Sukses

Mengintip Sekolah Balet Muslim Pertama di Dunia, Musiknya Diganti Puisi

Sekolah balet khusus muslim itu dibuka mulai awal 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Balet adalah sebuah tarian yang melukiskan suatu kisah atau drama, bisa dimainkan sendiri atau ditarikan secara berkelompok. Namun, hingga saat ini sangat jarang orang Muslim yang mengikuti kelas balet.

Menanggapi hal tersebut, Maisie Alexandra Byers, seorang sarjana balet di Royal Academy of Dance, London dan Dr Sajedah Shubib, dokter gigi Universitas Leeds berinisiatif membuka sekolah balet khusus muslim pertama di dunia, melansir dari Metro UK pada Kamis, 24 Oktober 2019.

Sekolah balet tersebut dibuka di London, Inggris, pada awal 2019. Nama sekolah tersebut adalah Grace and Poise Academy.

Uniknya, sekolah balet ini tidak menggunakan musik sebagai pengiring tarian balet, melainkan menggunakan puisi. Mereka menghormati beberapa orang muslim yang tidak mendengarkan musik karena instrumen musik tertentu tidak diperbolehkan untuk didengar dan beberapa liriknya bersifat tidak islami.

Selain kelas balet, sekolah ini juga memberikan program homeschooling dengan harga yang lebih murah bagi anak yang belajar di rumah karena ingin fokus menghadiri kelas balet.

"Kami percaya, pendekatan unik dari kelas balet kami dapat membantu perkembangan fisik, emosi, dan sosial anak," kata Dr Sajedah. Ia berharap dengan dibukanya sekolah balet khusus muslim ini bisa mendorong eksistensi masyakarat Islam di bidang kesenian.

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pendekatan Emosi

Puisi yang mengiringi tarian balet di sekolah ini adalah buah karya dari Haneen Shubib, Pendiri Sekolah Sastra Articulately di Inggris. Maisie berharap, dengan dibuatnya sekolah balet dengan silabus puisi, balet bisa berkembang dengan konteks yang berbeda.

"Kami senang karena kegiatan kami mendapat respons positif dari orang maupun komunitas di sekeliling kami," kata Dr Sajedah.

Ia juga mengaku semakin antusias mengajar ketika salah satu orangtua peserta kelas balet ada yang memberinya informasi perkembangan emosi dari anaknya setelah mengikuti kelas baletnya. Banyak orangtua yang menilai kelas balet berdampak positif bagi emosi anak-anak mereka.

"Saya selalu menganggap mereka seperti anak saya sendiri," kata Dr Sajedah. (Ossid Duha Jussas Salma)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.