Sukses

Tekan Sampah Plastik dengan Kesadaran Kolektif dan Sistem Guna Ulang

Masalah sampah plastik masih belum berhasil diatasi secara tuntas. Pawai Bebas Plastik 2023 akan menuntut pemerintah terkait permasalahan sampah dan menyadarkan masyarakat untuk menerapkan gaya hidup guna ulang.

Liputan6.com, Jakarta - 2023 menandai lima tahun penyelenggaraan kampanye #PlasticFreeJuly atau Bulan Juli Tanpa Plastik oleh berbagai organisasi dan komunitas di Indonesia melalui inisiatif kolektif yang dikenal sebagai Pawai Bebas Plastik. Gerakan bersama ini bertujuan menciptakan masa depan tanpa plastik melalui serangkaian upaya sistematis.

Praktiknya mulai dari implementasi kebijakan yang membatasi produksi plastik, pelarangan penggunaan plastik sekali pakai, perluasan tanggung jawab produsen, hingga transisi menuju ekonomi sirkular. Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak upaya dari masyarakat untuk menerapkan gaya hidup yang menghasilkan sedikit sampah.

Ini termasuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, melakukan pemisahan sampah di rumah, serta berpartisipasi dalam kegiatan pembersihan sampah plastik di sungai, pantai, dan laut. Meski demikian, berbagai upaya tersebut masih belum mampu mengatasi masalah polusi plastik secara tuntas.

Masalah pencemaran plastik di lingkungan dan penutupan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) akibat overkapasitas, terutama oleh sampah plastik, masih belum berhasil diatasi. Muharram Atha Rasyadi, seorang Kampanyer Isu Urban di Greenpeace Indonesia, menyatakan bahwa hampir setengah dari produk-produk di industri, seperti otomotif dan teknologi menggunakan plastik sekali pakai yang hanya digunakan dalam jangka waktu sangat singkat, sekitar 5 sampai 10 menit, sebelum akhirnya dibuang.

"Masalah utamanya adalah plastik sekali pakai ini, karena membutuhkan sumber daya dan energi yang intensif untuk membuatnya. Tempat di mana plastik ini diproduksi dan didistribusikan juga ikut berkontribusi dalam menambah jumlah sampah plastik sekali pakai," kata Atha saat jumpa pers di Jakarta, Kamis, 27 Juli 2023.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tidak Cukup dengan Daur Ulang

Menurut Atha, penggunaan bahan sekali pakai lain juga tidak memberi solusi. Ketika memilih menggunakan kertas, misalnya, belum ada sistem daur ulang yang efektif untuk menentukan ke mana akhir dari kertas tersebut. Akhirnya, ada emisi dan polusi yang berasal dari pembakaran sampah atau proses penguburan sampah tersebut.

"Fokus pada daur ulang itu tidak bisa jadi solusi, bahkan negara-negara maju yang secara recycling glade lebih tinggi dari Indonesia juga masih mengirimkan banyak sampah kok ke negara-negara Asia Tenggara kayak Indonesia," jelasnya. Ia mengatakan bahwa selalu akan ada jarak yang tidak bisa ditutupi antara produksi plastik dan kemampuan mendaur ulang.

"Kalau ini (produksi plastik) terus ditekan, tapi kemampuan mendaur ulangnya tidak ada, perubahan besar yang signifikan akhirnya enggak akan ketemu," pungkasnya.

Atha menambahkan, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada 2022, sampah organik di Indonesia mencakup 41 persen dan sampah plastik mencapai sekitar 18 persen. Berdasarkan metode audit merek yang dilakukan WALHI, Greenpeace Indonesia, dan relawan Pawai Bebas Plastik, produsen, seperti Unilever, Danone, Indofood, Wingsfood, serta sampah-sampah saset kopi adalah kontributor utama sampah plastik di Indonesia.

