Sukses

Cerita Akhir Pekan: Standardisasi Promotor Musik

Semarak sebuah perhelatan konser tentu tidak lepas dari gagasan awal dan kerja keras penyelenggara, yakni promotor musik dan tim.

Liputan6.com, Jakarta - Semarak sebuah perhelatan konser tentu tidak lepas dari gagasan awal dan kerja keras penyelenggara, yakni promotor musik dan tim. Lantas, untuk menyandang status sebagai promotor, apa saja standardisasi yang harus dipenuhi?

Chairman Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) Dino Hamid menjelaskan, menurut sudut pandang dari asosiasi, setidaknya ada tiga "K" sebagai pedoman bagi promotor musik. Mereka harus berbekal kualifikasi, kapabilitas, dan kualitas.

"Kualifikasi itu dasarnya legal aspect sama konteks perusahaannya. Promotor itu harus punya perusahaan karena kan bedanya promotor dengan EO (event organizer), promotor itu business owner, dia harus punya perusahaan," kata Dino Hamid saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 21 Februari 2023.

Selanjutnya kapabilitas, dikatakan Dino terkait rekam jejak yang telah dilakukan promotor selama ini. Terakhir, kualitas adalah mengenai konten yang dihasilkan promotor musik.

"Tiga "K" itu menjadi mandatory atau pilar kami di asosiasi kalau bicara promotor," jelasnya.

Dino mengungkapkan, berasal dari kata promote atau mempromosikan, promotor sejarahnya memang untuk mempromosikan artis dalam bentuk pertunjukan atau konser. Namun karena perkembangan saat ini, ada peran lain yang dijalankan oleh promotor.

"Tidak hanya mempromosikan artis, tapi juga menciptakan sebuah untuk event pertunjukan, buat sebuah festival. Masuk ke bisnis promotor intinya promotor menjual konten ke masyarakat. Jadi, makanya bisnis kita itu B2C beda sama EO itu B2B, kita menjual tiket, konten, dan experience ke penonton," terangnya.

Dino mengungkapkan bahwa promotor musik harus mempersiapkan banyak hal sebelum menggelar konser. Bicara dari sisi business owner, sudut pandang bisnis sudah semestinya benar-benar dikalkulasi secara matang perhitungan feasibility study (studi kelayakan) atau PnL (profit and loss).

"Karena banyak juga orang melihat kayaknya enak jadi promotor, banyak juga yang akhirnya rugi atau gulung tikar karena mereka tidak benar-benar matang dalam hal persiapan dalam konteks perhitungan bisnis. Main asal buat dan ikut-ikutan saja, padahal promotor itu risiko sangat tinggi, high risk high return karena saat kita menjual konten itu tidak laku di market, sudah pasti buntung," tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Risiko hingga Transformasi

Ketika promotor berhasil menjual konten, disebut Dino, dan sponsor sebagai medium potensial berpromosi secara bisnis akan bagus. Sedangkan dalam menggelar konser, ada beberapa risiko yang dihadapi oleh promotor.

"Risiko bisnis pasti buntung, kalau risiko secara konten kalau kita hire international act karena cancel atau gagal itu bisa jadi rugi, padahal bukan salah di kita karena artisnya memang sakit atau apapun. Termasuk kondisi Covid yang tidak memungkinkan kita membuat event," tuturnya.

Ia menerangkan, bahwa promotor musik itu harus memiliki kreativitas dan modal. Mereka juga harus siap dalam konteks perhitungan feasibility study dan PnL.

Selain itu, Dino juga melihat adanya transformasi promotor musik yang sebelum pandemi Covid-19 disebutnya kualitatif dan masih tidak sebanyak saat ini. Sedangkan sekarang, setiap minggu ada festival beraneka ragam yang lebih kurang dengan artis yang hampir sama.

"Tapi sebuah kondisi di saat pandemi sudah endemi, kita lihat ada market growth yang luar biasa besar, yaitu Gen Z, 2--3 tahun lalu umur 14--15 tahun belum boleh keluar rumah, sekarang pertama kali merasakan social culture, datang ke festival konser, ketemu teman-teman, lihat artisnya itu market tidak diduga besarnya luar biasa," kata Dino.

3 dari 4 halaman

Persiapan Matang

Kesiapan ini dimiliki guna menekan hal-hal yang tak diinginkan terjadi. Termasuk kasus kelebihan kapasitas di venue dalam sebuah penyelenggaraan festival musik.

"Pemahaman mempelajari konteks bisnis secara detail, jadi ada kasus kemarin berarti pemahaman dia akan sebuah project tidak terlalu paham. Dia tahu kapasitas 10 ribu tapi dijualnya puluhan ribu, tidak paham secara konteks membuat event yang proper, aman, nyaman, (mereka) tidak paham itu. (Mereka) harus paham karena pertanggungjawaban bisnis maupun ke publik itu yang akan terlihat nantinya kalau dia bagus, perform ok, audiens happy, sponsor senang secara bisnis akan baik," terangnya.

Sementara, APMI dengan tangan terbuka untuk menerima para promotor musik. Namun, promotor musik dapat bergabung di APMI dengan memenuhi beberapa syarat.

"Mereka core bisnisnya adalah promotor karena secara kasat mata antara promotor dan EO terlihat secara technical more less sama tapi sebenarnya core bisnis berbeda sekali, kita secara business owner atau B2C, paling tidak dua tahun berpengalaman di industri membuat event, minimum di 2.000 penonton, punya sebuah festival atau pernah mendatangkan international act," kata Dino.

Di asosiasi, pihaknya menjalankan beragam hal, seperti saat pandemi bersama stakeholder merumuskan event bisa adaptif. "Kasus overcapacity kita langsung bicara dengan stakeholder, kepolisian, Kememparekraf, bahwa ini ke depan harus dirapikan promotor-promotor Indonesia secara tiga "K"," katanya.

"Termasuk propose pengurusan izin digital satu pintu banyak manfaat anggota maupun kebijakan yang dihasilkan dengan adanya asosiasi," tutup Dino Hamid.

4 dari 4 halaman

Pestapora

Direktur Boss Creator selaku penyelenggara Pestapora Rizky Aulia atau akrab disapa Kiki Ucup menyebut bahwa promotor musik harus dibarengi denga ide dan rencana yang detail, mulai dari masalah keluar masuk uang, promosi, artis yang tampil, tim, hingga vendor.

"Ide itu festival musik ini mau dibikin seperti apa, apa yang membedakan dengan yang lainnya, speciality ada di mana, karakteristiknya, identitasnya," kata Ucup saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 20 Februari 2023.

Hal terpenting dilakukan pihaknya sebelum festival berlangsung adalah mempersiapkan timeline untuk waktu promosi, pengumuman ke publik, tanggal untuk menjual tiket, final sponsor, sampai technical meeting.

"Yang bikin deg-degan bukan di pelaksanaan acara, tapi saat create bikin apa lagi tahun ini, memprediksi minat orang," ungkapnya.

Ucup menjelaskan bahwa masalah saat pelaksanaan festival lebih kepada masalah teknis dan crowd control yang bisa diprediksi sebelum hari H. Ia juga menyebut soal penentuan venue dan kapasitas penonton.

"Balik lagi ide awalnya mau bikin festival seperti apa, target berapa. Dari situ akan ketahuan siapa yang bisa mendatangkan 20 ribu orang dan venue-nya ada di mana. Memecah crowd sebisa mungkin 20 ribu crowd yang ditargetkan enggak berada di satu tempat di waktu yang sama," tambahnya.

Mengenai aspek keselamatan dan keamanan, Ucup menyebut selain crowd control, pihaknya juga menghadirkan security swasta untuk menjaga keamanan di venue festival.

"Treatment-nya security swasta sama prediksi crowd flow, orang akan gimana dan bikin orang nyaman," kata Ucup.

Sedangkan untuk penentuan artis yang tampil, Ucup menyebut bahwa kebijakan setiap promotor berbeda-beda. "Berdasarkan festival musiknya mau dibawa ke mana identitasnya, karakteristik yang membedakan dengan lainnya apa," lanjutnya.

Sementara, Pestapora tahun ini akan digelar pada 22--24 September 2023. "Persiapan bisa dibilang sudah 60 persen," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.