Sukses

Aplikasi Lelang Perempuan Muslim India Muncul Lagi di Dunia Maya, Pajang Foto Jurnalis hingga Istri Hakim

Lebih dari 100 foto perempuan muslim India dipasang di aplikasi lelang bernama Bulli Bai yang kini sudah dihapus.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi Quratulain Rehbar, seorang jurnalis dari Kashmir, India, Tahun Baru 2022 diawali dengan hal yang tidak menyenangkan. Ia menemukan fotonya dipajang di daftar perempuan yang dilelang online di sebuah aplikasi bernama Bulli Bai. Foto itu diambil tanpa permisi dan diunggah dengan label 'untuk dijual'.

Ia tak sendiri. Lebih dari 100 foto perempuan muslim India, termasuk aktris Shabana Azami, sejumlah jurnalis, aktivis, politikus, hingga istri hakim di Pengadilan Tinggi Delhi dipajang di aplikasi tersebut. Begitu pula Fatima Nafees, ibu dari Najeeb Ahmed, pelajar yang hilang, dan peraih Nobel Malala Yousafzai.

Ini kedua kalinya aplikasi serupa muncul di India. Pada Juli 2021 lalu, Sulli Deals memancing kemarahan publik karena 'menjual' hampir 80 perempuan muslim India. Baik Bulli maupun Sulli merupakan bahasa gaul setempat yang bertujuan merendahkan perempuan muslim. 

Rehbar, yang juga melaporkan lelang Sulli Deals pada Juli tahun lalu, mengaku terkejut melihat fotonya di aplikasi itu. "Ketika aku melihat fotoku, tenggorokanku tercekat, bulu kudukku merinding dan aku merasa kebas. Itu sangat mengejutkan dan memalukan," ujarnya kepada Al-Jazeera, dikutip Senin (3/1/2022).

Aplikasi itu tidak bertahan lama, langsung dihapus pada Sabtu, 1 Januari 2021. Namun, para korban terus menyuarakan keterkejutan dan kemarahan mereka di media sosial setelah melihat foto dan detail yang dipajang di aplikasi. Bahkan, mereka menyebut tampilan di aplikasi tersebut sangat mirip dengan Sulli Deal yang lebih dulu dihapuskan.

Salah satu korban yang memprotes itu adalah Ismat Ara, seorang jurnalis yang berbasis di New Delhi, ibu kota India. Ara menyampaikan keluhan secara tertulis kepada Kepolisian Delhi atas orang-orang tak dikenal yang melecehkan dan menghina wanita muslim di media sosial “menggunakan gambar-gambar palsu dalam konteks yang tidak dapat diterima dan cabul”.

Sebuah Laporan Informasi Pertama didaftarkan melalui Kepolisian Siber Delhi pada Minggu, 2 Januari 2021. Aduan itu mencantumkan berbagai pasal di KUHP India berkaitan dengan dugaan memancing permusuhan atas dasar agama, mengancam integrasi nasional, dan pelecehan seksual terhadap perempuan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tak Berharap Banyak

Namun, Ara mengatakan tak berharap banyak dengan penyelidikan polisi. Ia merujuk pada kasus Sulli Deals yang mangkrak setelah enam bulan berjalan. Tidak ada satu pun orang yang ditahan karena menyebarkan foto korban secara ilegal.

Fatima Zorha Khan, seorang pengacara yang berbasis di Mumbai, mengatakan ia tidak mendapat jawaban dari Twitter, GitHub selaku pembuat software, dan Go-Daddy selaku perusahaan hosting web atas aplikasi tersebut. Padahal, Kepolisian Mumbai sudah meminta mereka membuka data.

"Laman-alam itu menolak membagikan informasi kecuali ada jaminan pengadilan yang dikeluarkan," katanya kepada Al Jazeera.

Khan juga menjadi korban dalam kasus tersebut karena fotonya juga dipasang tanpa izin di Sulli dan Bulli Bai. Ia bahkan sudah mendaftarkan keluhan ke Kepolisian Mumbai sejak tahun lalu. Sementara itu, pihak kepolisian New Delhi dan Mumbai tidak menjawab pertanyaan yang diajukan Al Jazeera soal lelang terbaru.

3 dari 4 halaman

Dugaan Konspirasi

Ara mengaku sedih melihat penyebar kebencian bisa beraksi menargetkan para perempuan Muslim tanpa takut. Ia menyebut para perempuan yang menjadi target adalah yang menyuarakan isu-isu kaum muslim di media sosial.

"Sangat jelas ini konspirasi untuk membungkam para perempuan Muslim karena kami menantang kelompok Hindu sayap kanan yang menyebarkan kejahatan kebencian secara online," ujarnya.

Sementara, Rehbar menyebut aksi tersebut adalah alarm peringatan bagi perempuan muslim yang melawan patriarki dan pembatasan. Namun, kini mereka juga menghadapi pelecehan.

"Seringkali perempuan diminta menghapus gambar mereka di media sosial dan bersembunyi. Setelah serangkaian upaya untuk melecehkan perempuan muslim, akan sangat sulit untuk banyak perempuan mengambil sikap," ujarnya.

4 dari 4 halaman

6 Tips Lindungi Diri dari Pelecehan Seksual

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.