Sukses

Cerita Wanita Indonesia Melahirkan Gratis di Jepang, Ekstra Subsidi sampai Rp50 Juta

Biaya melahirkan terutama di rumah sakit temasuk tinggi. Tapi, seorang wanita Indonesia yang melahirkan di Jepang justru mendapat uang sampai puluhan juta rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Biaya melahirkan, terutama di rumah sakit, terbilang tinggi dan menguras kantong. Namun,  apa jadinya kalau ada yang melahirkan tapi justru mendapat uang sampai puluhan juta rupiah? Hal ini bisa Anda alami di Jepang, seperti yang dialami seorang ibu muda dari Indonesia.

Dilansir dari akun TikTok @kairo_in_japan, Kamis, 24 Agustus 2023, wanita Indonesia ini menceritakan secuil pengalamannya ketika memutuskan bersalin di negeri Sakura itu. "Iseng lahiran di luar negeri. Eh malah dapet duit mulu," tulisnya dalam keterangan video.

Ibu muda itu menceritakan bahwa sejak memutuskan melahirkan di Jepang, dia banyak dibantu oleh pemerintah di sana. Bukannya harus keluar banyak duit, pasangan suami istri justru untung karena mendapat subsidi dari pemerintah Jepang.

"Ternyata dapet subsidi biaya persalinan 50jt dari pemerintah sini," ungkapnya. Wanita yang tinggal sementara di Jepang itu juga mendapatkan tunjangan anak sekitar Rp1,5 juta per bulan.

Dilansir dari laman Matcha-jp.com, biaya persalinan di Jepang rata-rata sebesar 500 ribu yen atau sekitar Rp52 juta. Biaya ini mencakup berbagai hal yang berkaitan dengan kelahiran, seperti rawat inap, pemeriksaan, dan biaya obat. Untuk biaya operasi caesar di Jepang akan ditambahkan biaya sekitar 100 ribu sampai 200 ribu yen, sehingga totalnya antara 600 ribu sampai 700 ribu yen atau sekitar Rp62 - Rp82 juta.

Untuk mendapatkan subsidi biaya persalinan dari pemerintah Jepang, tentu ada syarat yang berlaku. Misalnya, pasien harus memiliki asuransi kesehatan nasional dari pemerintah Jepang. Dari asuransi tersebut, setiap orang tanpa memandang kewarganegaraan bisa mendapatkan bantuan biaya bersalin sampai tunjangan setelah melahirkan. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bukan Hanya untuk Warga Jepang

Kebetulan, wanita dan suaminya ini statusnya temporary resident alias WNA yang diberikan hak untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu (punya visa atau izin tinggal). Status ini biasanya berlaku bagi mereka yang punya bisnis atau alasan lain.

Pemerintah Jepang memang serius dalam menjamin setiap kebutuhan ibu hamil di sana. Bukan cuma setelah lahiran, bahkan saat bayi masih dalam kandungan, dokter di rumah sakit Jepang akan sangat perhatian dalam menjaga kesehatan sang ibu.

Jepang saat ini termasuk negara yang tingkat kelahirannya sangat rendah. Untuk meningkatkan angka kelahiran bayi, pemerintah negara matahari terbit tersebut membuat sebuah kebijakan yang sangat ramah bagi pasangan yang baru memiliki anak yang berlaku bukan hanya untuk warga asli Jepang tapi juga para pendatang.

Meskipun WNI melahirkan di Jepang bukan pertama kalinya, tunggahan di akun @kairo_in_japan ini ramai dikomentari oleh warganet. Banyak yang salah fokus dengan kata 'iseng' yang digunakan oleh @kairo_in_japan, karena dirasa tidak tepat. Cukup banyak pula yang penasaran bagaimana dia bisa mendapatkan bantuan atau subsidi yang nilainya tidak sedikit itu.

3 dari 4 halaman

Suka Duka Melahirkan di Jepang

"Berarti bukan iseng kak kalo udah temporary resident disana. Kalo iseng kakaknya berangkat kesana H-3 sebelum HPL," komentar seorang warganet.

"Kalau gini mah suami kagak pusing nyari uang buat persalinan dan kebutuhan stelah lahiran sejahtera," kata warganet lainnya.

"Dengan catatan tinggal disana kak? atau jadi warga negaranya? atau emang cuma numpang lahiran aja???," tulis warganet lainnya.

"Boleh dishare dukanya juga ga kak ,buat pertimbangan 🤗 thx u sebelumnya,” tanya warganet lainnya.

Pertanyaan itu langsung dijawab oleh pemilik akun. "Language barrier (masalah bahasa) aja kaakk sisanya Alhamdulillah enak semuaa 🥰,” jawabnya. Sampai berita ini ditulis, unggahan WNI lahiran di Jepang ini sudah dilihat lebih dari 5,8 juta kali, disukai lebih dari 225 ribu kali dan mendapatkan lebih dari 2.060 komentar.

Sementara itu, populasi Jepang resmi menurun di seluruh wilayah atau 47 prefektur. Penurunan itu terjadi sejak pertama kali survei penduduk dimulai sejak 1968. Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, berdasarkan laporan Kyodo News, Rabu , 26 Juli 2023, populasi Jepang tahun lalu 122,4 juta turun sejumlah 801 ribu orang. Survei itu dilaksanakan oleh Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang.

 

4 dari 4 halaman

Populasi di Jepang

Pulau Okinawa yang biasanya tidak terdampak isu kelahiran juga melaporkan penurunan populasi sejak 1973. Per 1 Januari 2023, total seluruh populasi Jepang adalah 125,4 juta, termasuk warga asing. Jumlah itu menurun 511 ribu dari setahun sebelumnya.

Tren itu menunjukkan perlunya Jepang mengembangkan kebijakan untuk mengentaskan isu ini, serta menambah peluang pekerjaan pemuda dan wanita di area regional. Meski demikian, populasi orang asing di Jepang naik sejak pertama kali dalam tiga tahun semenjak pelonggaran aturan COVID-19.

Kenaikan orang asing di Jepang sekitar 289 ribu menjadi 2,9 juta orang. Populasi di Prefektur Tokyo "meningkat" karena peningkatan kehadiran warga asing. Sedangkan, Prefektur Akita mencatat penurunan populasi tertinggi, yakni 1,65 persen. Institusi Nasional Penelitian Populasi dan Keamanan Nasional di Jepang mengestimasi bahwa warga asing di negara tersebut akan mencapai 10 persen populasi pada 2070 mendatang.

Anak usia 14 tahun ke bawah di Jepang sejumlah 11,82 persen dari populasi Jepang. Angka itu turun 0,18 persen poin dari tahun sebelumnya. Sebaliknya, populasi usia 65 tahun ke atas naik 0,15 persen poin menjadi 29,15 persen. Populasi usia kerja di Jepang masih menjadi yang dominan. Mereka yang berusia 15 dan 64 tahun naik 0,03 persen poin menjadi 59,03 persen.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.