Sukses

Lukisan Mona Lisa Atau Monalisa, Mana yang Benar?

Insiden baru-baru ini membuat lukisan Mona Lisa kembali berada di tengah lampu sorot atensi publik.

Liputan6.com, Jakarta - Kendati merupakan salah satu lukisan paling terkenal di dunia, Mona Lisa bukan pengecualian dalam hal membingungkan publik. Hal ini termasuk sesederhana penulisannya, apakah yang benar Mona Lisa atau Monalisa?

Mengutip situs web Museum Louve, tempat lukisan itu dipamerkan di jantung kota Paris, Prancis, Rabu (1/6/2022), mereka menulisnya sebagai lukisan Mona Lisa, bukan Monalisa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa lukisan ini menunjukkan Lisa Gherardini, istri pedagang sutra Florentine Francesco del Giocondo, maka nama Italianya La Gioconda dan nama Prancisnya La Joconde.

Dilukis dengan pemandangan yang jauh, ia menatap dengan senyum misterius yang terkenal. Tapi, aspek lain dari lukisan itu yang membuatnya begitu istimewa adalah teknik sfumato Leonardo da Vinci, berdasarkan penggunaan glasir untuk menciptakan efek "berasap" dengan kontur dan kontras yang halus.

Leonardo menangkap figur Lisa yang menoleh ke arah penonton dalam gerakan alami yang "menghidupkan lukisan itu." Senyuman Mona Lisa yang terkenal penuh teka-teki ini telah memesona publik selama berabad-abad. Di antara pengagum pertamanya adalah Raja François I, yang mengundang Leonardo da Vinci ke Prancis dan membeli lukisan itu darinya pada 1518.

Ini adalah awal bagaimana lukisan paling terkenal di dunia itu masuk ke dalam koleksi kerajaan yang telah dipamerkan di Musuem Louvre sejak Revolusi Prancis. Terhitung 2005, Mona Lisa telah dipamerkan dalam kotak kaca pelindung, dalam kemegahan tersendiri di tengah ruangan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Persyaratan Konservasi

Perlakuan khusus terhadap lukisan Mona Lisa sebagian berasal dari kebutuhan untuk memastikan keamanan karya yang begitu terkenal, selain karena persyaratan konservasi. Karya itu tidak dilukis di atas kanvas, tapi panel kayu poplar yang telah melengkung selama bertahun-tahun, menyebabkan retak berpotensi muncul.

Mencegah kerusakan lebih lanjut, Mona Lisa harus disimpan dalam wadah kaca yang dikontrol suhu dan kelembapannya. Tercatat sejak 1966, Louvre memilih menampilkan mahakarya Leonardo di Salle des tats, ruangan terbesar di museum tersebut.

Di antara sejarahnya, publik tentu tidak bisa melupakan kepanikan yang terjadi di Louvre pada 21 Agustus 1911: Mona Lisa telah menghilang! Berita itu menyebar seperti api dan hadiah besar dijanjikan untuk kembalinya lukisan tersebut, tapi semuanya sia-sia.

Tidak ada yang terdengar tentang lukisan itu selama lebih dari dua tahun. Kemudian suatu hari, Vincenzo Peruggia, seorang tukang kaca yang pernah bekerja di Louvre, mencoba menjual lukisan paling terkenal di dunia pada seorang pedagang seni Italia, yang akhirnya memberi tahu pihak berwenang. Jadi Mona Lisa ditemukan kembali, dan ketenarannya semakin menjadi.

3 dari 4 halaman

Vandalisme terhadap Lukisan Mona Lisa

Mona Lisa telah menarik beberapa serangan sepanjang eksistensinya, jadi sasaran vandalisme atau percobaan vandalisme setidaknya sebanyak lima kali. Pertama kali Mona Lisa diserang adalah pada 1956 ketika bagian bawahnya disiram dengan asam, lapor Harper's BAZAAR.

Kemudian pada 30 Desember 1956, Mona Lisa menghadapi serangan keduanya. Seorang pria Bolivia tunawisma bernama Ugo Unzaga Villegas melemparkan batu ke mahakarya itu, membuat cat dari sikunya terkelupas. Diduga, ia melakukan ini karena ingin masuk penjara sehingga punya tempat yang hangat untuk tidur.

Kerusakan pada lukisan itu kemudian diperbaiki, meninggalkan Mona Lisa utuh sekali lagi. Selanjutnya, lukisan ini dilindungi selubung kaca selama dipamerkan.

Saat menjalani tur di Jepang pada 1974, yang ditampilkan sementara di Museum Nasional Tokyo, Mona Lisa diserang seorang wanita yang menggunakan kursi roda sebagai protes terhadap kurangnya aksesibilitas museum untuk pengunjung disabilitas.

Ia berusaha menyemprot karya seni itu dengan cat merah, tapi hanya berhasil mengenai kotak kaca, meninggalkan karya tersebut tidak rusak.

4 dari 4 halaman

Insiden Terkini

Upaya terbaru untuk merusak Mona Lisa dilakukan seorang pemrotes iklim berpakaian seperti seorang wanita menggunakan kursi roda, awal pekan ini. Penampilannya dimanipulasi sebagai cara lebih dekat dengan karya terkenal itu, sesuai prosedur standar Louvre untuk orang-orang dengan mobilitas terbatas.

Begitu berada didekat lukisan, ia melompat dari kursi roda, mencoba dan gagal memecahkan kaca antipeluru yang melindungi lukisan itu. Ia lalu mengoleskan kue ke kaca dan "melempar mawar ke mana-mana."

Saat dikawal petugas keamanan, pria berusia 36 tahun itu mengatakan pada pengunjung lain, "Ada orang yang menghancurkan Bumi, pikirkanlah. Semua seniman memberi tahu Anda tentang Bumi, semua seniman berpikir tentang Bumi, itulah mengapa saya melakukan ini. Pikirkan tentang planet ini."

Sebuah pernyataan dari Louvre mengatakan upaya serangan itu "tidak berpengaruh pada lukisan itu, yang tidak rusak." Menurut Al Jazeera, Kantor Kejaksaan Paris mengatakan, pelaku telah ditahan setelah insiden tersebut dan dikirim ke unit psikiatri polisi. Investigasi telah dibuka untuk potensi kerusakan artefak budaya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.