Sukses

Penjelasan Lion Air soal Harga Tiket Pesawat Rute Jakarta ke Banda Aceh Capai Rp9,6 Juta

Mengapa harga tiket pesawat rute Jakarta ke Banda Aceh bisa jauh lebih tinggi dari tiket pesawat ke London? Lion Air Group memberi penjelasan.

Liputan6.com, Jakarta - Harga tiket pesawat Jakarta ke Aceh jadi sorotan. Harganya yang mencapai Rp9,6 juta untuk sekali jalan dianggap terlalu mahal, bahkan lebih mahal dari tiket pesawat ke London dari Jakarta. Harga tiket yang tertera adalah untuk menumpang pesawat Batik Air.

Pihak Lion Air Group yang menaungi maskapai tersebut memberi keterangan resmi. Perusahaan menyatakan bahwa pemberlakuan tarif masih sesuai ketentuan yang berlaku. 

Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, menyebut Batik Air mengoperasikan penerbangan reguler dan menambah penerbangan nonstop dari Jakarta ke Banda Aceh untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama masa mudik Lebaran 2022. Namun, semua kursi yang ditawarkan habis terjual.

"Maka, sistem memberikan alternatif kepada calon penumpang untuk dapat menuju Banda Aceh dengan transit dan transfer (singgah dan ganti pesawat) menggunakan maskapai lain melalui Bandar Udara Internasional Kualanamu," ia mengatakan dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Jumat (29/4/2022).

Ia menerangkan, penerbangan transit dan transfer merupakan kombinasi layanan penerbangan dari maskapai sendiri atau bersama maskapai lain. Dalam hal ini, pemesan tiket pesawat Batik Air akan menggunakan pesawat dari Jakarta ke Kualanamu dengan maskapai Batik Air, dilanjutkan penerbangan dari Kualanamu-Banda Aceh dengan maskapai Wings Air.

"Pada penerbangan Batik Air, jika harga tiket kelas ekonomi habis terjual dan masih tersedia kelas bisnis, akan terjadi kombinasi harga kelas bisnis dengan kelas ekonomi maskapai lain," ujarnya.

 

**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Detail Harga Tiket

Pihaknya pun merinci harga tiket pesawat dengan penerbangan langsung. Batik Air kelas ekonomi rute Jakarta-Banda Aceh dijual dengan tarif terendah Rp1.203.400 dan batas atas Rp2.810.700. Sementara, Batik Air kelas bisnis rute Jakarta-Banda Aceh dijual dengan tarif terendah Rp3.305.700 dan tarif tertinggi Rp10.230.000.

Berikutnya, Batik Air rute Jakarta-Kualanamu untuk kelas ekonomi dijual dengan harga terendah Rp989.100 dan harga tertinggi Rp2.301.700. Sedangkan, tiket pesawat Batik Air kelas bisnis untuk rute Jakarta-Kualanamu dijual dengan harga terendah Rp2.686.300 dan harga tertinggi Rp8.278.000.

Sementara, tiket pesawat Wings Air rute Kualanamu-Banda Aceh hanya dijual untuk kelas ekonomi dengan harga terendah Rp947.500 dan harga tertinggi Rp2.034.200. Wings Air sejauh ini menjadi satu-satunya maskapai yang melayani penerbangan rute Kualanamu-Banda Aceh.

Untuk itu, Gubernur Aceh Nova Iriansyah menyurati sejumlah maskapai untuk kembali mengaktifkan penerbangan reguler rute Medan-Banda Aceh. Di antaranya, maskapai Garuda Indonesia yang diharapkan kembali melayani penerbangan Banda Aceh-Medan dan sebaliknya. Gubernur Aceh juga menyurati AirAsia untuk kembali membuka penerbangan rute yang sama.

"Selama ini, penerbangan Banda Aceh-Medan yang hanya dilayani satu maskapai, yakni Wings Air. Padahal, sebelumnya ada beberapa maskapai melayani penerbangan rute tersebut," kata Muhammad MTA, juru bicara Pemerintah Aceh.

