Sukses

Wisata Berpemandu vs Mandiri yang Menantang Risiko Bagi Pendaki Gunung

Wisata berpemandu menggunakan jasa tur atau pemandu wisata di tengah kemajuan informasi yang mudah didapat melalui internet sering kali diremehkan, lantaran seseorang merasa kini sudah bisa melakukan aktivitas berwisata seperti naik gunung secara mandiri.

Liputan6.com, Jakarta - Wisata berpemandu menggunakan jasa tur atau pemandu wisata di era kemajuan informasi yang mudah didapat melalui internet sering kali diremehkan. Hal ini lantaran seseorang merasa sudah bisa melakukan aktivitas berwisata seperti naik gunung secara mandiri.

Namun sebenarnya berwisata akan lebih terasa nyaman dan aman jika didampingi oleh pemandu yang memberikan banyak pengetahuan baru tentang sebuah destinasi wisata. Terutama untuk wisata ke gunung atau melakukan pendakian ke gunung yang memerlukan pengalaman dan persiapan, karena terkait dengan risiko yang mungkin akan dihadapi oleh wisatawan.

"Tugas pemandu gunung sebagai pendamping perjalanan yang mengetahui kondisi alam, juga akan memberikan cerita interpretasi, lingkungan sosial masyarakat setempat, dan perannya untuk menjaga kelestarian lingkungan selama perjalanan," ungkap Ketua Umum Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), Rahman Mukhlis, saat wawancara melalui sambungan telepon dengan Liputan6.com, Kamis, 23 Agustus 2023.

Ia menyabung bahwa wisata mandiri boleh-boleh saja, tapi tetap harus memerhatikan aspek keamanannya. "Di kelompoknya minimal ada orang yang berpengalaman. Pernah gabung Mapala yang biasanya sudah dibekali pendidikan dasar pendakian," sambung Rahman.

Menjelajahi sebuah gunung, menurutnya memiliki bahaya yang besar, terlebih jika belum pernah datang ke gunung tersebut sebelumnya. Hal ini menuntut pengalaman, keilmuan, dan pengenalan terhadap kondisi lapangan yang dimiliki oleh seorang pemandu gunung. 

Selain itu biasanya saat menggunakan jasa pemandu gunung, sebelum pendakian ke sebuah gunung yang terbilang sulit akan ada persiapan. Peserta diminta untuk mempersiapkan kelengkapan alat-alat untuk keamanan, baju dan sepatu yang aman dipakai, bahkan latihan fisik agar tidak kaget selama pendakian. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Selektif Memilih Jasa Pemandu

Namun tak asal menggunakan jasa pemandu saja, Rahman menyarankan agar tetap selektif saat memilih pemandu gunung. Seperti pemandu gunung yang memiliki sertifikat, menurutnya sering dipakai oleh organisasi dan perusahaan untuk kelas private trip.

Rahmat menambahkan, pemandu gunung yang sudah punya sertifikat setidaknya memiliki 20 kompetensi yang harus dikuasai. Harga untuk pemandu gunung pun bervariasi, sekitar Rp500 ribu per hari bahkan ada yang Rp1 juta per hari dan tentu akan berbeda bagi turis asing ada yang menetapkan hingga 100 dolar AS per harinya. 

"Fasilitas dan pelayanannya profesional, secara harga juga lebih tinggi," katanya lagi. 

Tugas pemandu gunung juga bukan hanya memandu, melainkan sebagai pemimpin perjalanan yang memanajemen perjalanan, mengurus perizinan pendakian, perlengkapan, hingga pembekalan sehingga perjalanan pendakian aman dan nyaman. Lebih jauh, mencari operator atau biro perjalanan yang terpercaya sangat penting, agar terhindar dari penipuan.

Kemudian cek kembali fasilitas apa saja yang akan didapatkan dengan harga yang tertera, jangan terpancing dengan iming-iming biaya yang lebih murah karena bisa jadi fasilitasnya berbeda. Rahman menambahkan pendakian gunung di Indonesia yang biasanya memerlukan pemandu profesional adalah gunung yang terbilang sulit, seperti Gunung Rinjani, Gunung Kerinci, Gunung Raung dan beberapa gunung lain. 

3 dari 4 halaman

Pengalaman Memakai Pemandu

Pemandu bukan sekadar menunjukkan jalan atau rute bagi pendaki untuk mencapai sebuah gunung. Hal ini diungkapkan Andika Pradipta, salah seorang pendaki yang pernah mencapai beberapa gunung favorit di Indonesia seperti Gunung Rinjani dan Gunung Semeru. 

Namun selain itu ada gunung yang terbilang sulit seperti Gunung Binaia berlokasi di Pulau Seram, Maluku harus dijelajahi dengan bantuan pemandu. "Binaia itu bukan gunung favorit, tapi karena termasuk 7 Summit Indonesia jadi target para pendaki," ungkap Andika melalui wawancara sambungan telepon dengan Liputan6.com, Sabtu, 26 Agustus 2023. 

Menurutnya sangat jarang orang pergi ke Gunung Binaia, sehingga hampir tak berpapasan dengan pendaki lain saat naik maupun turun. Gunung Binaia juga memiliki jalur yang sulit dikenali selain oleh penduduk setempat. "Kalau tanpa pemandu, mungkin nggak akan sampai ke sana," sambung Andika lagi.

Bukan hanya jalur yang sulit dikenali, rute di Gunung Binaia juga sering mengalami kondisi tidak umum seperti hujan. Hal inilah yang membuat risiko untuk mencapai Gunung Binaia cukup besar sehingga harus menggunakan pemandu. "Waktu itu pendakian dihajar hujan terus walau pakai rain coat tetap terasa lembab dan kedinginan," kenangnya. 

Selain itu Andika juga bercerita peristiwa unik saat mendaki Gunung Binaia, di mana ia menjalani suatu upacara adat dan diminta membeli ayam hitam untuk upacara tersebut. Ia dan tim harus menghadap kepala adat, melakukan ritual agar mereka selamat saat mendaki gunung. 

4 dari 4 halaman

Berani Tanpa Pemandu di Pendakian Ketiga

Saat ditanya apakah pernah pergi menjelajahi gunung tanpa pemandu, Andika mengungkap pernah melakukannya ketika sudah beberapa kali ke gunung tersebut. Salah satunya Gunung Rinjani di pendakian ketiga, tanpa menggunakan pemandu. 

"Faktor utama pendaki nggak pakai pemandu itu bujetnya lumayan," tambahnya.

Terlebih Gunung Rinjani memiliki tarif bayaran pemandu yang termasuk paling mahal dibandingkan dengan gunung lainnya di Indonesia. "Kadang ada juga porter yang bisa jadi pemandu," tambahnya.

Jadi ada pula pendaki yang hanya menyewa porter untuk membawa barang, sekaligus bertugas untuk menunjukkan rute agar tidak tersesat. Namun sebenarnya menurut dia, menggunakan jasa pemandu dan porter selama pendakian juga dimaksudkan untuk memakai aset lokal untuk menghargai penduduk setempat dan agar ekonomi masyarakat bisa berputar. 

"Kalau ke Rinjani waktu itu ngerasa pede tanpa pemandu, karena tahu iklim, medannya udah familiar juga karena kampung istri alhamdulilah," jelasnya lagi. 

Sehingga memang sah saja menjelajahi gunung tanpa pemandu, dengan catatan sudah mengenal medannya. Setidaknya juga pernah ke gunung tersebut beberapa kali dan mengetahui rute serta kondisi alamnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini