Sukses

WHO: Kondisi Kelaparan Saat Ini Akan Berdampak Jangka Panjang terhadap Kesehatan Warga Gaza

Analisis terbaru dari kemitraan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang dirilis pada 18 Maret 2024 memperingatkan, Jalur Gaza akan segera menghadapi bencana besar kelaparan, khususnya di bagian utara.

Liputan6.com, Jakarta - Jalur Gaza akan segera menghadapi bencana besar kelaparan, khususnya di bagian utara. Hal ini berdasarkan analisis terbaru dari kemitraan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang dirilis pada 18 Maret 2024, seperti disampaikan Direktur Jenderal Organsasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Pengumuman IPC mencerminkan situasi mengerikan yang dihadapi masyarakat Gaza,” ujar Tedros, dilansir dari laman resmi WHO, Selasa, 19 Maret 2024.

Menurutnya, sebelum krisis, sediaan makanan di Gaza cukup untuk memberi makan warga di wilayah tersebut dan kondisi kekurangan gizi jarang terjadi.

“Sebelum krisis ini, terdapat cukup makanan di Gaza untuk memberi makan penduduknya. Malnutrisi jarang terjadi. Sekarang, banyak orang yang sekarat, dan banyak lagi yang sakit. Lebih dari satu juta orang diperkirakan akan menghadapi bencana kelaparan kecuali jika tersedia lebih banyak makanan diizinkan masuk ke Gaza," tuturnya.

Diketahui, sebelum terjadi konflik dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah 0,8 persen anak-anak di bawah usia 5 tahun mengalami kekurangan gizi akut di Gaza. Lalu laporan pada 18 Maret 2024 menunjukkan bahwa angka tersebut meningkat, berkisar antara 12,4 dan 16,5 persen di wilayah utara pada Februari.

Tanpa peningkatan pengiriman makanan, air, dan pasokan penting lainnya secara signifikan dan segera, kondisi akan terus memburuk. Hampir semua rumah tangga sudah melewatkan waktu makan setiap hari dan orang dewasa mengurangi waktu makan mereka agar anak-anak dapat makan. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berdampak Jangka Panjang

WHO menegaskan, situasi kelaparan saat ini akan memiliki dampak jangka panjang terhadap kehidupan dan kesehatan ribuan orang di Gaza. Saat ini, anak-anak di wilayah tersebut sekarat akibat dampak gabungan dari kekurangan gizi dan penyakit. Malnutrisi membuat orang lebih rentan mengalami sakit parah, pemulihan yang lambat, atau bahkan meninggal ketika terinfeksi suatu penyakit.

Sementara itu, dampak jangka panjang dari malnutrisi, rendahnya konsumsi makanan kaya nutrisi, infeksi berulang, dan kurangnya layanan kebersihan dan sanitasi memperlambat pertumbuhan anak secara keseluruhan. Hal ini membahayakan kesehatan dan kesejahteraan seluruh generasi masa depan.

 

3 dari 4 halaman

Upaya Pengiriman Pasokan Obat-Obatan dan Bahan Makanan Sering Ditolak

WHO menyatakan, pihaknya telah menjalankan misi berisiko tinggi untuk mengirimkan obat-obatan, bahan bakar, dan makanan bagi petugas kesehatan dan pasien mereka, namun upaya tersebut sering kali diblokir atau ditolak. Jalan rusak dan pertempuran yang terus berlanjut, termasuk di dalam dan di dekat rumah sakit menyebabkan pengiriman bantuan menjadi sedikit dan lambat.

Menurut WHO, laporan IPC menegaskan apa yang mereka dan para mitra mereka di PBB serta organisasi non pemerintah (LSM) telah saksikan dan laporkan selama berbulan-bulan.

"Ketika misi kami mencapai rumah sakit, kami bertemu dengan petugas kesehatan yang kelelahan dan kelaparan yang meminta makanan dan air kepada kami. Kita melihat pasien-pasien yang berusaha untuk pulih dari operasi penyelamatan jiwa dan kehilangan anggota tubuh, atau menderita kanker atau diabetes, ibu-ibu yang baru saja melahirkan, atau bayi yang baru lahir, semuanya menderita kelaparan dan penyakit-penyakit yang mengintainya."

4 dari 4 halaman

Upaya WHO Bantu Atasi Anak-Anak Malnutrisi di Gaza

Saat ini WHO sebagai mitra Nutrition Cluster mendukung pusat stabilisasi nutrisi di Rafah untuk merawat anak-anak yang mengalami malnutrisi akut parah dan komplikasi medis, juga berisiko kematian tertinggi jika tidak segera ditangani.

WHO juga mendukung dua pusat tambahan yakni di Rumah Sakit Kamal Adwan di utara Gaza dan Rumah Sakit Lapangan International Medical Corps di Rafah.

WHO mendukung bangsal anak di rumah sakit Al-Aqsa dan Al-Najjar melalui penyediaan pasokan nutrisi dan obat-obatan serta pelatihan tenaga medis, dan promosi praktik pemberian makan bayi dan anak yang tepat, termasuk menyusui.

Tak hanya itu, WHO pun melatih petugas kesehatan mengenai cara mengenali dan menangani malnutrisi yang disertai komplikasi.

Meski demikian, WHO menilai pusat nutrisi dan stabilisasi lebih lanjut perlu ditambah di semua rumah sakit utama di Gaza.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini