Sukses

Kemenparekraf Pindah ke IKN, Sandiaga Uno Ingin Sulap Gedung Sapta Pesona bak Sarinah

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyebut sejumlah aset yang dimiliki Kemenparekraf, termasuk Gedung Sapta Pesona, harus bermanfaat untuk pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyatakan jajaran Kemenparekraf harus mempersiapkan diri jelang pemindahan perangkat pemerintah pusat ke Ibu Kota Nusantara (IKN). Ia menyebut perpindahan itu akan dimulai pada Agustus 2024 yang dimulai dengan beberapa kementerian.

Ia memprediksi jajaran kementerian yang dipimpinnya akan berpindah ke ibu kota baru dalam gelombang ke-2 atau ke-3. "Kita belum mendapat jadwal, tapi prediksi saya, kita di gelombang kedua atau ketiga. Jadi, gelombang pertama kementerian yang sangat mungkin strategis, Grup 1. Kita kemungkinan di Grup 2 atau Grup 3," ujarnya di sela-sela pelantikan sejumlah pejabat tinggi pratama Kemenparekraf di Jakarta, Jumat (16/2/2024).

Menyusul kepindahan tersebut, ia meminta agar aset-aset Kemenparekraf di Jakarta, meliputi bangunan di Jalan Medan Merdeka Barat, bangunan di Jalan Kimia dan Jalan MT. Haryono Jakarta mulai ditata. Ia menginginkan agar aset tersebut, khususnya Gedung Sapta Pesona, dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.

"Harus ada langkah-langkah strategis bagaimana menjadi rumahnya pariwisata dan ekonomi kreatif, apalagi ada destinasi wisata Monas. Ada kebutuhan, nanti MRT yang akan melintasi sini," ucap Sandi.

Ia membayangkan Gedung Sapta Pesona yang dibangun di era Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (Menparpostel) Soesilo Soedarman itu menjadi seperti Sarinah. Di dalamnya terdapat sentra ekonomi kreatif yang menjual produk-produk ekraf lokal.

"Saya melihat apakah mungkin, saat saya berlari kemarin, kita bisa menjadi kayak Sarinah gitu? Masyarakat bisa mengakses, foto-foto, karena gedung kita ini katanya unik," ujarnya.

Sandiaga mengingatkan bahwa lokasi Gedung Sapta Pesona yang strategis sangat layak dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.  "Kalau mau kayak Sarinah, ini bisa dijadikan tempat selfie, maupun minum kopi, dan lain sebagainya. Challenge yourself. Think out of the box," kata Sandi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harus Direncanakan dengan Matang

Ia menugaskan perencanaan penataan itu kepada Kepala Biro Umum, Hukum, dan Pengadaan Sekretariat Kemenparekraf yang baru dilantik, Sigit Joko Poernomo. "Menurut saya, ini jangan ujug-ujug, tapi dipersiapkan dari sekarang sehingga nanti menteri yang baru bisa melihat secara keseluruhan rencananya seperti apa," ucapnya lagi.

Pada saat yang sama, ia juga mengumumkan bahwa Kemenparekraf mendapatkan jatah beberapa lantai di Gedung Merdeka yang berlokasi di belakang Gedung Sapta Pesona. Ia berencana menggunakan tempat tersebut untuk memindahkan sebagian pegawai ke sana agar suasana kerja lebih enak.

"Saya dan Mba Wamen akan berkunjung melihat, sehingga bisa lebih dekat satu sama lain dan interaksi itu mudah-mudahan bisa (membuat) suasana kerja yang lebih baik," ujar Sandi.

Dalam kesempatan itu, Kemenparekraf melantik 19 orang sebagai pejabat. Rinciannya terdiri dari lima Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, dua Direktur Poltekpar, empat Pejabat Administrator, enam Pejabat Pengawas, dan dua Pejabat Fungsional.

3 dari 4 halaman

Sejarah Gedung Sapta Pesona

Nama Gedung Sapta Pesona sempat jadi perhatian usai komika Pandji Pragiwaksono menyebut bentuknya mirip organ intim pria pada 2022. Dihimpun dari beberapa sumber, Gedung Sapta Pesona yang merupakan Gedung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) itu berada di kawasan terkenal di Jalan Merdeka Barat No. 17, Jakarta Pusat.

Gedung Sapta Pesona memulai masa pembangunannya dengan pencanangan batu pertama oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel) Soesilo Soedarman pada 20 November 1991 dan selesai pada Juni 1995. Saat sudah rampung, posisi Menparpostel dijabat oleh Joop Ave.

Desain dan konstruksinya dikerjakan oleh Atelier 6. Pengembang satu ini dikenal dengan karya-karyanya yang imajinatif dan mendapat penghargaan arsitektur international dalam Penghargaan Arsitektur Nasional AIA 2010. Pondasinya digarap pemborong negara Waskita Karya. Sementara, strukturnya ditangani oleh pemborong negara Pembangunan Perumahan, secara bertahap dari Agustus 1992.

Gedung ini sempat mengalami perubahan desain hingga kurang sesuai dengan desain aslinya, yaitu berdesain Candi Bentar. Presiden Soeharto meresmikan penggunaan bangunan ini pada 6 Desember 1995.

4 dari 4 halaman

2 Penafsiran Desain Gedung Sapta Pesona

Terdapat dua penafsiran atas desain Gedung Sapta Pesona. Pertama adalah terinspirasi Candi Bentar. Hal itu merujuk keterangan arsitek dari Gedung Sapta Pesona, Ir. Panogu Silaban. Ia menekankan perpaduan wawasan nusantara dengan teknologi tinggi. Gedung tersebut didesain berdasarkan konsep Candi Bentar melalui undakan pada enam lantai terbawah, awalnya undakannya setinggi sembilan lantai.

Arsitektur nusantara juga ingin diwujudkan oleh tim arsitek dengan menerapkan ciri khas panggung di pilar-pilar kolom besar di lobi gedung, tetapi khas panggung tersebut dilapisi lembaran metal untuk memberi kesan teknologi tinggi (canggih). Sementara, puncak gedung alias kepalanya (mengingat gedung ini dipersonifikasi dengan undaknya sebagai kaki) melambangkan kerumitan sebuah satelit komunikasi.

Mereka yang menilai gedung ini berdesain sebuah lingga, imajinasi dari pahat batu. Tumpuannya adalah undakan enam lantai tersebut, yang disebut sebagai seni pahat batu. 'Lingga' adalah gedung tinggi-nya dan 'yoni' sebagai undakan enam lantai penyangga lingga, sekaligus sebagai penanda pintu masuk utama, dan diberikan unsur air sebagai simbol kesuburan di pintu masuk depan. 

Gedung Sapta Pesona dibangun dalam empat tahap. Jauh sebelum Gedung Sapta Pesona dibangun, telah berdiri sebuah gedung berlantai satu yang diduga sudah dibongkar. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.