"Kami hanya bisa melihat dari apa yang kami temukan dari hasil audit. Ketika melakukan kegiatan clean-up, (sampah plastik) yang paling sering muncul adalah dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang mungkin market-nya cukup besar di Indonesia," tutur Atha.

3 dari 4 halaman

Gerakan Guna Ulang

Sejalan dengan upaya pengurangan limbah plastik, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) mempersembahkan gerakan "Guna Ulang" yang bertujuan mengurangi plastik sekali pakai dari produk sehari-hari, seperti kemasan makanan, kemasan produk rumah tangga, serta kemasan plastik dari layanan pesan-antar makanan dan minuman secara daring.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan peraturan yang melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai sejak 2020 melalui Peraturan Gubernur No. 142 tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan. Dua tahun setelah penerapannya, kesadaran masyarakat dalam mengurangi konsumsi plastik sekali pakai dinilai "semakin meningkat."

Demi mencapai target pengurangan sampah plastik sebesar 30 persen pada 2025, DKI Jakarta perlu meningkatkan upaya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai lain, bukan hanya kantong plastik.

"Setelah melakukan pelarangan, pengurangan sampah plastik sekali pakai dapat diatasi dengan menerapkan sistem guna ulang yang mudah dan terjangkau. Minimnya akses terhadap alternatif sistem guna ulang diyakini jadi salah satu hambatan terbesar untuk mengadopsi gaya hidup ini," kata Tiza Mafira, Direktur Eksekutif GIDKP.

Tiza menjelaskan perbedaan antara daur ulang dan guna ulang. Daur ulang adalah proses yang melibatkan pengubahan barang atau material bekas jadi bahan baru melalui proses kimia dan pemotongan. Dalam proses ini, produk atau material yang sudah tidak digunakan lagi diolah kembali jadi bahan mentah untuk pembuatan produk baru.

Sementara, guna ulang adalah proses di mana barang atau material yang sudah digunakan dibersihkan dan disanitasi untuk dapat digunakan kembali. Dalam proses ini, barang atau material tersebut tidak diubah bentuknya, namun hanya dibersihkan dan disterilkan sehingga dapat digunakan kembali.

4 dari 4 halaman

Pawai Bebas Plastik 2023

Lebih lanjut, Tiza menyampaikan, untuk menerapkan konsep guna ulang, kita memerlukan infrastruktur yang mendukung. Fasilitas keran air minum yang saat ini hanya tersedia di Bandara Soekarno-Hatta, misalnya, seharusnya juga bisa diimplementasikan di tempat-tempat umum lain, seperti terminal dan stasiun. Ini akan membantu masyarakat membawa botol minum sendiri dan mengisi ulang air minum mereka, sehingga mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai.

Selain itu, belum ada kota di Indonesia yang ideal dalam menangani sampah. Dengan demikian, setiap individu harus berkontribusi dalam upaya bebas plastik. Ini bisa dilakukan dengan cara sederhana, seperti membawa tas belanja sendiri ketika berbelanja, menggunakan botol minum ulang, dan mengurangi konsumsi produk dengan kemasan plastik sekali pakai.

"Dengan berpartisipasi secara kolektif, kita bisa membuat perubahan yang signifikan dalam upaya bebas plastik," ungkap Tiza.

Sementara itu, berbagai inisiator dan kolaborator peduli lingkungan akan menyelenggarakan Pawai Bebas Plastik 2023 pada Minggu, 30 Juli 2023 dari MRT Bendungan Hilir menuju Car Free Day Jakarta sejak pukul 7.00 WIB. Ada tiga tuntutan yang didesakkan. Pertama, mendorong pemerintah melarang penggunaan plastik sekali pakai dan mendorong praktik guna ulang sebagai solusi.

Tuntutan yang kedua adalah mendorong pemerintah memperbaiki sistem tata kelola sampah. Kemudian tuntutan yang terakhir, mendorong produsen dan pelaku usaha bertanggung jawab atas sampah pascakonsumsi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini