Sukses

Wajah Kate Moss Terlihat Menua dan Kulit Mengendur, Disebut Efek Merokok Sejak Muda

Pada foto terbaru yang diambil di London, Kate Moss terlihat memprihatinkan. Publik lalu menyalahkan kebiasaannya merokok sejak muda.

Liputan6.com, Jakarta - Foto terbaru Kate Moss mengejutkan publik. Pasalnya, supermodel yang pernah dipuja-puja akan kecantikannya tersebut terlihat sangat memprihatinkan, ia terlihat sangat tak sehat dengan kulit wajah yang mengendur.

foto terbaru itu diambil pada sebuah restoran mewah di London, Inggris. Foto tersebut menuai komentar kurang mengenakan dari publik. Mereka beranggapan bahwa kebiasaan merokok yang dilakukan ibu dari Lila Moss adalah penyebab dari penampilannya yang kusam dan tak sehat itu.

"Tongkat kanker (rokok) akan membuat Anda menua seperti itu," ujar salah seorang yang berkomentar, dikutip dr NY Post, Kamis, 14 September 2023.

Kate Moss memang diketahui sebagai seorang perokok aktif sejak muda. Kebiasaan merokok sejak lama diketahui menjadi penyebab berbagai masalah kesehatan, seperti kerusakan pada kulit, gigi, rambut, organ dalam, dan hampir seluruh bagian tubuh manusia lainnya.

"Secara keseluruhan, Anda mendapatkan banyak bahan kimia dari merokok," Dr. Raman Madan, direktur dermatologi kosmetik di Northwell Health di Long Island, mengatakan kepada The Post. "Itu sangat berpengaruh besar pada kulit dan bisa menyebabkan penuaan dini," tambah Madan.

Menurut penelitian, merokok menurunkan produksi kolagen, dan seringkali menyebabkan kulit kendur dan berubah warna. Efek mengendurnya kulit dapat dilihat pada lengan, kaki, dan seluruh tubuh, termasuk payudara. "Kulit menjadi tertarik ke bawah, sehingga (merokok) juga dapat menyebabkan payudara kendur," tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bahaya Merokok bagi Tubuh

Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa merokok dapat menyebabkan kerontokan pada rambut, karena vasokonstriksi yaitu penyempitan pembuluh darah yang akan  mengurangi aliran darah. Berkurangnya aliran darah ke folikel rambut akan memperpendek umur folikel rambut, sehingga dapat menyebabkan rambut rontok.

Ia juga menambahkan bahwa merokok dapat berdampak pada kerusakan mulut seperti gigi menguning, penyakit gusi, dan penumpukan plak gigi. Merokok juga berpengaruh pada indra penglihatan. Akibat dari merokok, mata dapat menderita degenerasi makula, mata kering, katarak, dan kondisi mata lainnya yang disebabkan atau diperburuk oleh rokok.

Tangan dan jari juga terdampak paling parah akibat merokok, dan bukan hanya karena memegang rokok yang terbakar. Seorang perokok dapat mengalami perubahan bentuk dasar kuku. Ia juga mengatakan "jari-jari orang (yang merokok) dapat membiru atau memerah" karena rokok menyebabkan vasokonstriksi dan suplai darah rendah.

Orang dengan kondisi autoimun, menghadapi tantangan tambahan akibat merokok. Rokok dapat menjadi pemicu timbulnya psoriasis, lupus, dan penyakit lain yang menyerang kulit. Bila Anda berharap untuk memperbaiki kondisi tubuh yang telah rusak akibat rokok dengan prosedur kosmetik seperti mikrodermabrasi, rokok akan menghambat penyembuhan luka.

"Bagi pasien yang membutuhkan prosedur, merokok akan menghambat penyembuhan luka Anda," kata Madan.

3 dari 4 halaman

Dampak Merokok bagi Kesehatan Mental

Dokter tersebut juga menambahkan bahwa rokok dapat menjadi penyebab  penghambat dalam semua aspek kesehatan tubuh. "Anda sedang berjuang dalam perjuangan yang berat," jelasnya, "Karena semua yang Anda lakukan dinegasikan dengan merokok."

Selain berdampak pada kesehatan fisik, sebuah penelitian menunjukan bahwa kebiasaan merokok berdampak buruk bagi kesehatan mental. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Aarhus University, Denmark, merokok terbukti secara ilmiah memiliki kaitan dengan peningkatan risiko gangguan mental seperti depresi, gangguan bipolar, dan skizofrenia.

Dr. Doug Speed, seorang ahli genetika statistik di Center for Quantitative Genetics and Genomics Universitas Aarhus, menyatakan, "Angka-angka ini berbicara sendiri (hasil penelitian membuktikan) rokok memang menyebabkan gangguan mental."

Menurut penelitian itu, rokok meningkatkan risiko gangguan mental dua kali lipat. Mengutip laman themindsjournal.com, Selasa, 12 September 2023, menggunakan data dari UK Biobank, yang merupakan salah satu sumber data kesehatan manusia terbesar di dunia, tim peneliti melibatkan lebih dari setengah juta individu.  Tim peneliti menganalisis dataset yang luas ini, mempertimbangkan faktor-faktor selain genetika, termasuk informasi gaya hidup yang diberikan oleh peserta. 

4 dari 4 halaman

Naikkan Risiko Terkena Penyakit Mental

Hasil penelitian ini mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan, terdapat hubungan antara merokok dan gangguan mental, yang juga memiliki aspek waktu yang signifikan. Rata-rata individu dalam penelitian ini mulai merokok sekitar usia 17 tahun, sedangkan gangguan mental baru mulai muncul pada usia sekitar 30 tahun.

Selisih waktu yang signifikan antara memulai merokok dan timbulnya gangguan mental memberikan petunjuk bahwa ada kemungkinan hubungan sebab-akibat di antara keduanya. Para peneliti bahkan mengidentifikasi hubungan genetik yang terlibat, menyoroti keberadaan "gen-gen terkait merokok" yang memainkan peran dalam menentukan apakah seseorang akan menjadi perokok atau tidak. 

Temuan ini menguatkan hipotesis bahwa risiko merokok berkontribusi pada peningkatan risiko terkena gangguan mental karena faktor-faktor genetik ini. Dr. Speed menjelaskan, "Orang-orang dalam dataset yang membawa gen-gen terkait merokok namun buka perokok aktif cenderung lebih sedikit berpotensi mengalami gangguan mental dibandingkan dengan mereka yang membawa gen-gen tersebut dan menjadi perokok."

Meskipun penelitian ini telah menegaskan bahwa merokok adalah salah satu penyebab gangguan mental, mekanisme biologis yang tepat yang menjelaskan hubungan ini masih diteliti hingga sekarang. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan fenomena ini, kemungkinan nikotin yang merupakan komponen utama dalam rokok dapat menghambat penyerapan serotonin di otak. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini