sapi membentuk penghalang di atas kulit yang menahan kelembapan. Lemak sapi dapat sangat bermanfaat bagi mereka yang memiliki kulit sangat kering, dan asam lemaknya dapat bersifat antiradang dan penyejuk kulit.
Seberapa Aman?
Namun, Purusothaman memperingatkan, "penggunaan kronis dalam jangka waktu lama dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan timbulnya jerawat pada jenis kulit yang rentan." Ini mungkin tidak muncul selama beberapa minggu setelah pemakaian pertama.
Jadi, bagaimana dengan klaim bahwa lemak sapi dapat membantu mengatasi kondisi seperti eksim atau psoriasis? Mengingat keduanya merupakan kondisi multifaktorial yang belum dapat disembuhkan dan memerlukan berbagai strategi penanganan, Wong mengatakan bahwa tidak ada satu produk pun yang dapat "mengobatinya."
Ia mengatakan, "Lemak sapi dapat merujuk pada satu faktor: penghalang, dan faktor pelindung yang dapat dibantunya sampai batas tertentu. (Namun), agak mengada-ada untuk mengatakan bahwa lemak sapi benar-benar dapat menyembuhkan kondisi itu sendiri."
Baik Purusothaman maupun Wong merujuk pada satu penelitian yang menemukan bahwa emulsi lemak sapi dan minyak kenari bermanfaat untuk dermatitis atopik dan psoriasis melalui sifat-sifatnya yang melembapkan. Tapi, ini hanyalah penelitian kecil dan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan.
Advertisement