Sukses

Melesatnya Tren Tie-dye di Masa Pandemi

Belakangan tie-dye kian digandrungi seiring popularitasnya yang meningkat selama masa pandemi.

Liputan6.com, Jakarta - Bagai tak lekang oleh waktu, tren fashion tie-dye kian menjadi incaran banyak orang saat ini. Sebut saja dari pakaian, sepatu, tas, dan barang-barang lainnya dapat dengan mudah ditemui secara daring, meski tie-dye telah hadir sejak puluhan tahun di dunia mode.

Maraknya unggahan pola kaus hingga hoodie bermotif tie-dye di media sosial seperti Instagram ataupun TikTok turut mendorong tren ini kembali. Baik dari kalangan selebritas hingga pecinta fashion ikut mengoleksi barang-barang bernuansa tie-dye.

Selain itu, dikarenakan kebutuhan masker yang meningkat selama masa pandemi corona Covid-19, masker fashion dengan sentuhan tie-dye juga mulai dipasarkan oleh berbagai brand. Mulai dari River Island, Claire's, Redbubble, Everlane, dan Etsy berdasarkan laporan dari Hello Magazine, 18 Agustus 2020.

Sejak pandemi COVID-19 melanda dunia, aktivitas keseharian masyarakat pun mulai berubah. Dari kesulitan bersosialisasi akibat kebijakan untuk tetap berada di rumah hingga meningkatnya rasa bosan.

Oleh karena itu, orang-orang mulai mencari kegiatan yang dapat mengisi keseharian mereka selama berada di rumah saja. Masuknya kembali tren tie-dye ini memicu banyak orang untuk berkreasi dengan membuat berbagai kebutuhan mode dengan teknik tersebut.

Dilansir dari laman Elle, beberapa selebritas seperti Esther Povitsky, Hailey Bieber, Gabriela Hearst, dan Jordyn Woods turut meramaikan akun Instagram dengan mengunggah potret berbusana tie-dye. Seperti penampilan Hailey Bieber dengan sweatshirt-set yang menampilkan kesan kasual.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Peluang Bisnis

Tren yang semakin menjamur ini tanpa sadar akan membuat semakin banyak orang juga ingin memiliki setidaknya satu produk dengan pola tie-dye. Seorang pakar gaya, Kate Nightingale, dalam artikel Grazia Daily UK, menyebut soal konsep efek eksposur semata yang memengaruhi orang dalam hal membeli produk fashion.

"Efek eksposur semata bekerja atas dasar bahwa semakin Anda melihat dan terpapar pada sesuatu, semakin besar kemungkinan Anda untuk bertindak dengan reaksi positif tanpa mengetahui mengapa Anda melakukannya," kata Kate.

Penyanyi dan rapper Jaden Smith juga kerap terlihat berbalut pakaian tie-dye dengan warna yang cerah. Bahkan, ia membangun brand pakaian tie-dye bernama "Trippy Summer" pada 28 Juli lalu. Untuk mempromosikannya, Jaden juga mengusung produk Trippy Summer sebagai wardrobe utama pada video klip single terbarunya berjudul Cabin Fever, dikutip dari VMAN.

Minat yang besar dari masyarakat ini membuat kesempatan bisnis pun terbuka lebar. Tidak heran, banyak pula merek ternama hingga pemilik bisnis kecil mulai menjual hasil kreasi tie-dye mereka, terutama melalui media sosial.

3 dari 3 halaman

Mengenai Tie-dye

Spekulasi tentang asal muasal adanya tren tie-dye di dunia mode beredar dari banyak sumber berbeda. Dilansir dari Vox, tie-dye mulai dikenal di Amerika Serikat sejak 1960-an sebagai simbol pertentangan budaya. Tetapi, tie-dye juga ternyata kombinasi dari teknik pewarnaan kain di berbagai negara. Teknik pewarnaan dengan ikatan ini disebut berasal dari berbagai wilayah di dunia.

Salah satu teori juga menyebut popularitas teknik tie-dye di era 60-an dibawa kembali oleh relawan pasukan perdamaian di Afrika Barat dengan berbagai peralatan canggih dan sudah lama berasa di kawasan tersebut. Bahkan, di era itu, metode tie-dye dari Indonesia bernama plangi dan tritik mulai muncul dalam literatur kerajinan Amerika.

Kurator museum tekstik George Washington University, Lee Talbot, mengatakan kepada Vox, seiring berjalannya waktu, kehadiran mode tie-dye menjadi mainstream. Selera masyarakat Amerika mulai berubah dan dianggap ketinggalan zaman di 1980-an, terlebih karena melambangkan pertentangan budaya di Ameria.

Akan tetapi, kehadirannya tidak pernah benar-benar hilang. Di awal 2000-an, orang mulai kembali mengenakannya dan bahkan memilih pakaian tie-dye bermerek. Hingga kini, tie-dye masih populer di dunia fashion.

Terlihat mudah dan sederhana, membuat kaus berpola tie-dye misalnya dapat dilakukan dengan mempersiapkan bahan, seperti kaus berwarna putih, karet, dan berbagai pewarna pakaian. Kemudian, pola dapat dikreasikan dengan mengikat kaos dengan berbagai teknik, lalu dicelupkan atau ditetesi pewarna pakaian, setelah itu hanya tinggal tunggu bahan kaos mengering.

Pola ikatan karet itu pun dapat dengan mudah dipelajari secara daring. Caranya mungkin terdengar sangat sederhana, tetapi belum tentu semudah itu untuk dipraktikkan. Lalu, apakah Anda tertarik membuatnya sendiri? (Brigitta Valencia Bellion)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.