Sukses

Ujian SIM di Jepang Sulit, Sekolah Menyetir Buat Pelajaran Khusus Mengemudi dalam Keadaan Mabuk

Sebuah sekolah mengemudi di Jepang membuat perlajaran kursus untuk mengemudi dalam keadaan mabuk, hal tersebut menyusul banyak ditemukannya pengemudi yang berada di bawah pengaruh alkohol.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah sekolah mengemudi di Jepang mengadakan kursus untuk mengemudi dalam keadaan mabuk. Hal ini menyusul banyak ditemukannya pengemudi yang berada di bawah pengaruh alkohol.

Melansir dari laman Japan Today, Rabu, 30 Agustus 2023, untuk mendapatkan SIM di Jepang bukanlah sebuah hal yang mudah. Pasalnya, pengemudi harus mengikuti tes dengan berbagai rintangan yang telah dipersiapkan.

Tes tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa secara menyeluruh kemampuan dan persepsi calon penerima SIM tentang mengemudi dengan sejumlah keahlian yang berbeda. Pada awal bulan Agustus 2023, Sekolah Mengemudi Chikushino, yang berada di kota Chikushino, Prefektur Fukuoka, menambah tingkat kesulitan bagi para pengemudi yang menyetir di jalur tes, yaitu dengan mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk.

Dalam sebuah video acara spesial yang diadakan pada 21 Agustus 2023, terlihat seorang pengemudi mabuk tampak seperti akan tertidur saat ia menyetir di belakang kemudi. Hal tersebut terjadi lantaran sebelum memulai perjalanannya di jalur ujian, staf sekolah mengemudi tempat ia menjalani tes memberinya minuman bir.

Secara total, pria tersebut menenggak satu gelas bir dan lima kali highball (sejenis minuman beralkohol) selama 90 menit. Ketika dia menjalani tes breathalyzer, terukur bahwa hasil kandungan 0,8 miligram alkohol yang jauh melampaui batas legal yaitu 0,15 miligram per liter sebagai batas aman konsumsi alkohol saat mengemudi berdasarkan hukum Jepang.

Dalam keadaan cukup mabuk, setelah masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin, pria tersebut bergegas untuk berkendara dan langsung menabrak kerucut lalu lintas yang berada pada jalur tes. Saat sampai ke tikungan, ia lagi-lagi menabrak beberapa batang logam gantung yang dirancang untuk mensimulasikan sebuah dinding kokoh. Kemudian ban mobilnya keluar dari jalur mengemudi saat mencoba untuk mundur dan memperbaiki arah menyetirnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tujuan Tes

Sebelumnya, para peserta yang terdiri dari warga setempat dan awak media telah mencoba untuk melalui jalur tes tersebut dalam keadaan sadar di hari yang sama. Kemudian, mereka kembali ke dalam gedung sekolah mengemudi untuk minum minuman keras, sebelum percobaannya yang kedua bersama beberapa instruktur yang duduk di kursi penumpang.

Beberapa peserta lainnya diberi tiga minuman yaitu satu bir dan masing-masing satu gelas anggur umeshu plum dan shochu yang cukup untuk membuatnya berada di dua kali lipat batas legal untuk mengemudi. Meskipun Jepang memiliki budaya minum yang cukup melekat, tujuan dari tes tersebut bukan hanya agar para peserta dapat menikmati minuman gratis.

Pada 2022, Polisi Prefektur Fukuoka menangkap 1,391 pengendara yang mengemudi sambil mabuk, sebanyak 1,122 di antaranya atau sekitar 80,7 persen, ditemukan berada di atas ambang batas "mabuk berat" yaitu lebih dari 25 miligram alkohol. Ini membuat mereka mendapatkan hukuman yang lebih berat dibandingkan kisaran 0,15 hingga 0,24 miligram. Statistik belum menunjukkan banyak perbaikan pada 2023, dengan 883 pengemudi mabuk di prefektur tersebut dan 76,1 persen di antaranya berada dalam kategori mabuk berat.

3 dari 4 halaman

Tanggapan Pemerintah Jepang

Para pejabat mengatakan, bahwa akar masalahnya adalah meskipun masyarakat tahu bahwa mereka tidak boleh mengemudi sambil mabuk. Mereka terlalu percaya diri akan kemampuan mereka untuk tetap dapat mengemudi dengan aman selama mereka mengemudi dengan perlahan dan hati-hati.

Pikiran yang berada di bawah pengaruh alkohol tidak terlalu baik dalam menilai atau mengingat apa yang sebenarnya mereka pikir lambat dan hati-hati. Bahkan jika pengemudi yang mabuk berhasil melewati pemeriksaan mental tersebut, keterampilan motorik mereka kemungkinan besar tidak akan mampu melakukan tugasnya dan menindaklanjutinya dengan aman. 

Melalui acara mengemudi dalam keadaan mabuk tersebut, penyelenggara ingin memberikan konteks yang lebih baik tentang betapa berkurangnya keterampilan mengemudi karena alkohol. Bahkan bagi orang yang tidak ikut tes secara langsung, menonton video acara tersebut dapat memberikan mereka kerangka acuan, sebab kursus tes mengemudi di Jepang kurang lebih terstandarisasi.

Setiap orang yang memiliki SIM harus melewati setiap bagian tes tersebut tanpa insiden, dan melihat betapa sulitnya mereka melewatinya saat dalam keadaan mabuk. Diharapkan setelah acara tersebut ditayangkan, akan memudahkan para pengendara untuk lebih memahami dan mengingat betapa berbahayanya mengemudi dalam keadaan mabuk.

4 dari 4 halaman

Alkohol Mengingkatkan Peluang Terjadinya Kecelakaan

Dirangkum dari kanal Citizen, Liputan6.com, Kamis (31/8/2023), efek alkohol pada keterampilan ini menempatkan Anda dan orang lain dalam bahaya. Mengutip Healthline, akohol memainkan peran besar dalam mengaburkan pikiran. Alkohol dapat merusak pertimbangan sampai pada titik di mana Anda membuat keputusan buruk yang seharusnya tidak Anda buat, kemudian akan menyesal di pagi hari atau ketika sadar.

Hilangnya kesadaran saat mabuk juga dapat membuat Anda lebih rentan terhadap gangguan saat mengemudi. Anda bisa saja mencoba untuk mengirim pesan teks atau menonton sesuatu di ponsel daripada fokus pada jalan.

Mengkonsumsi sedikit alkohol bisa memengaruhi konsentrasi. Padahal ketika mengemudi, seseorang butuh konsentrasi tinggi. Contohnya saja, Anda harus bisa tetap berada di jalur yang sesuai, mengatur kecepatan, memberikan ruang dan perhatian yang tepat untuk mobil lain di jalan, serta mematuhi rambu lalu lintas.

Alkohol secara signifikan meningkatkan peluang Anda mengalami kecelakaan karena dapat mengurangi konsentrasi. Buruknya pengambilan keputusan ini juga memainkan peran besar dalam mengemudi. Anda harus mampu menilai jarak yang diperlukan untuk berhenti tepat waktu, atau berbelok tanpa menabrak apa pun.

Anda harus bisa meramalkan dan bereaksi terhadap masalah yang mungkin timbul di jalan, seperti menghadapi perubahan cuaca yang tiba-tiba atau menghindari puing-puing besar di jalan. Memiliki pikiran yang jernih membantu Anda mengambil keputusan dengan membuat tetap waspada dan sadar akan kondisi di sekitar Anda. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini