Sukses

Anak-anak Palestina Mati Kelaparan di Jalur Gaza

UNICEF telah memperingatkan bahwa jumlah anak-anak yang mati kelaparan kemungkinan akan meningkat pesat kecuali perang Hamas Vs Israel berakhir dan hambatan terhadap bantuan kemanusiaan segera diselesaikan.

Liputan6.com, Gaza - "Bagaimana nasib anak-anak yang menderita kelaparan? Akankah seseorang menyelamatkan mereka atau apakah mereka akan tewas? Anakku, Ali, meninggal."

Demikian pernyataan seorang ayah dari bayi laki-laki bernama Ali, yang meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi di satu-satunya rumah sakit anak di Gaza Utara. Dia pun memohon bantuan PBB bagi anak-anak lain yang dirawat di sana.

PBB sendiri seolah tidak berdaya, hanya memperingatkan akan terjadi kelaparan jika pengiriman bantuan tidak ditingkatkan secara signifikan.

"Ali lahir di masa perang dan tidak ada makanan atau apapun yang bisa dimakan ibunya - hal yang membuatnya menderita gagal ginjal," ujar ayah Ali yang menolak disebutkan namanya, seperti dilansir BBC, Jumat (8/3).

"Kehidupan Ali semakin memburuk dari hari ke hari. Kami mencoba merawatnya di rumah sakit, namun tidak ada pertolongan ... Ali meninggal dengan disaksikan seluruh dunia."

Tragisnya, Ali hanyalah satu dari sedikitnya 10 anak yang menurut tim WHO meninggal akibat kekurangan makanan di Rumah Sakit Kamal Adwan di Kota Beit Lahia. Tim WHO mengunjungi rumah sakit tersebut akhir pekan lalu.

Otoritas kesehatan Gaza melaporkan kematian 18 anak karena kekurangan gizi dan dehidrasi di seluruh wilayah sejak pekan lalu, dengan setidaknya 15 anak terjadi di Rumah Sakit Kamal Adwan. Mereka juga mengungkapkan kekhawatiran terhadap enam bayi yang dilaporkan dirawat karena kekurangan gizi.

Sementara itu, UNICEF telah memperingatkan bahwa jumlah anak-anak yang mati kelaparan kemungkinan akan meningkat pesat kecuali perang Hamas Vs Israel berakhir dan hambatan terhadap bantuan kemanusiaan segera diselesaikan.

Otoritas kesehatan Gaza menuturkan anak-anak dan perempuan merupakan 70 persen dari lebih dari 30.700 orang yang tewas dan 72.000 lainnya yang terluka oleh serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.

Militer Israel melancarkan serangan udara dan darat ke Jalur Gaza setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, yang disebut menewaskan sekitar 1.200 orang, dan 253 lainnya disandera.

Diperkirakan 300.000 orang saat ini terisolasi di Gaza Utara, tempat WFP mengatakan kelaparan telah mencapai tingkat bencana karena hanya sedikit bantuan yang dapat disalurkan.

Pemeriksaan malanutrisi yang dilakukan oleh badan-badan PBB pada Januari menemukan bahwa satu dari enam anak di bawah usia dua tahun mengalami kekurangan gizi akut. Dari anak-anak tersebut, hampir 3 persen menderita sangat kurus dan memerlukan perawatan segera.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

'Tolong Anak Saya'

Kurangnya makanan bergizi, air bersih, dan layanan medis – serta kelelahan dan trauma akibat konflik – juga menghambat kemampuan para ibu untuk menyusui bayinya. Tanpa ASI atau susu formula – yang persediaannya dilaporkan hampir tidak ada di wilayah Gaza Utara – bayi dapat dengan cepat mengalami dehidrasi parah dan kekurangan gizi, yang meningkatkan risiko kondisi yang mengancam jiwa seperti gagal ginjal.

Dr Samia Abdel Jalil, yang bekerja di unit perawatan intensif Rumah Sakit Kamal Adwan, menuturkan bahwa seorang bayi perempuan dan kakak perempuannya meninggal di rumah sakit dalam selang waktu beberapa hari.

"Kami mengalami kesulitan mendapatkan susu untuk seluruh departemen dan bukan hanya untuk gadis kecil itu," kenangnya. "Dia meninggal tanpa mendapat sedikit pun susu."

Salah Samara, seorang bocah lelaki berusia empat bulan, adalah salah satu anak yang sakit parah yang coba diobati oleh Dr Abdel Jalil dan rekan-rekannya dengan sumber daya terbatas yang mereka miliki.

Ibunya mengatakan dia lahir prematur dan mengalami dehidrasi parah. Kondisinya sekarang menderita penyakit ginjal kronis dan retensi urin, yang sangat menyakitkan dan menyebabkan perut kembung.

"Hati saya sangat sakit karena apa yang terjadi padanya. Sangat sulit melihat anak Anda menangis setiap hari karena tidak bisa buang air kecil ... dan dokter tidak dapat memberikan bantuan kepadanya," ungkap sang ibu.

"Dia berhak mendapat pengobatan dan berhak atas segala hal lainnya ... Kondisinya semakin memburuk setiap hari. Dia membutuhkan perawatan di luar negeri segera dan mendesak. Saya berharap siapa pun yang mendengarkan suara saya dapat membantu merawat anak saya."

3 dari 3 halaman

WHO: Obat Utama yang Dibutuhkan Adalah Perdamaian

Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan Ahmed al-Kahlot memperingatkan kematian anak-anak yang sejauh ini dilaporkan oleh otoritas kesehatan mengecilkan skala sebenarnya dari masalah tersebut.

"Jumlah kasus kematian akibat gizi buruk mulai dihitung sejak dua pekan lalu, sehingga jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi dari itu," tutur al-Kahlot.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus, menulis di X alias Twitter, pada Senin (4/3) bahwa WHO dapat mengirimkan bahan bakar dan beberapa pasokan medis penting ke Rumah Sakit Kamal Adwan dan rumah sakit lain yang mereka kunjungi pada akhir pekan, Al -Awda di Jabalia. Namun, dia memperingatkan bahwa pengiriman hanya mewakili sebagian kecil dari kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan nyawa.

"Kami mengimbau Israel memastikan bantuan kemanusiaan dapat disalurkan dengan aman dan teratur. Warga sipil, terutama anak-anak, dan staf kesehatan membutuhkan bantuan yang lebih besar segera. Namun, obat utama yang dibutuhkan semua pasien ini adalah perdamaian," tegasnya.

Negara-negara Barat juga meningkatkan tekanan kepada Israel agar berbuat lebih banyak untuk memfasilitasi distribusi bantuan. Pada Selasa (5/3), Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, "Kita harus memberikan lebih banyak bantuan ke Gaza ... Tidak ada alasan, tidak ada."

Pada Selasa, WFP mengatakan upaya pertamanya dalam dua pekan untuk membawa bantuan pangan ke Gaza Utara dihalangi oleh tentara Israel. Badan PBB tersebut mengatakan konvoi 14 truk itu "dipaksa putar balik" di sebuah pos pemeriksaan dan kemudian dijarah oleh kerumunan "orang-orang yang putus asa".

Belum ada pernyataan dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terkait hal itu.

Badan Kementerian Pertahanan Israel yang bertugas mengoordinasikan akses bantuan di Jalur Gaza mengaku, "Kami akan terus memperluas upaya kemanusiaan kami kepada penduduk sipil di Gaza, sementara kami memenuhi tujuan kami untuk membebaskan sandera dari Hamas dan membebaskan Gaza dari Hamas."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.