 

 

3 dari 4 halaman

Bukan Semata karena Lebaran

Dalam kesempatan berbeda, pengamat penerbangan Alvin Lie kepada Liputan6.com menyatakan bahwa tingginya harga tiket pesawat tidak semata karena Lebaran. Saat ini, kata dia, kapasitas angkut maskapai-maskapai penerbangan masih rendah akibat masih banyak pesawat yang diistirahatkan dan banyak pilot yang sudah lama dirumahkan.

"Butuh waktu untuk reaktivasi pesawat dan pilot. Di sisi lain, ada risiko jumlah pax merosot lagi usai masa mudik-balik sedangkan kondisi keuangan airlines masih lemah, belum mampu menanggung beban fixed cost peningkatan kapasitas angkut," ia menjelaskan.

Ia menilai klaim Gubernur Aceh tidak sepenuhnya akurat. Ia mengingatkan harga tiket pesawat yang mahal itu kemungkinan besar untuk penerbangan transfer, bukan direct (langsung). Belum lagi melibatkan penerbangan kelas bisnis di dalamnya. Pola penerbangan transfer itu sepenuhnya menjadi kewenangan maskapai.

"Untuk penerbangan transfer/connecting itu tidak ada rumusnya. Tiap orang (maskapai) bisa meramu sendiri. Bisa dengan airlines yang sama, tapi bisa juga gunakan dua atau lebih airlines yang berbeda. Mau transfer satu kali, dua kali, tidak ada batasnya," kata dia.

Pemerintah pun tidak bisa mengintervensi. Sejauh ini, pemerintah hanya bisa mengatur tarif batas atas untuk kelas ekonomi, standarnya direct flight economy class.

"Hanya di Indonesia yang harga tiket pesawat masih diintervensi Pemerintah dengan Tarif Batas Atas (TBA) untuk Economy Class," ucapnya.

 

 

4 dari 4 halaman

Siasat Maskapai

Pendapat hampir senada disampaikan pengamat transportasi udara Gatot Rahardjo. Ia menyatakan pada dasarnya maskapai tidak bisa menjual harga tiket di luar koridor tarif batas atas dan tarif batas bawah, kecuali ada tuslah, walau permintaan masyarakat melebihi penawaran dari maskapai.

Tapi, situasi pandemi berdampak pada menurunnya kekuatan maskapai. Jumlah armada dan sumber daya manusia yang tersedia saat ini disebut hanya tersisa sekitar 50 persen dari kondisi sebelum pandemi. 

"Sesuai hukum ekonomi, kalau penawaran lebih sedikit dari permintaan, harga pasti akan naik. Tapi untuk penerbangan saat ini, naiknya tetap tidak boleh melebihi TBA + tuslah 10 persen," ia menerangkan.

Untuk menyiasati hal itu, maskapai biasanya menjual penerbangan tidak langsung yang transfer di beberapa tempat. Imbasnya, selain durasi perjalanan makin lama, harganya juga akan mahal karena penumpang harus membayar beberapa harga tiket.

"Padahal, harga tiket itu selain tarif juga masih ditambah pajak, asuransi, tuslah, biaya layanan bandara (passenger service charge/ PSC) yang harus dibayar di tiap-tiap rute," ujarnya.

Gatot menambahkan, penjualan tiket transfer itu sah-sah saja tetapi kurang etis. Itu karena terkadang mencederai prinsip-prinsip penerbangan, yakni transportasi yang mengandalkan kecepatan dibanding transportasi lain.

"Jadi maskapai sebaiknya menjual tiket transfer yang wajar saja, misalnya yang waktunya hanya 1,5 sampai 2 kali waktu normal saja. Dan harus dikomunikasikan dengan baik ke calon penumpang, jadi penumpangnya tahu bahwa penerbangan ini transfer, waktunya lama, harganya jadi mahal," ia menyarankan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.