Sukses

Netflix Pecat Karyawan yang Pro Palestina, Bikin Khawatir Para Pekerja Industri Hiburan

Netflix dikabarkan memecat karyawannya yang terbukti mendukung Palestina. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai pengaruh keyakinan pribadi terhadap tindakan profesional.

Liputan6.com, Jakarta - Konflik Palestina dan Israel saat ini masih menjadi topik yang sering diperbincangkan. Masyarakat dunia seolah terbelah menjadi dua untuk mendukung salah satu pihak yang berperang. Hal tersebut berdampak pada berbagai industri, salah satunya Industri hiburan.

Dilansir dari The Streamr, Jumat, 1 November 2023, Netflix dikabarkan memecat karyawannya yang terbukti mendukung Palestina. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai pengaruh keyakinan pribadi terhadap tindakan profesional.

"Kami mendengar bahwa seorang karyawan Netflix dipecat tanpa pemberitahuan karena membagikan konten pro-Palestina di media sosial, konten yang bersumber dari media yang sudah mapan seperti MSNBC dan PBB," tulis The Streamr.

Insiden ini dianggap "memecah belah" tim kecil yang beranggotakan kurang dari lima orang di Netflix. Dari informasi yang diterima oleh The Streamr, dan menindaklanjuti sumbernya, juga verifikasi dengan sumber lain, tampaknya ada hubungan pribadi yang substansial antara peristiwa ini dan pemecatan Melissa Barrera, aktris pemeran film "Scream" yang secara vokal mendukung Palestina. 

Aktris tersebut dipecat oleh Spyglass Media Group. Anggota tim tempat karyawan tersebut bekerja juga terhubung dengan eksekutif di Spyglass.

Kasus tersebut menyoroti bagaimana ideologi pribadi, dalam hal ini Zionisme, berpotensi memengaruhi praktik bisnis dan keputusan ketenagakerjaan di antara anggota terkemuka AMPTP atau Alliance of Motion Picture and Television Producers. Sebuah asosiasi perdagangan yang berbasis di Los Angeles, Amerika Serikat, yang mewakili lebih dari 350 perusahaan produksi televisi dan film.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ketua Agensi Top Hollywood Undurkan Diri karena Dukung Palestina

Bukan hanya pekerja harian yang suaranya diredam. Maha Dakhil, ketua agensi top Hollywood, CAA yang menaungi artis seperti Tom Cruise, Natalie Portman, dan Anne Hathaway, mengundurkan diri dari posisinya karena memilih untuk menyuarakan dukungannya kepada Palestina.

"Saat ini Anda sedang mempelajari siapa yang mendukung genosida." Dia menambahkan pesannya melalui sebuah repost Instagram  yang menyatakan, "Itulah kalimat untuk saya." Dakhil kemudian mengunggah foto kedua yang diberi judul, "Apa yang lebih memilukan daripada menyaksikan genosida? Menyaksikan penyangkalan bahwa genosida sedang terjadi," ungkap Dakhil, dikutip dari LA Times.

Dilaporkan bahwa Tom Cruise tetap mendukung Dakhil dan menuntut agar dia diizinkan agar tetap menjadi agen. Sementara, Dakhil telah kehilangan banyak pengaruh di Hollywood karena dia tidak lagi menjabat di industri film tersebut.

Bagi agensi artis yang mendukung Israel, korban di sini adalah kliennya. Seperti yang dilaporkan oleh The Streamr, mereka meyakini bahwa Melissa Barrera tidak lagi diwakili oleh agensi dan tim publisitasnya menjatuhkannya. 

3 dari 4 halaman

Kekhawatiran Para Pelaku Industri Hiburan

Ada kekhawatiran bahwa pemecatan atau teguran dari perusahaan di industri hiburan mempunyai efek yang mengerikan, seperti yang dikatakan oleh mantan karyawan Netflix, mengenai prospek masa depan di industri hiburan. Dengan implikasi dari berbagai sumber, bahwa terdapat kesepakatan bersama yang tidak terus terang di antara anggota perusahaan yang tergabung dengan AMPTP dengan para karyawannya. Mereka ingin menerapkan prinsip-prinsip dari asosiasi tersebut kepada para pekerja.

Pasca-pemecatan, ada kekhawatiran terhadap kemungkinan masuknya karyawan tersebut ke dalam daftar hitam AMPTP. Hal tersebut merupakan isu yang nyata dan mendesak, terbukti dengan berbagai laporan tantangan produksi pada proyek-proyek besar dari Paramount, Marvel Studios, dan Lucasfilm sepanjang tahun.

Ada juga kekhawatiran organisasi seperti Canary Mission bertujuan untuk mencatat database orang-orang yang menentang Zionisme dan pendudukan Israel. Mereka kemungkinan mengalihkan informasi tersebut ke calon pemberi kerja dan membatasi prospek kerja individu pendukung Palestina.

Sementara itu, dikutip dari kanal Global, Liputan6.com, Hamas membebaskan delapan sandera Israel pada Kamis (30/11/2023), sebagai imbalan atas pembebasan 30 tahanan Palestina oleh Israel berdasarkan kesepakatan perpanjangan gencatan senjata selama satu hari. Enam sandera dibebaskan beberapa jam setelah pembebasan dua sandera pada Kamis sore. Militer Israel mengatakan bahwa seluruhnya diserahkan ke Palang Merah di Gaza dan dibawa ke Israel untuk diperiksa di rumah sakit dan kemudian disatukan kembali dengan pihak keluarga.

4 dari 4 halaman

Dua Anak Kecil dan Enam Perempuan Sandera Israel Dibebaskan Hamas

Melalui platform X alias Twitter, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari mengumumkan bahwa sandera yang dibebaskan terdiri dari dua anak di bawah umur dan enam perempuan. Sementara, tahanan Palestina yang dilepas terdiri dari 23 anak di bawah umur dan tujuh perempuan.

Ketika ditanya mengapa Hamas melepas kurang dari 10 sandera mengingat perjanjiannya adalah 10 sandera untuk satu hari perpanjangan gencatan senjata, kepala juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari menjelaskan bahwa pada hari sebelumnya jumlah sandera yang dibebaskan 12 orang. Itu berarti sudah memenuhi tuntutan mereka.

"Kami bersikeras mendapatkan hasil maksimal," ungkap Hagari, seperti dilansir AP, Jumat (1/12/2023). "Hal ini selalu terjadi setiap hari dan juga hari ini."

Tekanan internasional meningkat agar gencatan senjata sementara berlanjut menjadi permanen pasca pengeboman Israel selama lebih dari tujuh pekan yang disusul dengan operasi darat ke Jalur Gaza. Lebih dari 13.000 warga Palestina di Gaza tewas dan lebih dari tiga per empat dari 2,3 juta warga di wilayah itu terpaksa mengungsi, memperparah krisis kemanusiaan.

Israel telah berulang kali menegaskan tekadnya melanjutkan pertempuran. Teranyar, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengulanginya via media sosial.

"Kami bersumpah akan melenyapkan Hamas dan tidak ada yang akan menghentikan kami," tulis Netanyahu di akun Instagramnya @b.netanyahu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini