Sukses

Studi: Diet Ketogenik Efektif, tapi Berbahaya dalam Jangka Lama

Berdasarkan kecepatannya dan efek kurus, diet ketogenik mungkin juga akan membantu melawan diabetes.

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti dari Yale University melakukan studi efek dari diet ketogenik terhadap tikus untuk mengukur manfaat regimen populer yang berkembang, termasuk makan banyak lemak dan sedikit karbohidrat. Saat ini diet tersebut sangat populer.

Seseorang yang mengikuti dietketogenik, misalnya, akan makan banyak salmon asap dan alpukat, tapi menghindari kue, makanan manis, dan makanan lain yang kaya gula, termasuk beberapa variasi buah, seperti anggur, mangga, dan pisang.

Berdasarkan kecepatannya dan efek kurus, diet ketogenik mungkin juga akan membantu melawan diabetes, jelas peneliti dari Yale University.

Dipublikasikan dalam Nature Metabolism, sebuah studi yang dilakukan para peneliti menunjukkan pengurangan glukosa dalam darah tikus dalam satu minggu setelah menjalani diet ketogenik, seperti dilansir dari AsiaOne dari AFP, Senin, 3 Februari 2020.

Ketika tubuh kekurangan gula, ia memanfaatkan cadangan lemaknya dan mulai memproduksi tubuh ketogenik, yang menyediakan sumber energi alternatif.

Pada saat yang sama, tubuh juga menghasilkan gamma delta T-limfosit, dan penelitian menemukan bahwa sel-sel sistem kekebalan tubuh inilah yang membantu menangkal diabetes dan risiko peradangan. Namun, penelitian ini juga menunjukkan bahwa efek sebaliknya dapat terjadi jika diet ketogenik melampaui lebih dari satu minggu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menimbulkan Diabetes dan Obesitas

"Ketika tikus terus makan makanan tinggi lemak, rendah karbohidrat melebihi satu minggu, mereka mengonsumsi lebih banyak lemak daripada yang dapat mereka bakar, dan menimbulkan diabetes dan obesitas. Mereka kehilangan sel-T gamma delta pelindung dalam lemak," kata Vishwa Deep Dixit, seorang profesor imunobiologi di Yale School of Medicine dan penulis utama penelitian itu.

"Temuan kami menyoroti interaksi antara metabolisme dan sistem kekebalan tubuh, dan bagaimana hal itu mengoordinasikan pemeliharaan fungsi jaringan yang sehat," tambah Emily Goldberg, penulis pendamping penelitian itu.

Durasi ideal untuk memaksimalkan manfaat kesehatan dari diet ketogenik belum ditentukan.  Namun, para peneliti menyimpulkan bahwa diet ketogenik bekerja paling baik "dalam dosis kecil" dan dalam periode waktu yang singkat, yaitu kurang dari seminggu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.