Sukses

Taman Bermain Bernuansa Hutan Penuh Imajinasi dan Ramah Anak Berkebutuhan Khusus

Kehadiran playground atau taman bermain kini tak melulu menyediakan sarana bermain dan eksplorasi untuk buah hati. Lebih dari itu, tempat dengan beragam wahana permainan ini juga edukatif, bahkan inklusif.

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran playground atau taman bermain kini tak melulu menyediakan sarana bermain dan eksplorasi untuk buah hati. Lebih dari itu, tempat dengan beragam wahana permainan ini juga edukatif, bahkan inklusif.

Semangat ini pula yang diusung oleh Buumi Playscape yang membuka lokasi keduanya di Plaza Senayan, Jakarta. Natasha Guna, Erica Pramesty, Talla Aryanto, dan Renee Tang adalah sosok ibu-ibu di balik lahirnya playground bertema "Wonder Forest" tersebut.

Co-founder Buumi Playscape dan Chief Executive Officer PT Sentra Bermain Pacific Natasha Guna menyebut kehadirkan lokasi kedua ini wujud dedikasi dan komitmen pihaknya untuk terus menciptakan ruang bermain yang inklusif dan edukatif yang mendukung tumbuh kembang anak. Mereka percaya bahwa bermain adalah dunia anak-anak.

"Melalui bermainlah anak dapat mengenali dunianya dengan cara yang sangat menyenangkan. Kami berharap seperti namanya, dinamakan Buumi, karena Bumi yang menjadi natural habitat bagi anak-anak lewat bermain," kata Natasha saat ditemui di Buumi Playscape Plaza Senayan, Jakarta, Kamis, 7 Desember 2023.

Natasha menambahkan bahwa anak harus mendapatkan main yang baik karena bermain adalah diverse language. "Anak belajar bicara hingga bonding dengan orangtua lewat bermain," lanjutnya.

"Kita melihat bermain adalah necessity for child development dan juga sebuah hal yang natural dan universal language," terangnya.

Ia menyampaikan bahwa Buumi Playscape diperkuat dengan tim yang juga terdiri dari para psikolog. "Kita buat program yang dibuat oleh seseorang yang memang ahlinya, tujuannya anak-anak yang datang bisa mendapat sisi eduplay supaya mendukung tumbuh kembang anak," tutur Natasha.

Selain itu, dikatakannya, taman bermain ini juga menghadirkan kelas-kelas yang dikurasi, mulai dari kelas sensori, musik, masak, literasi, art and craft, dance, STEAM, dan lainnya. "Dikhususkan agar mereka bisa mendapatkan additional value ketika main di Buumi, selain bermain di playground," lanjutnya lagi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Taman Bermain Inklusif

Buumi turut menggaungkan kampanye "Buumi untuk Semua", yang memberi ruang bermain yang aman dan nyaman bagi setiap anak, termasuk bagi mereka yang berkebutuhan khusus atau disabilitas. Komitmen ini, disampaikan Natasha, lahir pada 2022 lalu.

"Kita menciptakan enam karakter yang semuanya memiliki special needs, ada yang pakai hearing aid, ada yang pakai tangan (palsu) besi, anak dengan down syndrome, pejuang leukimia, dan albino," ujar Natasha.

Tentu bukan tanpa alasan pihaknya menghadirkan karakter-karakter yang berkebutuhan khusus tersebut. "Karena anak-anak kalau lihat karakter itu (mudah) ingat," katanya.

"Kita berharap ketika melihat karakter ini, mereka aware perbedaannya dan ketika melihat anak dengan hearing aid (juga berkebutuhan khusus) biasa saja, tidak dibully atau merasa aneh, kita merasa semua anak itu spesialnya," jelasnya.

Buumi juga melatih stafnya untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Masih dari sisi inklusif, untuk desain Buumi memilih untuk menghadirkan dua tingkat saja dalam ruang bermain.

"Kita ingin lebih gampang dijangkau dengan anak-anak dengan segala kemampuan. Playground dibuat ruangan-ruangan karena lebih gampang anak yang pakai tongkat. Ruangan ini safe space, karena tidak semua suka bermain di luar, tapi mereka bisa di classroom atau Night Forest," terang Natasha.

Di hutan kreatif penuh imajinasi "Wonder Forest", ada sederet area bermain, yang meliputi Tree House, Caterpillar Tunnel, Ant's House, Baby's Lounge, Rayya's Classroom, Satya's Night Forest, dan Imaginative Leaves Climbing.

3 dari 4 halaman

Bak di Hutan Belantara

Co-founder Buumi Playscape Erica Pramesty menyebut hutan imajinasi ini bertujuan untuk menstimulasi imajinasi anak. Salah satunya ada Ant's House atau rumah semut yang dibuat beberapa bagian.

"Bisa pura-pura jadi semut, anak-anak bisa manjat, jalan, merangkak, dan climbing di rumah semut. Ada juga telur-telur semut bohongan dan kita pakai bola," ungkapnya.

Erica juga menjelaskan soal Caterpillar Tunnel, area anak dapat belajar merangkak dan berimajinasi berada di tunnel atau terowongan. "Setap tempat ada rekomendasi umur, contohnya yang di atas untuk 5 tahun ke atas, dan yang bawah untuk 3--5 tahun," katanya.

"Di bawah tunnel, kita membuat konsep Buumi inklusif, jadi bisa diakses oleh wheelchair, bisa main di area di tunnel, main wall play, dan pretend play," tutur Erica.

Selain tempat bermain aktivitas juga dibuat inklusif dengan setiap dua jam sekali ada inhouse activity. "Anak-anak bisa main dengan tema-tema tertentu, biasanya sesuaikan dengan umur dan make sure itu inklusif, misalnya ada sebuah kegiatan yang terlalu gross motor atau physical tapi kita siapkan alternatif lain kalau ada anak-anak yang tidak bisa terlalu aktif dengan gross motor," jelasnya.

Ada pula Baby's Lounge untuk anak usia 6 bulan hingga 3 tahun. "Banyak buku-buku untuk baby, area manjat lebih simpel dari area sebelumnya, dan mainan untuk balita," tambah Erica.

Hadir pula dark room yang disebut Night Forest. "Jadi, anak-anak bisa pura-pura camping di tengah hutan, ceritanya rimba belantara dan ada campervannya," ungkapnya.

4 dari 4 halaman

Pembersihan Taman Bermain

Di sisi lain, dikatakan Natasha, pembersihan taman bermain ini juga dilakukan secara berkala. "Spesifik untuk mandi bola, kita punya mesin karena mencuci bola tidak bisa hanya dilap saja," jelasnya.

"Mesinnya menyerap bola puluhan ribu, habis itu dikeluarin lagi. Mesinnya mencuci dengan alat disinfektan di dalamnya, dicuci steril semua baru dikeluarin lagi ke kolam bola. Itu kita lakukan rutin," kata Natasha.

Ia melanjutkan, "Kolam bola lantai masih kelihatan, kita tidak mau isi terlalu banyak bola terlalu penuh, di dalamnya ada yang enggak kelihatan. Yang penting anak senang ada bolanya dan kita juga membersihkannya bisa lebih saksama."

Arsitek Buumi Playscape Zenin Adrian menyebut salah satu spesialisasi Buumi adalah mendesain secara custom semua area bermain yang dirangkai jadi satu cerita. "Kita berusaha menggunakan desain untuk menstimulasi imajinasi anak tidak hanya sensor motorik, tapi juga imajinasi. Mereka bisa merasakan dan membayangkan spirit kalau semut seperti apa," katanya.

Playground ini buka setiap hari mulai pukul 10.00 WIB hingga 21.00 WIB. Tiket bermain seharga Rp195 ribu (hari kerja) dan Rp225 ribu (akhir pekan) untuk satu anak dan satu pendamping dengan dengan durasi bermain selama dua jam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.