Sukses

Luncurkan Compost Day, KLHK Targetkan 10 Juta Ton Sampah Organik Tidak Dibuang ke TPA

Sampah organik yang tidak dibawa ke TPA bisa menurunkan emisi gas rumah kaca.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggelar “Gerakan Nasional Compost Day, Kompos Satu Negeri”. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2023 yang mengambil tema “Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat”.

Melalui gerakan tersebut, KLHK mengajak masyarakat membuat pupuk kompos secara mandiri demi mengurangi timbulan sampah organik yang menumpuk di tempat pembuangan akhir atau TPA. Kegiatan itu dipusatkan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu, 26 Februari 2023 dengan menghadirkan stan kompos serta demo kompos.

"Melalui momentum Hari Peduli Sampah Nasional 2023, saya ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk melakukan kegiatan pengomposan yang dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia,” ucap Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar saat menyampaikan sambutan pada Hari Kompos di Lapangan Banteng.

“Kegiatan ini bertujuan untuk mengubah mindset kita dalam mengelola sampah khususnya sampah organik yang berasal dari sisa makanan," lanjutnya.

Menurut Menteri Siti, jika seluruh masyarakat Indonesia mampu melakukan pengomposan sampah organik sisa makanan setiap tahun secara mandiri di rumah, maka kira-kira ada 10,92 juta ton sampah organik tidak dibawa ke TPA. Hal itu juga bisa menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 6,8 juta ton setara karbondioksida.

Kurang lebih 38,28 persen dari sampah tersebut bersumber dari rumah tangga. Selain itu, sampah organik juga merupakan kontributor terbesar dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca jika tidak terkelola dengan baik. Berdasarkan data KLHK Tahun 2022 juga bahwa sebanyak 65,83 persen sampah di Indonesia masih diangkut dan dibuang ke landfill atau TPA.

"Saya berharap momentum ini dapat menjadi koridor bagi kita semua untuk membangun gerakan kerja bersama dan kolaborasi dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah yang lebih baik," jelas Siti Nurbaya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pilah Sampah Secara Mandiri

Siti Nurbaya mengajak masyarakat dan semua pemangku kepentingan untuk meneguhkan tekad dalam menuntaskan permasalahan sampah di Indonesia secara sistematis dengan didasarkan pada peraturan perundangan serta kerja yang sistematis, kontinyu, dan konsisten.

Sasaran dari penuntasan sampah adalah meningkat kesejahteraan masyarakat dengan memperoleh lingkungan yang berkualitas baik, bersih, dan sehat, serta memperoleh manfaat kesempatan nilai ekonomi.

"Kegiatan itu diharapkan dapat menjadi momentum yang baik untuk pengolahan sampah organik yang lebih masif dalam rangka menuntaskan masalah sampah di Indonesia dengan partisipasi aktif masyarakat sejak dari sumber," ujar Siti. Ia juga berharap seluruh masyarakat Indonesia dapat memilah dan mengolah sampah organik yang berasal dari rumah tangga secara mandiri.

Menteri Siti Nurbaya menambahkan, kegiatan pembuatan kompos dengan memanfaatkan sampah organik saat ini telah menjadi sebuah paradigma baru dalam penanganan sampah di Indonesia. "Membuat kompos dari sampah organik merupakan salah satu aktualisasi paradigma baru dalam pendekatan penanganan sampah, yaitu membuat sampah menjadi berkah," terangnya.

Menteri Siti menyampaikan bahwa kegiatan mengolah sampah organik menjadi kompos bisa menjadikan sampah sebagai bahan bernilai ekonomi, baik itu secara langsung maupun tidak langsung atau dapat disebut sebagai bagian dari pendekatan ekonomi sirkular.

 

3 dari 4 halaman

Peran Penting Sampah Organik

Ekonomi sirkular tersebut bukan hanya meliputi konteks pengelolaan sampah saja, melainkan juga konteks efisiensi sumber daya dan perhatian terhadap rantai nilai.  Sementara, volume sampah organik yang sangat banyak itu telah menimbulkan masalah bagi Indonesia mulai dari lingkungan, kesehatan, hingga berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Sampah organik yang menumpuk bisa menghasilkan gas metana yang memiliki efek lebih besar terhadap kerusakan lapisan ozon dibandingkan karbon dioksida  Oleh karena itu, aktivitas membuat kompos dengan memanfaatkan sampah organik punya peran yang strategis dalam memitigasi perubahan iklim.

"Penimbunan sampah di TPA terutama jika dikelola secara open dumping dapat menimbulkan permasalahan lingkungan, kesehatan, dan memberi kontribusi besar dalam emisi gas rumah kaca yang dapat memberikan efek global perubahan iklim," kata Siti.

Langkah paling sederhana mengolah sampah organik menjadi kompos adalah menempatkan sisa-sisa makanan langsung ke dalam lubang-lubang biopori dan membiarkan mikroorganisme tanah yang bekerja melakukan proses pelapukan serta pembusukan secara alamiah.

Selain itu, kompos juga bisa dibuat dengan menempatkan sampah organik ke dalam tong komposter dan menyiramnya dengan cairan EM4 untuk mempercepat proses pembuatan kompos.

 

4 dari 4 halaman

Bantu Masyarakat Memilah Sampah

Dalam praktiknya, membuat pupuk kompos sangat penting karena kompos dapat menyuburkan tanah, menambah kandungan organic matter pada tanah soil serta akan meningkatkan water holding capacity butir-butir tanah yang berguna bagi kesuburan tanah melalui perbaikan tekstur dan struktur tanah.

Kandungan humus menandakan tanah yang sangat subur karena terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat, sebagai sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh orgnasime dalam tanah, stabil dan berwarna cokelat kehitaman.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan pemerintah pusat siap membantu masyarakat untuk memilah sampah. Caranya, dengan melakukan pembuatan kompos dengan menyalurkan bantuan alat-alat, seperti biopori atau komposter kepada pemerintah daerah.

Ia mengatkan, gerakan membuat kompos tidak boleh berhenti dan harus terus berlanjut di Indonesia, termasuk dukungan pendanaan dari Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH). "Kalau kita bisa bergerak semua, maka kita bisa selesai dengan sampah organik," kata Vivien.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.