Sukses

Berbisnis Sambil Selamatkan Hidup Petani Vanila Indonesia via La Dame in Vanilla

Orang Indonesia termasuk pengonsumsi vanila artifisial terbesar. Kenyataan itu jadi ironi karena Indonesia pernah menjadi salah satu produsen vanila terbesar di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui. Begitulah kiranya ungkapan tepat untuk bisnis La Dame in Vanilla yang digagas Lidya Angelina Rinaldi. Selain menambah daftar panjang merek lokal yang berkualitas, pihaknya juga memberdayakan petani vanila Indonesia yang sempat mati suri.

Lini bisnis lokal ini lahir dari passion sang founder akan baking. "Setelah riset sana-sini, saya menemukan Indonesia adalah salah satu penghasil vanila terbesar di dunia. Sungguh sayang bila potensi ini tak didalami," ungkapnya melalui pesan suara pada Liputan6.com, Kamis, 28 Januari 2021.

Tapi, kenyataan di lapangan berbeda. Produksi vanila Indonesia saat Lidya memulai bisnis, yakni sekitar 2015, tengah berada di titik terendah. Pasalnya, tak ada lagi petani yang menanam vanila. Di sisi lain, Lidya harus menemukan sumber bahan baku produksi karena produk di supermarket tak lagi bisa membendung permintaan konsumen.

"Akhirnya sempat naik-turun gunung untuk mencari petani yang pernah menanam (vanila)," ujar Lidya.

Mencarinya saja sukar, mengajak para petani untuk kembali menanam vanila, kata Lidya, tak kalah sulit. "Pendekatannya berbeda. Kami coba menciptakan bonding ke mereka," katanya.

Lidya bercerita, para petani sempat kaget karena didatangi orang lokal. Pasalnya, selama ini, kebanyakan yang mendatangi mereka antara tengkulak atau orang asing. "Berbulan-bulan dihabiskan untuk meyakinkan petani (untuk kembali menanam vanila)," imbuhnya.

Dan, kesabarannya berbuah manis. Berawal dari satu komunitas, sekarang La Dame in Vanilla sudah bermitra dengan cukup banyak petani dari berbagai daerah. Termasuk dalam daftarnya adalah petani asal Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Medan, Manado, dan Papua.

"Vanila Indonesia dulunya kebanyakan diekspor. Sayang sekali, padahal di sisi lain, kita adalah konsumen terbesar produk artifisial. Makanya melalui La Dame in Vanilla, kami mau orang Indonesia mencicipi hasil Bumi sendiri," tutur Lidya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Vanila Asli Lebih Baik

Vanila, kata Lidya, merupakan salah satu bahan esensial tak terlihat. Dalam pemilihannya, mereka memiliki standar spesifikasi tersendiri bagi setiap produk. Kendati yang paling laris adalah halal vanilla extract dan halal vanilla paste, ada produk lain yang dipasarkan brand asal Bali tersebut.

"Vanilla sea salt, vanilla pound cake mix, vanilla sugar, dan vanilla bean," Lidya menyebutkan.

Soal tips memilih produk vanila asli, ia menyarankan untuk membaca bahan-bahannya. "Artifisial bahannya banyak banget, dan kebanyakan justru tidak ada vanilanya. Hanya bahan kimia yang menyerupai aroma maupun rasa (vanila)," tuturnya.

Penggunaan vanila buatan juga harus ditakar. Bila kebanyakan, makanan akan terasa pahit dan punya after taste kurang enak. "Kemudian, semisal merujuk ke kesehatan, bila dikonsumsi dalam jangka panjang, itu (produk vanila artifisial) akan jadi masalah di kemudian hari. Ini juga jadi problem yang harus diselesaikan," katanya.

Padahal, vanila asli memiliki banyak manfaat kesehatan. "Kami sering berbagi informasi ini di akun Instagram kami. Manfaat vanilla bean antara lain sebagai anti-aging, anti-acne, anti-inflammatory, dan sebagai pendukung menurunkan berat badan dengan pengaturan pola makan tertentu," ucap Lidya.

Sebagai bagian dari kontrol kualitas secara berkelanjutan, Lidya mengatakan, pihaknya akan terus mengedukasi petani vanila, baik mitra mereka sekarang, maupun calon mitra petani di masa mendatang, untuk menghasilkan produk vanila unggul. "Karena sedang pandemi, jadi cukup menantang karena banyak protokol kesehatan yang harus dijalankan dan ditaati," katanya.

Sebagai langkah awal, pihaknya akan mengedukasi petani di Bali. Selain jarak yang memungkinkan, mereka juga sudah bekerja sama dengan komunitas petani setempat.

3 dari 3 halaman

Waspadai 7 Gejala Ringan COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.