Sukses

Studi: Makeup Berisiko Mengandung Bahan Kimia Beracun

Liputan6.com, Jakarta - Penampilan tak hanya dapat ditunjang dari pilihan busana, tetapi juga pulasan makeup. Di balik peran itu, ternyata makeup juga berpotensi mengandung bahan kimia yang beracun.

Dilansir dari CNN, Rabu, 16 Juni 2021, "No PFAS in Cosmetics Act" diperkenalkan di DPR dan Senat Amerika Serikat pada Selasa, 15 Juni 2021. Hal ini menyusul studi baru yang menemukan penanda tingkat tinggi untuk zat PFAS beracun di 52 persen dari 231 produk makeup di Amerika Serikat dan Kanada.

Beberapa tingkat tertinggi ditemukan di foundation (63 persen), maskara tahan air (82 persen), dan long-lasting lipstik (62 persen), menurut penelitian yang diterbitkan Selasa, 15 Juni 2021 di jurnal Environmental Science & Technology Letters. Penelitian ini menemukan sekitar 88 persen dari produk yang diuji gagal mengungkap keterangan apa pun yang akan menjelaskan penanda bahan kimia tersebut pada label mereka, meski itu adalah persyaratan dari Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS.

"Ini sedikit mengejutkan dan semoga menjadi peringatan bagi industri kosmetik dalam hal seberapa luas kontaminasi PFAS di seluruh jenis produk rias," kata David Andrews, ilmuwan senior untuk Environmental Working Group, sebuah organisasi konsumen yang memelihara database pada produk perawatan pribadi yang mengandung racun.

"PFAS yang paling umum adalah polytetrafluoroethylene, bahan yang paling umum dikenal sebagai Teflon, atau lapisan pada panci. Tapi, secara keseluruhan, kami telah mengidentifikasi 13 bahan kimia PFAS yang berbeda di lebih dari 600 produk dari 80 merek," kata Andrews, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

RUU itu diperkenalkan di Senat AS oleh Senator Republik Susan Collins dari Maine dan Senator Demokrat Richard Blumenthal dari Connecticut dan di House oleh Partai Demokrat Debbie Dingell dari Michigan. "Orang Amerika harus dapat percaya bahwa produk yang mereka gunakan untuk rambut atau kulit mereka aman. Untuk membantu melindungi orang dari paparan PFAS lebih lanjut, undang-undang kami akan mengharuskan FDA melarang penambahan PFAS ke produk kosmetik," kata Collins.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pengusulan Arahan FDA

Collins menjelaskan, "Zat per- and polifluoroalkil (PFAS) adalah kelas bahan kimia buatan manusia yang meliputi PFOA, PFOS, dan GenX. Bahan kimia ini dapat terakumulasi dalam tubuh dari waktu ke waktu dan telah dikaitkan dengan kanker, penyakit tiroid, kerusakan hati, penurunan kesuburan, dan gangguan hormon."

Dingell menyebut bahan kimia ini ada dalam produk yang digunakan setiap hari. "Kebanyakan orang bahkan tidak tahu bahaya yang mereka hadapi setiap hari," tulisnya.

Tindakan yang diusulkan akan mengarahkan FDA mengeluarkan aturan yang diusulkan melarang penambahan disengaja PFAS dalam kosmetik dalam waktu 270 hari berlakunya. Merujuk pada ketentuan itu, aturan akhir akan dikeluarkan 90 hari sesudahnya.

Studi baru menggunakan penanda untuk PFAS, fluorine kimia yang berbeda dari fluor anorganik yang ditambahkan ke air minum, untuk mengidentifikasi keberadaan bahan kimia PFAS dalam 231 produk yang mereka beli dari toko ritel di Amerika Serikat dan Kanada.

3 dari 4 halaman

Tidak Tertulis pada Label

Penulis studi Graham Peaslee, seorang profesor fisika, kimia dan biokimia di University of Notre Dame, menjelaskan, "Kami menemukan fluorine sebagai pengganti PFAS dalam semua jenis kosmetik. Kami tidak berharap hampir setiap kosmetik seperti itu."

Studi ini menemukan, lebih dari tiga perempat maskara tahan air, hampir dua pertiga alas bedak dan lipstik cair, serta lebih dari setengah produk mata dan bibir memiliki konsentrasi fluorine yang tinggi. Selain itu, sampel dari 29 produk dengan kadar fluorine tertinggi dikirim ke laboratorium luar untuk analisa mendalam yang dapat mengidentifikasi 53 bahan kimia PFAS tertentu.

Analisa itu menemukan masing-masing dari 29 produk tersebut mengandung setidaknya empat bahan kimia PFAS yang menjadi perhatian. Namun, temuan yang paling mengganggu, kata Peaslee, adalah 28 dari 29 produk mengandung bahan kimia PFAS spesifik, tapi tidak mengungkapkan bahan kimia tersebut pada label.

"Beberapa mungkin tidak disengaja karena masalah manufaktur, tetapi ada beberapa produk yang levelnya sangat besar, mereka harus sengaja ditambahkan untuk daya tahan atau tahan air karena itulah yang dilakukan PFAS dengan sangat baik," kata Peaslee.

4 dari 4 halaman

Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.