Sukses

Monyet Bali Sobek-Sobek Paspor Turis Asing, Tak Bersedia Dibarter Kertas

Menurut studi, monyet-monyet di Bali bisa membedakan barang-barang yang mahal.

Liputan6.com, Jakarta - Ulah monyet Bali yang badung sudah berkali-kali jadi pemberitaan. Kabar terbaru melibatkan seorang turis asing yang terpaksa merelakan paspor miliknya disobek-sobek oleh seekor monyet.

Kejadian itu terekam lewat sebuah video dan beredar viral setelah diunggah oleh akun Instagram Idiots in Bali. Tak diketahui bagaimana monyet tersebut mendapatkan dokumen sangat berharga bagi turis perempuan tersebut. Begitu pula dengan lokasi insiden berlangsung mengingat objek wisata monyet di Bali ada di berbagai tempat, termasuk Monkey Forest Ubud.

Namun, perempuan berambut keriting itu sempat mencoba bernegosiasi dengan si monyet. Ia menyodorkan kertas sebagai pengganti paspor bersampul merah tersebut, tapi si monyet mengacuhkannya dan terus merobek lembaran paspor. Bahkan, seekor monyet lainnya mencoba mengganggu perempuan itu hingga membuat si turis melompat mundur.

"Jangan main-main dengan penduduk lokal," tulis si pemilik akun dalam bahasa Inggris di kolom keterangan.

Sejumlah warganet meninggalkan komentar mereka menanggapi insiden itu. Sebagian dari mereka menganggap hal itu sebagai masalah besar mengingat paspor adalah dokumen wajib bagi pelancong asing ke mana pun akan bepergian. 

"Uffffffhh really big problem!" tulis seorang warganet. Lainnya menyebut bahwa video tersebut semestinya dijadikan bukti ke pihak imigrasi bila mereka ditanyai.

Yang lain menyindir, "Jangan bermain-main dengan gangster".

Warganet  merasa gelisah karena wanita itu membawa paspornya ke kandang monyet. "Pelajaran yang sulit," komentar seseorang secara blak-blakan.

"Siapa yang membawa paspornya kemana-mana?" kata yang lain.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Monyet Bali Bisa Bedakan Barang Mahal

Sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal sains Royal Society tercatat mempelajari monyet di Pura Uluwatu, Bali. Mereka meriset tentang kelakuan para kera yang sering mencuri barang, seperti tas, topi, kacamata hitam, tablet, bahkan ponsel, dari manusia. Monyet-monyet ini mengambil deretan item tersebut untuk ditebus dengan makanan.

Ditemukan bahwa monyet ekor panjang dewasa yang hidup liar cukup cerdas memahami barang mana yang memiliki nilai tertinggi bagi pengunjung, seperti barang elektronik. Karenanya, mereka hanya akan melepaskan barang tersebut setelah menerima makanan yang dianggap memiliki nilai setara.

Para penulis mengatakan, perilaku tersebut menunjukkan "proses pengambilan keputusan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya" di antara monyet yang diamati sebagai bagian dari penelitian.

Mengutip CNN Travel, Sabtu (16/1/2021), para ilmuwan dari Universitas Lethbridge Kanada dan Universitas Udayana Bali mengamati bahwa selain mampu "menggunakan benda sebagai simbol token untuk meminta imbalan makanan tertentu," kemampuan barter hewan itu meningkat seiring bertambahnya usia dan pengalaman.

3 dari 4 halaman

Hasil Riset 273 Hari

Menurut penulis, ada "asosiasi perilaku yang jelas antara kepemilikan benda bernilai dan kualitas atau kuantitas makan bagi monyet sub-dewasa dan dewasa." Ia juga menambahkan bahwa monyet lebih tua "secara istimewa" memilih benda milik turis yang bernilai lebih tinggi.

Riset itu dilakukan selama 273 hari dari 2015 hingga 2016, dengan observasi lebih lanjut dilakukan pada 2019. Para ilmuwan mendokumentasikan monyet saat mereka menatap pengunjung, mendekati mereka secara tak mencolok, mengambil sebuah benda, dan melangkah ke samping menunggu persembahan yang sesuai.

Monyet dewasa mengumpulkan "beberapa hadiah makanan sebelum mengembalikan barang yang diambilnya," di mana benda itu bernilai tinggi. Jadi, ia "lebih mungkin" menerima "hadiah makanan yang kurang disukai" dengan imbalan item bernilai lebih rendah, kata studi tersebut.

"Konsep mengambil barang atau barter barang dengan makanan adalah tugas menantang secara kognitif bagi monyet Uluwatu yang mengungkap proses pengambilan keputusan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata para penulis.

"Praktik yang spontan dalam populasi spesifik, lazim, lintas generasi, terpelajar, dan dipengaruhi secara sosial ini mungkin merupakan contoh pertama dari ekonomi token yang dipelihara secara budaya pada hewan yang berkeliaran bebas," imbuh mereka.

4 dari 4 halaman

Peringatan Otoritas Australia terkait Monyet Bali

Sementara, NSW Health, otoritas kesehatan negara bagian New South Wales Australia, mengeluarkan peringatan perjalanan bagi wisatawan Australia yang akan berkunjung ke Bali. Mereka diimbau untuk berhati-hati pada monyet liar yang berkeliaran di Bali, karena bisa digigit dan dicakar.

Peringatan dikeluarkan karena gigitan monyet liar bisa menyebabkan rabies yang mengancam keselamatan jiwa. Dilansir dari www.news.com.au, Selasa, 12 September 2023, imbauan itu disampaikan mengingat semakin banyak wisatawan Australia yang digigit atau dicakar saat berlibur ke Bali dan tempat wisata lainnya. 

Monkey Forest Ubud adalah salah satu lokasi wisata paling populer di Bali. Banyak wisatawan asal Australia berbondong-bondong ke sana untuk melihat monyet bermain di habitat aslinya.

Namun, kebanyakan dari wisatawan tersebut berfoto dari jarak dekat dengan monyet tersebut sebelum membagikan hasilnya ke media sosial. Padahal walaupun terlihat lucu, monyet tersebut tetaplah hewan liar yang berbahaya.

Karena itu, berada terlalu dekat dengan hewan liar bukanlah ide yang baik. Direktur Cabang NSW Health One Health, Keira Glasgow, memperingatkan, "Saat bepergian, sangat penting untuk menghindari kontak fisik dengan hewan apapun." Ia juga menyarankan masyarakat untuk menghindari interaksi dengan hewan liar melalui makanan atau permainan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.