Sukses

6 Fakta Menarik Gunung Sago di Sumatera Barat yang Punya Kaldera Luas Mencapai 10 KM

Gunung Sago yang memiliki ketinggian 2.261 mdpl jika dilihat dari udara akan tampak memiliki kaldera besar, namun kaldera ini sudah tidak aktif.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Sago merupakan sebuah gunung yang terletak di perbatasan daerah kecamatan Lareh Sago Halaban, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Gunung Sago yang memiliki ketinggian 2.261 mdpl adalah gunung berapi yang kini sudah tidak aktif, meskipun dulu sempat jadi salah satu gunung aktif.

Gunung Sago jika dilihat dari udara akan tampak memiliki kaldera besar. Kalderanya ini adalah kaldera mati yang terbuka  Bukaan kalderanya ke arah Lintau. Dari Kaldera inilah berhulu Sungai Batang Tampo yang mengalir di Lintau. Dari Lintau, Gunung Sago akan terlihat seperti dua dan disambung oleh tebing kaldera yang disebut juga Sago malintang.

Masih banyak hal mengenai Gunung Sago selain lokasi dan ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Sago yang dirangkum dari berbagai sumber pada Selasa, 9 Januari 2024. 

1. Kaldera Gunung Sago Capai 10 KM

Gunung Sago di perbatasan Limapuluh Kota dan Tanah Datar, Sumatera Barat, memiliki Kaldera yang sangat luas, yakni mencapai 10 kilometer. Kaldera gunung ini termasuk kaldera mati, dan sudah ditumbuhi banyak pepohonan. Kaldera ini mirip sekali dengan Kaldera Gunung Baluran di Jawa Timur.

Gunung Sago sendiri pun terbilang sepi dan minim informasi seputar pendakian. Hal ini ditegaskan dengan kondisi geografis yang rapat. Puncaknya berupa dinding kaldera yang luas, kaldera mati Gunung Sago juga diberi nama yaitu kaldera Tingga.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Titik Awal Pendakian

Titik awal pendakian ke Gunung Sago berada di dekat desa Situjuah Gadang yang juga dieja Situjuh. Di sekitarnya terdapat beberapa rumah Minangkabau yang mengesankan masih merupakan rumah keluarga tapi tempat ini sangat jauh dari jalur wisata.

Situjuah Gadang sendiri berjarak sekitar 15 menit berkendara dari Payakumbuh yang berada di jalan utama antara Padang/Bukittinggi dan Pekanbaru. Saat Anda memasuki Situjuah Gadang dari Payakumbuh, menara jam kecil di dalamnya memberikan petunjuk yang mudah.

Di pertigaan Anda pergi ke selatan dan menanjak menuju ujung jalan setapak di desa Sikabu (919 mdpl), atau lebih baik lagi, desa Kaciak, menurut laporan tahun 2019. Dibutuhkan waktu sekitar 15-20 menit dan jalannya sedikit kasar sehingga lebih mudah dengan sepeda motor di Payakumbuh.

Parkirkan sepeda motor Anda di tikungan jalan sebelah rumah berwarna pink cerah (820 mdpl) atau turun di sini. Dari sini jalan setapak mengarah lurus ke atas melewati lahan pertanian.

3 dari 4 halaman

3. Punya 3 Jalur Pendakian

Terdapat tiga jalur pendakian menuju Gunung Sago. Pertama jalur Sikabu Kabu, untuk menuju ke sana pendaki harus menuju ke arah Selatan dari Kota Payakumbuh, yaitu Nagari Sikabu Kabu, Padang Panjang, dan Tanjuang Haro.

Kedua adalah jalur Situjuah Gadang, pendakian dimulai dari Nagari Situjuah Gadang Kab. 50 Kota, dari rute jalur ini kemudian di puncaknya akan di temui batu besar. Oleh karena itu puncaknya dikenal dengan "Puncak Batu".

Disekitar batu besar ini kita dapat mendirikan tenda. Rutenya lumayan panjang dengan sumber air yang agak susah.

Jalur ketiga adalah melalui Sibaladuang. Kesulitan untuk melalui rute ini terbilang menengah dan lebih panjang dari rute via Sikabu kabu tetapi, tapi lebih singkat dari rute via Situjuah.

Sumber air rute ini paling mudah, karena rutenya memang melewati aliran air tapi, cuma satu, sama juga dengan yang lainnya. Rute ini selanjutnya menuju Puncak Robuang jadi, nanti ada persimpangan diatas ketemu dengan rute Sikabu kabu. 

4. Jalur Pendakian Favorit

Dari ketiga jalur tersebut, jalur Sikabu Kabu yang paling sering digunakan oleh para pendaki. Jalur ini selalu dipilih menjadi jalur pendakian menuju Gunung Sago karena aksesnya yang mudah dan jalur pendakian yang tidak terlalu sulit, serta nyaman untuk dilalui.

 

4 dari 4 halaman

5. Masyarakat Sangat Menjaga Gunung Sago

Mengutip dari laman Gunung Bagging, Selasa, 9 Januari 2024, Gunung Sago masih sangat terjaga. Diketahui tidak banyak gunung seperti ini lagi di Jawa, di mana masyarakat lokal dan pendaki menghormati hutan dan jalan setapak. 

Menuju rute pendakian, Anda juga akan disuguhi lahan pertanian yang menyenangkan. Kemudian masuk ke hutan lebat dan jalan setapak yang sangat baik dan bebas sampah hingga membawa Anda ke area puncak dengan pemandangan tebing lembah Harau yang terkenal.

6. Gunung Mati

Gunung Sago dapat disamakan seperti Gunung Sinabung yang meletus pada 2010 silam. Gu­nung ini termasuk gunung yang aktif dan telah tercatat di pusat geologi Sumatera Barat.

Namun sejak tahun 1600-an tidak pernah menam­pakkan aktivitas seperti Gunung Marapi, Tandikek dan Talang. Jika sekarang gunung tersebut menam­pakkan aktivitasnya, itu merupakan hal biasa.

Masyarakat sekitar pun tetap harus waspada dengan aktivitas Gunung Sago. Hal ini lantaran dampak dari aktivitas gunung api yang biasanya diam dan tiba-tiba mengeluarkan energi, akan berdam­pak besar dibanding gunung yang sering aktif, terutama untuk dampak erupsinya.

Gunung Sago dapat disamakan seperti Gunung Sinabung yang meletus pada tahun 2010 silam. Masyarakat sekitar menganggap Gunung Sinabung tersebut sebagai Gunung Mati, namun kenyataannya gunung tersebut meletus dengan kekuatan yang besar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini