Sukses

WHO Terbitkan Peringatan atas Obat Batuk Produksi India, Diduga Sebabkan Kematian Anak di Gambia

Ada empat produk obat batuk dari India yang diberi tanda peringatan khusus oleh WHO.

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan peringatan global terhadap empat sirup obat batuk yang disinyalir terkait dengan kematian 66 anak di Gambia. WHO menyebut sirup itu berpotensi 'menyebabkan sakit ginjal akut dan 66 kematian pada anak'.

Produk-produk itu dibuat oleh perusahaan India, Maiden Pharmaceuticals. Menurut WHO, mereka gagal menyediakan jaminan tentang keamanan produk mereka.

Sementara itu, perusahaan belum berkomentar, dikutip dari BBC, Senin (10/10/2022). Sementara, pejabat India menyatakan bahwa mereka sudah meminta WHO untuk membagikan bukti keterkaitan antara obat batuk itu dengan sejumlah kematian anak.

WHO mengidentifikasi keempat obat batuk dimaksud adalah Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup. Keempat produk telah diidentifikasi tersedia di Gambia, tetapi 'bisa saja didistribusikan melalui pasar informal ke negara atau kawasan lain'," kata WHO sebagaimana tercantum dalam peringatan yang dipublikasikan di laman resmi mereka.

Badan PBB itu juga memperingatkan penggunaan obat tersebut bisa menyebabkan penyakit serius maupun kematian, terutama di antara anak-anak. Intervensi WHO datang setelah otoritas kesehatan Gambia yang merupakan salah satu destinasi wisata populer, mendeteksi peningkatan kasus penyakit ginjal akun di antara anak-anak balita pada akhir Juli 2022.

Sejak itu, pemerintah Gambia menyetop penggunaan semua sirup parasetamol dan menggantinya dengan tablet. Direktur Layanan Kesehatan Gambia, Mustapha Bittay mengatakan kepada BBC's Focus dalam program Afrika, bahwa angka kematian telah menurun sejak pelarangan tersebut, tapi dua kasus tambahan tercatat dalam dua minggu terakhir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Laboratorium Tak Mampu

Bittay mengatakan bahwa Gambia saat ini belum memiliki laboratorium yang mampu menguji apakah obat-obatan aman digunakan. Karena itu, mereka mengirimkannya ke luar negeri untuk diuji. Dia juga menambahkan bahwa Gambia sedang berdiskusi dengan Bank Dunia untuk bisa mendanai pengadaan laboratorium pengujian mutu.

Sementara, WHO menyebut laboratorium yang menganalisis sejumlah sampel produk 'mengonfirmasi bahwa obat batuk itu mengandung kontaminan dietilen glikol dan etilen glikol dalam jumlah yang tidak bisa diterima'. Senyawa itu beracun dan efeknya meliputi 'sakit perut, muntal, diare, tidak mampu kencing, sakit kepala, perubahan kondisi mental, hingga cedera ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian'.

Bittay juga menyatakan sampel itu mendeteksi E.coli, bakteri penyebab diare dan muntah-muntah. Pejabat kesehatan Gambia mengatakan pada bulan lalu, puluhan anak meninggal dunia, tanpa menyebut angka pasti.

Merespons kematian tersebut, Kepala WHO Tedros Ghebreyesus mengatakan di Jenewa, Rabu pekan lalu, "Kehilangan nyawa anak-anak muda ini jelas sangat menyedihkan bagi keluarga mereka."

3 dari 4 halaman

Kemungkinan Terdistribusi Global

Sementara itu, kantor berita AFP menyebut WHO mengatakan bahwa Organisasi Pengawasan Standar Obat Pusat India mengindikasikan bahwa produsen mungkin hanya memasok obat-obatan yang terkontaminasi ke Gambia, mengutip email dari badan kesehatan PBB. Tetapi, produk tersebut bisa saja 'terdistribusi global' karena 'produsen mungkin telah menggunakan bahan yang terkontaminasi yang sama dalam produk lain dan mendistribusikannya secara lokal atau mengekspor', menurut laporan WHO.

Dikutip dari kanal Health Liputan6.com, ada dua jenis batuk berdasarkan kategori. Pertama adalah batuk jangka pendek yang disebabkan oleh infeksi seperti flu, durasinya sekitar tiga minggu. Kedua adalah batuk jangka panjang tergolong kronis karena durasinya berlangsung hingga delapan minggu. Penyebabnya beragam, mulai dari asam lambung atau GERD, asma, hingga kebiasaan merokok. 

Selain dari durasinya, batuk juga terbagi menjadi beberapa lima jenis berdasarkan kategorinya. Namun yang paling sering dialami banyak orang adalah batuk berdahak dan batuk kering. Penyebab batuk berdahak terjadi ketika cairan di saluran napas memicu refleks batuk. Biasanya penyebab batuk berdahak menandakan ada cairan di saluran pernapasan.

4 dari 4 halaman

Batuk Kering

Ada pula batuk kering yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat seperti asap rokok, debu, polusi, jamur, bahan-bahan kimia, dan serbuk sari. Beberapa orang juga akan lebih sensitif terhadap udara kering atau dingin. Infeksi saluran pernapasan atas juga bisa menjadi penyebab batuk kering berkepanjangan. Infeksi ini akan disertai pilek dan flu. 

Batuk kering umumnya memiliki durasi yang panjang dan penyebab lainnya adalah GERD. Ini merupakan gangguan pada sistem pencernaan yang disebabkan karena naiknya asam lambung ke kerongkongan hingga mengiritasinya, sehingga menjadi penyebab batuk kering berkepanjangan. 

Gejala dari batuk ini akan disertai mual dan muntah. Kamu sebagai penderita juga akan mengalami sakit tenggorokan, sensasi panas di dada hingga bau mulut yang tidak sedap. Beberapa kasus juga akan menyebabkan penderita sulit menelan.

Menurut FDA, batuk adalah gejala flu normal dan membantu tubuh membersihkan lendir dari jalur udara dan melindungi paru-paru. Karena itu, anak tidak perlu langsung diberi obat. Penyembuhan tanpa obat bisa dilakukan dengan memberikan cairan yang banyak, terutama air hangat untuk melegakan tenggorokan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.