Sukses

Kondisi Pariwisata Sri Lanka yang Terpuruk Akibat Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi membuat kondisi pariwisata Sri Lanka ikut terpuruk.

Liputan6.com, Jakarta - Dihantam oleh krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, Sri Lanka menghadapi kekurangan bahan bakar dan pasokan penting lainnya. Hal ini menyebabkan wisatawan berebut untuk menemukan jalan keluar dari negara kepulauan yang indah ini.

Pariwisata, salah satu kontributor utama ekonomi Sri Lanka, sekarang akan melihat fase rentan pasca-Covid-19. Ekonomi pariwisata di Sri Lanka baru saja bangkit kembali tetapi krisis ekonomi telah melemahkannya lagi, dikutip dari India Today, Kamis (14/4/2022).

Pemerintah dibiarkan tanpa cadangan devisa karena implementasi kebijakan ekonomi yang buruk dan utang yang besar. Pemerintah Sri Lanka tidak mampu membayar tagihannya untuk mengimpor minyak dan krisis bahan bakar telah memutus seluruh mekanisme rantai pasokan di seluruh negeri.

Negara ini menghadapi 10 hingga 12 jam pemadaman listrik setiap hari. Kekurangan barang-barang penting memaksa orang turun ke jalan sebagai protes terhadap pemerintah.

Keadaan darurat telah diberlakukan di negara itu, jam malam diberlakukan dan ada pembatasan pada media sosial di tengah protes yang meletus di beberapa bagian negara itu. Kini, perkembangan tersebut membuat wisatawan resah dan prihatin dengan skenario yang ada.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Batalkan Pesanan

Turis dari London, Sharry dan Anita menginap di salah satu hotel bintang empat di Kolombo. Mereka membatalkan pemesanan mereka dan kembali ke London.

Saat berbicara dengan India Today, Sharry berkata, "Ada protes di mana-mana karena kekurangan bahan bakar.... dan kami tidak tahu harus berbuat apa, makanya kami akan kembali."

Anita berkata, "Ketika datang dari bandara, kami naik kereta api tetapi kereta berhenti karena pemadaman listrik lebih dari empat jam dan kami mengetahui pemadaman listrik terjadi karena krisis bahan bakar dan di bawah ketidakpastian ini ada protes di mana-mana. Oleh karena itu, keluarga saya juga khawatir dan kami memutuskan untuk kembali ke London atau memilih tujuan lain untuk liburan kami."

3 dari 4 halaman

Pakai Generator

Sementara, Ishara, manajer resepsi di hotel bintang empat di Kolombo, mengatakan tidak ada turis yang tersisa. Hanya 30 kamar dari total, 94 yang ditempati, termasuk tamu domestik, dan semua pemesanan telah dibatalkan oleh agen perjalanan.

Karena pemadaman listrik, perusahaan-perusahaan, termasuk hotel, bertahan hidup melalui generator yang membutuhkan diesel tetapi saat ini kekurangan di Sri Lanka.

Jika situasinya berlanjut, akan ada krisis pekerjaan besar-besaran di bidang perhotelan dan industri pariwisata. Hal itu tentu sangat mengkhawatirkan Lahiru, seorang manajer pemesanan di hotel mewah lain di Kolombo.

4 dari 4 halaman

Pariwisata dan Perhotelan

Dia berkata, "Pemesanan kami dibatalkan. Yang terburuk adalah tidak ada pemesanan di masa depan meskipun sedang musim puncak di Sri Lanka."

Sektor pariwisata dan perhotelan menyumbang 12 persen dari total PDB Sri Lanka. Pada 2019, kontribusi perjalanan dan pariwisata sebesar 12,6 persen terhadap total PDB, meningkat dari 6 persen pada 2000 dan tumbuh pada tingkat tertentu 4,28 persen. Ini adalah sumber pendapatan asing terbesar kelima di Sri Lanka.

Selama ini Sri Lanka memiliki banyak destinasi wisata yang terkenal, salah satunya Sigiriya. Sigiriya ini merupakan sebuah Kerajaan yang terletak di bukit batu yang sangat besar.  Destinasi wisata yang satu ini juga masuk kedalam situs warisan dunia UNESCO. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.