Sukses

Diskon Besar-besaran di Pesta Belanja 11.11, Waspadai Kebiasaan Beli Barang Tak Diperlukan Secara Online

Walau murah, pembelian impulsif selama belanja online tentu bukan kebiasaan yang sehat untuk dipertahankan.

Liputan6.com, Jakarta - "Ini apa ya? Kenapa saya membeli ini?" Itukah reaksi Anda saat menerima paket berisi sejumlah barang yang dibeli secara online? Kalau sudah terlalu sering mendapati kondisi tersebut, sudah waktunya memikirkan ulang kebiasaan belanja online Anda.

Apalagi, menjelang akhir tahun, diskon besar-besaran dengan ragam penawaran di baliknya makin nyaring disuarakan. Harganya boleh saja murah, tapi seberapa banyak dan sering Anda membeli item dengan dalih tersebut? Bukankah jumlah pengeluarannya akan sama saja dengan membeli 'barang mahal'?

"Tak ada alasan untuk tak berbelanja karena harganya sangat murah, Anda merasa seperti, 'Mengapa tidak?' Tak ada yang rugi dalam hal perhitungan rekening bank Anda," kata Elizabeth Cline, penulis Overdressed: The Shockingly High Cost of Cheap Fashion, melansir laman The Atlantic, Rabu (11/11/2020).

Tak bisa dihindari bahwa belanja online memang menyenangkan. Manusia mendapat pukulan dopamin dari membeli barang, menurut penelitian oleh Ann-Christine Duhaime, seorang profesor bedah saraf di Harvard Medical School.

"Sebagai aturan umum, otak Anda membuat Anda menginginkan lebih, lebih, dan lebih dari yang ada di sekitar Anda, baik dari 'barang', rangsangan, dan hal baru karena itu membantu Anda bertahan di masa lalu yang jauh dari evolusi otak," Duhaime menulis dalam esai Harvard Business Review, pada 2017.

Internet juga memudahkan untuk mendaur ulang beberapa barang yang dibeli dan tak lagi diinginkan. Toko konsinyasi online, seperti thredUP dan Poshmark, membantu orang membeli dan menjual pakaian dari lemari mereka. Toko barang bekas, seperti Goodwill juga pindah ke online, menjual tumpukan barang yang mereka dapatkan di internet.

Kemampuan untuk dengan mudah membuang barang mungkin membuat orang merasa sedikit lebih baik tentang membeli barang yang tak mereka butuhkan. Juga, memotivasi mereka untuk lebih sering belanja online secara lebih sering.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menghentikan Kebiasan Beli Barang Tak Dibutuhkan

Berdasarkan laporan laman Money, ada beberapa cara untuk memutus rantai kebiasaan belanja barang tak dibutuhkan secara online. Pertama, buat daftar belanja dan disiplin pada list tersebut. Pasalnya, pembelian daring untuk barang tak penting umumnya bersifat impulsif.

Kemudian, jangan mengunduh aplikasi ponsel dari banyak marketplace. Pun ada, tak disarankan untuk mengaktifkan notifikasi karena pengingat tersebut akan mengirim stimulus untuk browsing sampai menemukan barang yang Anda pikir Anda butuhkan, padahal tidak.

Bijak dalam berselancar di internet jadi trik selanjutnya. Sebagaimana diketahui, iklan ragam produk sering kali membuntuti kegiatan ini. Karenanya, mengurangi screen time di dunia maya, terutama marketplace, sangat disarankan.

Lalu, tulis setiap pengeluaran. Dengan melakukan ini, Anda diharapkan dapat secara sadar mengetahui berapa banyak uang yang dihabiskan. Makin panjang daftarnya, makin Anda menyadari ada barang-barang tak dibutuhkan terselip di sana.

Melatih kesadaran diri dan bersyukur untuk segala hal dalam hidup Anda juga jadi tahap untuk menahan keinginan membeli barang tak diperlukan.

Meluangkan waktu untuk mengenali dan mengucapkan terima kasih atas kesenangan sederhana, dari hari yang cerah hingga secangkir minuman rumahan nan lezat. Latihan ini dapat sangat membantu dalam menciptakan pola pikir sebagai penangkal pembelian impulsif dan pengeluaran berlebihan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.