Sukses

Korea Utara Kembali Buka Perbatasan Internasional, Pelancong Wajib Karantina 1 Minggu

Korea Utara masih mewajibkan karantina untuk pelancong dari luar negeri untuk menyesuaikan dengan situasi pandemi Covid-19. Mereka mengumumkan pembukaan kembali perbatasan internasionalnya sejak ditutup akibat pandemi pada 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara mengumumkan pembukaan kembali perbatasan internasionalnya sejak ditutup akibat pandemi Covid-19 pada 2020. Kebijakan itu terutama untuk memfasilitas warga negaranya yang tinggal di luar negeri untuk pulang kampung.

Negara tetangga Korea Selatan itu memutuskan untuk 'menyesuaikan tingkat anti-epidemi dengan merujuk pada situasi pandemi di dunia yang melandai', menurut Markas Besar Pencegahan Epidemi Darurat Nasional. Namun, pelonggaran itu diikuti syarat bahwa mereka yang masuk ke Korea Utara wajib melaksanakan karantina satu minggu.

"Mereka yang kembali akan ditempatkan di bawah pengawasan medis yang tepat di bangsal karantina selama seminggu," kata otoritas Korea Utara itu, mengutip CNN, Senin (28/8/2023).

Pengumuman tersebut disampaikan oleh media pemerintah KCNA pada Minggu, 27 Agustus 2023. Pengumuman itu datang beberapa bulan setelah mayoritas negara di Asia telah melonggarkan pembatasan akibat situasi pandemi Covid-19

Penerbangan internasional sebenarnya sudah mulai beroperasi setelah maskapai penerbangan Air Koryo terbang dari Pyongyang dan tiba di Beijing pada Selasa, 22 Agustus 2023. Itu merupakan penerbangan internasional pertama sejak Januari 2020. 

Rute penerbangan antara Korea Utara dan Rusia juga akan dilanjutkan pada bulan ini dengan empat penerbangan antara Pyongyang dan Vladivostok. Dalam seminggu terakhir ini, sekitar seratus atlet Taekwondo Korea Utara tiba di ibu kota Kazakhstan, Astana.

Mereka akan berkompetisi dalam Kejuaraan Dunia Federasi Taekwon-Do Internasional (ITF) ke-22. Itu diyakini sebagai perjalanan luar negeri pertama yang dilakukan oleh tim cabang olahraga Korea Utara sejak pembatasan diberlakukan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Agenda Penerbangan Berdasarkan Musim

Otoritas penerbangan sipil China telah memberikan persetujuan kepada Air Koryo untuk terbang dengan rute Pyongyang dan Beijing pada Selasa, Kamis, dan Sabtu, dari 26 Maret-28 Oktober 2023. Hal tersebut disampaikan otoritas kepada Reuters, demikian dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 23 Agustus 2023.

Regulator memberikan persetujuan penerbangan berdasarkan musim. Sebelum pandemi COVID-19, biasanya ada sekitar 3--5 penerbangan Air Koryo antara Beijing dan Pyongyang selama sepekan tergantung musim dan permintaan, serta penerbangan ke Shanghai dan Shenyang, demikian disampaikan General Manager Koryo Tour, Simon Cockerell.

Penerbangan Air Koryo dari Pyongyang, Korea Utara, mendarat di Beijing pada Selasa pagi, pekan lalu, untuk pertama kalinya sejak lockdown untuk mencegah penyebaran COVID-19. Belum jelas siapa yang berada di dalam pesawat itu, tetapi perusahaan tur Barat yang beroperasi di Korea Utara mengatakan, tampaknya penerbangan itu merupakan penerbangan khusus yang akan membawa pulang warga Korea Utara yang terjebak di China selama bertahun-tahun sejak pandemi.

Lalu lintas kereta kargo dan kapal perlahan meningkat selama setahun terakhir, tetapi Korea Utara baru saja mulai mengizinkan beberapa perjalanan penumpang internasional. Sementara itu, maskapai China Air China yang juga pernah terbang antara dua kota itu belum mengajukan permohonan untuk melanjutkan rute penerbangan China-Korea Utara.

3 dari 4 halaman

Penerbangan Pertama Sejak Pandemi

Dikutip dari BBC, menurut Flightradar24, penerbangan JS151 diterbangkan dengan pesawat Tupolev Tu-204 yang mampu mengangkut hingga 210 penumpang. Tidak jelas berapa banyak penumpang di dalam penerbangan pulang, JS152, yang dijadwalkan berangkat ke Pyongyang dari ibu kota China pada pukul 13.05 waktu setempat.

Namun, Kyodo News melaporkan bahwa konter check-in maskapai Korea Utara tersebut di bandara Beijing dipenuhi penumpang yang mengenakan pin bendera Korea Utara di dada. Mereka juga tampak mendorong troli penuh koper.

Air Koryo menjadi satu-satunya maskapai komersial di Korea Utara. Rute penerbangan internasional yang dibuka hanya menuju China dan Rusia. Maskapai ini setiap harinya hanya melayani kurang dari 10 penerbangan reguler, baik domestik maupun international.

Dilansir dari laman dari Business Insider, Air Koryo merupakan perusahaan milik negara atau BUMN yang didirikan di era Kepemimpinan Kim Jong Il atau ayah dari Kim Jong Un. Air Koryo yang didirikan pada 1955 saat itu menjadi satu maskapai dari Korea Utara yang cukup dipandang oleh dunia luar. Namun saat ini, kondisinya sudah jauh berbeda.

4 dari 4 halaman

Dipiloti Personel Militer

Mengutip dari simpleflying.com, Andrei Lankov dari DMZ menyebutkan, Air Koryo berada di bawah Biro Perhubungan Udara yang menjadi milik KPA Air Force. Karena itu, semua pilot adalah perwira angkatan udara yang bertugas aktif. "Dan jika terjadi terjadi perang, armada kecilnya dapat dialihkan untuk militer dalam sekejap," tulis Andrei.

Pada 1958, rute udara pertama hubungkan Pyongyang dengan dua kota besar di negara itu, antara lain Hamhung dan Chongjin. Namun, layanan domestik pertama ini jauh dari kesuksesan instan.

"Pembatasan perjalanan domestik dikombinasikan dengan pendapatan rendah mencegah warga Korea Utara untuk sering menggunakan penerbangan domestik, sehingga layanan tersebu dikurangi dan akhirnya dihentikan. Maskapai Korea Selatan, KNA juga kebetulan mengalami masalah yang sangat mirip di akhir 1950-an," ujar Andrei.

Air Koryo memiliki total kapasitas 1.228 kursi dengan usia armada rata-rata 31,6 tahun. Salah satu armada tertua di fasilitas tersebut adalah II-18D Uni Soviet yang berusia 53 tahun dengan nomor registrasi P-835. Pesawat dihancurkan pada Februari 1969 sebelum bergabung dengan Chosonminghang atau Air Koryo sebulan kemudian.

Armada tertua kedua adalah Tu-154B berusia 46 tahun dengan registrasi P-552. Pesawat ini bergabung dengan Air Koryo pada Mei 1976 dan diikuti oleh P-561 pada Mei 1984.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.